Pada
tugas kali ini saya berkesempatan menceritakan budaya dari negara lain yang
mana respondennya tentu harus orang berkebangsaan asing. Saya mendapatkan
responden warga Vietnam yang kebetulan kami sudah saling mengenal sebelumnya.
Ia adalah Nguyen Le Hoang Nguyen atau yang biasa disapa “Ni” ini merupakan
remaja 16 tahun yang tinggal di Kota Danang, Vietnam. Sebelumnya kami sudah
saling mengenal melalui akun media sosial Instagram. Kami sama-sama memiliki
ketertarikan akan National University of
Singapore sehingga kami berteman dan saling bertukar nomor handphone. Kami
tetap menjalin pertemanan hingga sekarang yang dilakukan dengan berkomunikasi
melalui Aplikasi Chatting, LINE dan Instagram. Kami berkomunikasi dengan
menggunakan Bahasa Inggris meskipun tidak terlalu fasih, namun kami tetap
berusaha untuk belajar karena kami juga sama-sama senang belajar Bahasa
Inggris. Dan dalam proses wawancara ini saya juga menggunakan media sosial
LINE.
Terkait dengan tugas ini, saya
membagi sesi wawancara menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah bagian
perkenalan diri Ni secara detail untuk memberikan informasi identitas dirinya.
Bagian kedua adalah bagian yang mana saya menceritakan budaya negara saya
kepadanya, dan bagian ketiga adalah bagian Ni menceritakan budayanya kepada
saya. Kami melakukan sesi wawancara pada tanggal 30 Maret 2014.
Ni
memiliki nama lengkap Nguyen Le Hoang Nguyen yang berasal dari Kota Danang yang
terletak di bagian tengah dari Vietnam. Dia lahir pada tanggal 10 Juli 1998
yang kini bersekolah di Le Quy Don Gifted High School yang merupakan salah 1
dari 5 sekolah terbaik di Vietnam dan duduk pada bangku kelas 10. Dia memiliki
banyak hobi, diantaranya mendengarkan musik saat mengerjakan pekerjaan rumah,
menonton kartun Walt Disney dan memainkan beberapa alat musik seperti piano,
gitar, dan organ. Dia beragama Budha, yang memang merupakan agama mayoritas di
Vietnam.
Selanjutnya
Ni mulai menceritakan kebudayaan negaranya, dan menurut saya Vietnam memang
negara yang cukup bagus dan unik. Vietnam adalah negara yang terletak paling
timur di kawasan Asia Tenggara dengan populasi 90.3 juta pada tahun 2012. Hal
ini membuat Vietnam menjadi negara ke 13 dengan populasi terpadat di dunia, dan
negara terpadat ke delapan di kawasan Asia dengan ibukotanya, Hanoi sejak
penyatuan antara Vietnam Utara dan Selatan pada tahun 1976.
Ni mulai bercerita mengenai perayaan tahun
baru Vietnam (Tết)
yang merupakan perayaan kebudayaan paling penting di Vietnam. Tết
hadir pada musim semi yang biasanya datang pada bulan Januari atau Februari dan
merupakan variasi dari perhitungan kalender China. Dalam menyambut Tết
warga Vietnam terbiasa dengan melakukan kegiatan masak memasak makanan seperti Banh Chung, Banh Day, Dried Young Bamboo Soup, Gio, dan Sticky Rice. Selain itu
mereka juga membersihkan rumah mereka masing-masing. Pada hari pertama perayaan
Tết
mereka biasanya mengunjungi rumah-rumah dari sanak saudara/tetangga, berdoa
untuk penyambutan tahun yang lebih baik, ibadah kepada para leluhur,
mengunjungi tempat ibadah, memberi uang kepada anak-anak, bahkan membuka toko
baru. Pada perayaan Tết ini mereka biasanya melupakan kesalahan-kesalahan di masa
lalu dan berharap untuk dapat lebih baik di tahun berikutnya. Ni mengakui bahwa
ia sangat menyukai perayaan Tết ini karena ia bisa mengunjungi teman-teman dan keluarganya
setelah disibukan dengan berbagai aktivitasnya selama ini.
