Seiring dengan kemajuan teknologi
dari masa ke masa, Internet tentu bukan lagi menjadi hal yang asing bagi warga
dunia sekarang ini. Internet akan memiliki banyak manfaat apabila kita juga
mampu menggunakannya secara bijak dan tepat. Bagi mereka yang memiliki biaya
dan pengetahuan lebih dalam hal mengakses internet, tentu bukanlah menjadi
sesuatu yang sulit untuk menyerap segala
informasi dari seluruh dunia sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Hal
tersebut terjadi karena manusia kini bukan lagi sebagai pihak yang pasif.
Manusia kini lebih aktif dalam memilih media mana yang
ingin dia gunakan. Ini dikarenakan pada dasarnya orang akan cenderung memilih
dan mengikuti media yang memuaskan kebutuhannya, yang mana kebutuhan tiap orang
berbeda tergantung preferensi masing-masing. Keterlibatan masyarakat di dunia maya juga dapat menciptakan komunitas alternatif yang berharga dan
berguna untuk
menjalin hubungan yang akrab secara fisik yang terletak masyarakat kita (Pool, 1983; Rheingold, 1993). Hal ini
juga membuat kemampuan untuk berbagi
informasi sangat meningkat yang merupakan
faktor penting dalam pembentukan masyarakat.
Kemudahan akses
melalui internet yang merupakan teknologi media baru ini memang memiliki
karakteristik interaktif dengan kecepatan penyebaran arus informasi yang ada.
Namun efek negatif yang dihasilkan akan hal tersebut adalah membludaknya
informasi yang tersedia sehingga membuat masyarakat yang mengaksesnya terkadang
malah malas menyaring informasi yang ada sehingga mereka terkesan menjadi pihak
yang pasif dalam situasi ini.
Berbicara mengenai hal tersebut,
kita bisa intip kondisi serupa dalam konteks masyarakat Indonesia. Di Indonesia
masyarakatnya termasuk dalam active internet
user. Masyarakat Indonesia sudah cukup terbuka akan teknologi dan media
baru yang terkadang malah menjadi sasaran empuk bagi produsen teknologi sebagai
destinasi pemasaran mereka. Namun hal tersebut bukan yang akan menjadi pokok
bahasan dalam esai ini. Suasana di Indonesia kini sedang hangat dengan berbagai
berita dan Isu menjelang Pemilu 2014 yang mulai dilaksanakan pada tanggal 9
April mendatang. Terkait dengan hal tersebut yang menjadi pertanyaan apakah
masyarakat Indonesia yang kini mulai melek teknologi baru dengan segala
pengetahuan yang dimilikinya akan hal tersebut, juga melek terhadap demokrasi
dan mampu berpartisipasi dalam hal politik?
Bila dilihat dari kondisi di Indonesia saat ini kegiatan
politik memang mulai merambah dunia online. Seolah menjadi hal wajib, segala
macam kegiatan di dunia nyata biasanya juga diperkuat dengan penyebaran
informasi di dunia virtual untuk membantu menguatkan efek dan mempengaruhi
pembaca akan kegiatan tersebut. Partisipasi politik online di Indonesia dalam beberapa
tahun belakangan memang meningkat pesat. Hal ini tentu didorong dengan semakin
meningkatnya penggunaan internet, dengan biaya data serta perangkat yang terjangkau
bagi masyarakat. Disamping itu, penggunaan sosial media seperti Facebook, Twitter, YouTube dan
Blog, juga turut andil dalam
meningkatkan peran partisipasi melalui media baru. Contoh tindakan partisipatif
yang dilakukan melalui internet adalah membuat sebuah kelompok politik secara online,
menulis dan menyebarkan posting blog tentang isu politik, memposting video yang
barkaitan dengan isu politik, dan lain-lain. Namun sebenarnya bagaimanakah
pengaruh semua hal tersebut pada masyarakat?
Dalam kaitannya dengan implikasi internet terhadap
partisipasi politik tersebut saya termasuk dalam golongan pesimistis. Sebagai
contoh saja saat adanya pemilihan Presiden BEM suatu kampus, tim sukses calon
presiden tertentu akan melakukan kampanye dan promosi melalui berbagai media
termasuk media online. Namun dari hasil pengamatan saya, adanya kampanye
tersebut dalam kasus ini membentuk 2 macam golongan mahasiswa. Yang pertama
adalah golongan yang hanya menyerap sekilas informasi tersebut kemudian
melupakannya. Informasi tersebut hanya memberitahu mengenai apa yang terjadi
dan menunjukan ‘wajah’ dari calon yang ada dan tidak terlalu memberikan efek
yang besar dalam meningkatkan partisipasi politik mahasiswa. Namun di sisi
lain, ada yang memiliki antusias penuh sehingga mendorong mereka untuk
mengakses informasi yang beredar dari berbagai media yang digunakan. Jadi,
terkadang usaha untuk meningkatkan partisipasi politik melalui dunia virtual
tidak selamanya dirasa efektif. Kampanye atau usaha yang dilakukan dengan melalui
pendekatan secara langsung kepada masyarakat justru memberi dampak yang lebih
menjanjikan, karena bagaimanapun juga, komunikasi yang dilakukan secara
interpersonal dirasa lebih efektif daripada yang hanya aktif di dunia virtual.
