Rabu, Mei 21, 2014

Mengenal Budaya Vietnam



Pada tugas kali ini saya berkesempatan menceritakan budaya dari negara lain yang mana respondennya tentu harus orang berkebangsaan asing. Saya mendapatkan responden warga Vietnam yang kebetulan kami sudah saling mengenal sebelumnya. Ia adalah Nguyen Le Hoang Nguyen atau yang biasa disapa “Ni” ini merupakan remaja 16 tahun yang tinggal di Kota Danang, Vietnam. Sebelumnya kami sudah saling mengenal melalui akun media sosial Instagram. Kami sama-sama memiliki ketertarikan akan National University of Singapore sehingga kami berteman dan saling bertukar nomor handphone. Kami tetap menjalin pertemanan hingga sekarang yang dilakukan dengan berkomunikasi melalui Aplikasi Chatting, LINE dan Instagram. Kami berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris meskipun tidak terlalu fasih, namun kami tetap berusaha untuk belajar karena kami juga sama-sama senang belajar Bahasa Inggris. Dan dalam proses wawancara ini saya juga menggunakan media sosial LINE.
 
Terkait dengan tugas ini, saya membagi sesi wawancara menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah bagian perkenalan diri Ni secara detail untuk memberikan informasi identitas dirinya. Bagian kedua adalah bagian yang mana saya menceritakan budaya negara saya kepadanya, dan bagian ketiga adalah bagian Ni menceritakan budayanya kepada saya. Kami melakukan sesi wawancara pada tanggal 30 Maret 2014.            

Ni memiliki nama lengkap Nguyen Le Hoang Nguyen yang berasal dari Kota Danang yang terletak di bagian tengah dari Vietnam. Dia lahir pada tanggal 10 Juli 1998 yang kini bersekolah di Le Quy Don Gifted High School yang merupakan salah 1 dari 5 sekolah terbaik di Vietnam dan duduk pada bangku kelas 10. Dia memiliki banyak hobi, diantaranya mendengarkan musik saat mengerjakan pekerjaan rumah, menonton kartun Walt Disney dan memainkan beberapa alat musik seperti piano, gitar, dan organ. Dia beragama Budha, yang memang merupakan agama mayoritas di Vietnam.




Selanjutnya Ni mulai menceritakan kebudayaan negaranya, dan menurut saya Vietnam memang negara yang cukup bagus dan unik. Vietnam adalah negara yang terletak paling timur di kawasan Asia Tenggara dengan populasi 90.3 juta pada tahun 2012. Hal ini membuat Vietnam menjadi negara ke 13 dengan populasi terpadat di dunia, dan negara terpadat ke delapan di kawasan Asia dengan ibukotanya, Hanoi sejak penyatuan antara Vietnam Utara dan Selatan pada tahun 1976.

Ni mulai bercerita mengenai perayaan tahun baru Vietnam (Tết) yang merupakan perayaan kebudayaan paling penting di Vietnam. Tết hadir pada musim semi yang biasanya datang pada bulan Januari atau Februari dan merupakan variasi dari perhitungan kalender China. Dalam menyambut Tết warga Vietnam terbiasa dengan melakukan kegiatan masak memasak makanan seperti Banh Chung, Banh Day, Dried Young Bamboo Soup, Gio, dan Sticky Rice. Selain itu mereka juga membersihkan rumah mereka masing-masing. Pada hari pertama perayaan Tết mereka biasanya mengunjungi rumah-rumah dari sanak saudara/tetangga, berdoa untuk penyambutan tahun yang lebih baik, ibadah kepada para leluhur, mengunjungi tempat ibadah, memberi uang kepada anak-anak, bahkan membuka toko baru. Pada perayaan Tết ini mereka biasanya melupakan kesalahan-kesalahan di masa lalu dan berharap untuk dapat lebih baik di tahun berikutnya. Ni mengakui bahwa ia sangat menyukai perayaan Tết ini karena ia bisa mengunjungi teman-teman dan keluarganya setelah disibukan dengan berbagai aktivitasnya selama ini.
      