Kedua, Ni menjelaskan mengenai agama
yang ada di Vietnam. Agama yang terdapat di Vietnam merupakan campuran dari
berbagai negara Asia Timur, seperti Budha, Konfusianis, dan Taois. Namun,
mayoritas warga Vietnam memeluk agama Budha. Oleh karena hal tersebut banyak
sekali Pagoda di Vietnam yang merupakan tempat ibadah penganut agama Budha.
Pagoda itu seperti Pillar Pagoda di
Ha Noi yang merupakan Pagoda utama di Vietnam serta Pagoda Linh Ung di kotanya, Danang. Warga Vietnam biasanya
mengunjungi Pagoda untuk beribadah terutama pada saat peryaan tahun baru
Vietnam (Tết).
Ketiga, Ni menjelaskan mengenai
upacara/ritual pernikahan yang biasa dilangsungkan di Vietnam. Di Vietnam
upacara pernikahan memiliki dua tahap. Yang pertama adalah upacara Betrothal.
Upacara Betrothal merupakan tahap yang mana sang mempelai laki-laki dna
keluarganya mengunjungi mempelai wanita dan keluarganya dengan membawa sejumlah
kotak yang berisi kacang areca, daun betel, teh, kue, buah, wine, dan uang.
Barang-barang ini dikemas dengan kertas merah atau kain yang dibawa oleh
anak-anak. Orang tua dari masing-masing mempelai juga memilihkan tanggal yang
baik untuk pernikahan anak-anak mereka. Tahap yang kedua adalah upacara
pernikahan. Pada tahap ini mempelai pria dan keluarganya mengunjungi rumah
mempelai wanita untuk meminta izin kepada keluarga mempelai wanita untuk
menikahinya dan membawanya ke rumah mempelai pria. Para tamu akan diundang
untuk ikut merayakan pernikahan ini. Pasangan pengantin juga berdoa dan meminta
izin kepada leluhur mereka atas pernikahan tersebut. Pesta pernikahan biasanya
dilaksanakan di hotel atau restoran dengan mengundang keluarga dan teman-teman
dari pengantin. Hal ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pernikahan ala
Barat.
Yang keempat, Ni menjelaskan
mengenai pakaian tradisional atau kostum nasional Vietnam yaitu Ao Dai. Awalnya Ao Dai dipakai oleh pria maupun wanita. Namun sekarang lebih sering
dipakai oleh wanita. Kecuali pada perayaan budaya tertentu, biasanya beberapa
lelaki juga memakainya. Ao Dai
merupakan pakaian berupa gaun panjang yang memiliki celah diantara kedua
sisinya yang dikenakan diatas celana panjang katun atau kain sutra. Ao Dai juga banyak digunakan sebagai
seragam sekolah dengan berbagai warna yang berbeda. Dalam bahasa Vietnam, kata
áo dài diberikan untuk menyebut berbagai jenis pakaian yang kini tak lagi
dipakai, seperti áo ngũ thân, gaun dari
abad ke-19 yang dikenakan kalangan bangsawan yang dipengaruhi gaya busana Manchu.
Terinspirasi oleh mode Paris, seniman asl Hanoi, Nguyễn Cát Tường merancang ulang áo ngũ thân pada tahun
1930. Pada tahun 1950-an, para perancang busana dari Saigon mengetatkan model busananya sampai
menjadi versi saat ini. Pada tahun 1960-an dan awal 1970-an, pakaian ini sangat
terkenal di Vietnam Selatan. Rezim komunis yang mulai memerintah Vietnam sejak
tahun 1975, mencelanya sebagai pakaian yang sederhana dan bergaya androgini.