Ronald E. Rice dan Caroline
Haythornthwaite dalam Perspective on
Internet Use: Access, Involvement an Interaction (2006) juga mengemukakan banyak kritikus yang cukup pesimis tentang
dampak penggunaan internet di masyarakat dalam kaitannya dengan keterlibatan di
dunia politik. Orang-orang dapat menggunakan berbagai ragam media yang
memungkinkan pengguna justru mengalami kesulitan menilai sejumlah besar
informasi yang tersedia. Orang mungkin pada dasarnya harus memperkuat keyakinan
mereka sebelum berpartisipasi. Dalam penelitian yang dilakukan Merlyna Lim mengenai sosial media di Indonesia, distribusi weblinks dan lalu lintas (traffic) blogosphere di Indonesia tidak imbang,
dalam artian hanya sedikit blogger yang mendapatkan perhatian yang cukup besar. Meskipun ada lebih dari 5 juta blogger Indonesia, hanya
memposting sekitar 1,2 juta item baru setiap harinya, namun demikian tidak ada pengaruh politik sebagaimana
yang diukur melalui traffic atau hyperlink.
Dengan data tersebut sepertinya agak ragu dengan peningkatan kualitas demokrasi yang mungkin muncul dalam penggunaan internet di Indonesia. Hal ini sama sekali
tidak berkaitan dengan partisipasi politik maupun peningkatan kualitas demokrasi, baik dari segi jenis informasi maupun dampak serta pengaruh politik yang muncul.
Pandangan para pengamat yang skeptis juga turut memperkuat argumetasi bahwa media baru belum secara signifikan berkaitan dengan kualitas demokrasi di Indonesia. Kemungkinan menggunakan teknologi untuk meningkatkan demokrasi adalah hal yang keliru. Karakteristik media baru, seperti kecepatan dan interaktif, yang oleh sebagian pengamat yang optimis dipandang sebagai sebuah kekuatan, oleh pengamat pesismistis justru dipandang sebagai kelemahan.
Manusia lebih peduli dengan realitas “layar” daripada “fisik”, dan dengan
bergantinya realitas real menjadi virtual membuat manusia kurang memperhatikan
lingkungan nyata. Atas hal tersebut membuat orang mampu membuat opini dan
komentar tentang berbagai macam hal tetapi tak ada seorangpun bersedia terlibat
lagsung dalam gerakan atau akitifitas politik real. Terkadang warga negara memiliki harapan-harapan terhadap pemerintah namun lebih suka untuk tidak terlibat dalam aksi politik. Dalam konteks ini, bisa saja publik terjebak kedalam pemberdayaan semu. Dalam pemberdayaan semu, setiap orang mengira opini yang ia lontarkan dan disebarkan seluas- luasnya memiliki dampak bagi kebaikan bersama, padahal cuma mengambang di ruang maya. Ia merasa sudah sangat produktif, padahal yang dikerjakan hanya mengumpulkan informasi, mengomentarinya dan meneruskannya ke orang-orang lain. So, be a “smart people” when you use new
media.
DAFTAR PUSTAKA :
Lievrouw, Leah
A. & Sonia
Livingstone. 2006, Handbook
of New Media :
Social Shaping and Social
Consquences of ITCs. Chapter 2
: “Creating Community with Media
: History, Theories
and Scientific Investigations.
London: Sage Publication Ltd. London.
Lievrouw,
Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New Media : Social Shaping
and Social Consequences of ITCs.
Chapter 4 : Perspective on Internet Use: Access, Involvement an Interaction. London: Sage Publication Ltd. London
Lim, M. 2013. Many Clicks but
Little Sticks: Social Media Activism in Indonesia. London: Routledge
1 komentar:
10.9" titanium chords in T.I.R.L.A.
(C). A note is formed that shows the amount of samsung watch 3 titanium points in the columbia titanium pants chords that a titanium hammers person's babylisspro nano titanium spring curling iron point of view and that they hold by this titanium ring
Posting Komentar