Barulah pada tahun 1990-an, ao dai mendapatkan kembali kepopulerannya. Pakaian
versi pria adalaháo gấm ("jubah brokat"), yang
dikenakan saat perayaan-perayaan tertentu seperti Tết,
pernikahan, atau kematian. Saat ini áo gấm lebih banyak dikenakan pria generasi
tua. Kalangan
akademis menyebut ao dai adalah pakaian yang melambangkan kecantikan wanita
Vietnam dan rasa nasionalisme Vietnam, salah satunya adalah dengan
penyelenggaraan kontes kecantikan "Miss Ao Dai". "Ao dai"
adalah salah sedikit kata bahasa Vietnam yang muncul dalam kamus-kamus bahasa
Inggris
Ada juga Ha Long Bay yang terletak
di Provinsi Quang Ninh. Dan ketika orang-orang mengunjungi Quang Ninh mereka
akan melihat pertunjukan tradisional Hat
Quan Ho. Hat Quan Ho merupakan
warisan dunia yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya yang perlu
dikunjungi dan merupakan salah satu tujuan wisata. Kesenian ini adalah satu ragam seni yang menarik
pendengarnya dengan kemesraan, kejernihan dan kelugasan-nya dalam setiap kata-
kata dan tarian. Pertunjukan kesenian Hat
Quan Ho terdiri dari dua bagian pokok yaitu bagian upacara dan bagian
pesta. Kalau lagu rakyat Quan Ho diorganisasi menjadi satu pesta, tapi lagu
rakyat Xoan diorganisasi menjadi grup, setiap grup senantiasa beranggotakan
dari 15 orang sampai 18 orang. Kecuali kepala grup yang sudah lansia, semua
anggota sisanya adalah para pemuda- pemudi yang berusia dari 16 sampai 20
tahun. Pada musim pesta, semua grup melakukan pertunjukan di semua daerah,
kadang- kadang memakan waktu selama dari 2 sampai 3 bulan. Pakaian untuk
pertunjukan kesenian Hat Quan Ho kuno
cukup fansastis dan megah, mungkin karena ia berasal dari zaman Raja Hung.
Hingga sekarang ini, walaupun banyak dipertunjukkan di pesta Kuil Hung, semua
pesta di provinsi Phu Tho dan digemari oleh banyak penduduk, tapi kesenian Hat Quan Ho sedang terancam punah karena
tidak diwariskan.
Vietnam
juga memiliki berbagai makanan khas yang nikmat. Menurut Ni, makanan yang
paling nikmat dan paling populer adalah “Pho”. Pho merupakan sup mi khas Vietnam yang terdiri dari mi beras (Banh Pho), beberapa rempah, dan daging
sapi/ayam. Pho adalah makanan populer
yang juga biasa dijual di pinggir jalan dan juga merupakan menu andalan di
beberapa restoran.
Itulah
penjelasan yang disampaikan oleh Ni mengenai budaya di negaranya, Vietnam. Atas
dasar keterangan tersebut saya mengamati bahwa beberapa budaya di Vietnam mirip
dengan budaya di Indonesia. Misalnya pada perayaan Tết yang mirip dengan hari raya Lebaran di
Indonesia, namun kemiripannya hanya terletak pada tradisi mengunjungi saudara
atau teman untuk saling memaafkan kesalahan dan menjalin silaturahmi, masak
memasak, memberikan uang kepada anak-anak dan beribadah. Kemudian pada ritual
pernikahannya juga mirip seperti tradisi lamaran yang membawa berbagai
barang-barang untuk mempelai wanita beserta pelaksanaan pesta pernikahannya.
Bagaimanapun juga Vietnam memang negara yang terletak tidak jauh dari
Indonesia, sehingga mungkin memiliki beberapa kesamaan dalam hal tradisi meski
tidak sama secara keseluruhan. Zona waktunya dengan Indonesia juga sama.
Sayangnya Ni tidak menjelaskan mengenai budaya yang ada di Kota Danang, ia
mengatakan bahwa tidak ada yang terlalu mencolok di Kota Danang, sehingga Ni
hanya menceritakan budaya di negaranya secara umum.
Atas
dasar semua hal tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa Indonesia merupakan
negara yang sangat kaya akan kebudayaan. bagaimanapun juga Indonesia memiliki
13.000 lebih pulau yang tersebar dari Sabang sampai Marauke yang masing-masing
pulau tersebut juga pasti memiliki kebudayaannya masing-masing sehingga
Indonesia dipastikan memiliki ribuan budaya. Yang harus kita lakukan sekarang
adalah menjaga kebudayaan tersebut agar tetap lestari dan jangan sampai punah.
Bagaimanapun juga budaya-budaya tersebut telah memperkaya Indonesia dan menjadikan
Indonesia dikenal dunia.
1 komentar:
artikelnya menarik, amat membantu saya yang mencari informasi mengenai sosial budaya di Vietnam. terimakasih.
Posting Komentar