Kedua, Ni menjelaskan mengenai agama yang ada di Vietnam. Agama yang terdapat di Vietnam merupakan campuran dari berbagai negara Asia Timur, seperti Budha, Konfusianis, dan Taois. Namun, mayoritas warga Vietnam memeluk agama Budha. Oleh karena hal tersebut banyak sekali Pagoda di Vietnam yang merupakan tempat ibadah penganut agama Budha. Pagoda itu seperti Pillar Pagoda di Ha Noi yang merupakan Pagoda utama di Vietnam serta Pagoda Linh Ung di kotanya, Danang. Warga Vietnam biasanya mengunjungi Pagoda untuk beribadah terutama pada saat peryaan tahun baru Vietnam (Tết).
           
Ketiga, Ni menjelaskan mengenai upacara/ritual pernikahan yang biasa dilangsungkan di Vietnam. Di Vietnam upacara pernikahan memiliki dua tahap. Yang pertama adalah upacara Betrothal. Upacara Betrothal merupakan tahap yang mana sang mempelai laki-laki dna keluarganya mengunjungi mempelai wanita dan keluarganya dengan membawa sejumlah kotak yang berisi kacang areca, daun betel, teh, kue, buah, wine, dan uang. Barang-barang ini dikemas dengan kertas merah atau kain yang dibawa oleh anak-anak. Orang tua dari masing-masing mempelai juga memilihkan tanggal yang baik untuk pernikahan anak-anak mereka. Tahap yang kedua adalah upacara pernikahan. Pada tahap ini mempelai pria dan keluarganya mengunjungi rumah mempelai wanita untuk meminta izin kepada keluarga mempelai wanita untuk menikahinya dan membawanya ke rumah mempelai pria. Para tamu akan diundang untuk ikut merayakan pernikahan ini. Pasangan pengantin juga berdoa dan meminta izin kepada leluhur mereka atas pernikahan tersebut. Pesta pernikahan biasanya dilaksanakan di hotel atau restoran dengan mengundang keluarga dan teman-teman dari pengantin. Hal ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pernikahan ala Barat.
             
Yang keempat, Ni menjelaskan mengenai pakaian tradisional atau kostum nasional Vietnam yaitu Ao Dai. Awalnya Ao Dai dipakai oleh pria maupun wanita. Namun sekarang lebih sering dipakai oleh wanita. Kecuali pada perayaan budaya tertentu, biasanya beberapa lelaki juga memakainya. Ao Dai merupakan pakaian berupa gaun panjang yang memiliki celah diantara kedua sisinya yang dikenakan diatas celana panjang katun atau kain sutra. Ao Dai juga banyak digunakan sebagai seragam sekolah dengan berbagai warna yang berbeda. Dalam bahasa Vietnam, kata áo dài diberikan untuk menyebut berbagai jenis pakaian yang kini tak lagi dipakai, seperti áo ngũ thân, gaun dari abad ke-19 yang dikenakan kalangan bangsawan yang dipengaruhi gaya busana Manchu. Terinspirasi oleh mode Paris, seniman asl Hanoi, Nguyễn Cát Tường merancang ulang áo ngũ thân pada tahun 1930. Pada tahun 1950-an, para perancang busana dari Saigon mengetatkan model busananya sampai menjadi versi saat ini. Pada tahun 1960-an dan awal 1970-an, pakaian ini sangat terkenal di Vietnam Selatan. Rezim komunis yang mulai memerintah Vietnam sejak tahun 1975, mencelanya sebagai pakaian yang sederhana dan bergaya androgini. Barulah pada tahun 1990-an, ao dai mendapatkan kembali kepopulerannya. Pakaian versi pria adalaháo gấm ("jubah brokat"), yang dikenakan saat perayaan-perayaan tertentu seperti Tết, pernikahan, atau kematian. Saat ini áo gấm lebih banyak dikenakan pria generasi tua. Kalangan akademis menyebut ao dai adalah pakaian yang melambangkan kecantikan wanita Vietnam dan rasa nasionalisme Vietnam, salah satunya adalah dengan penyelenggaraan kontes kecantikan "Miss Ao Dai". "Ao dai" adalah salah sedikit kata bahasa Vietnam yang muncul dalam kamus-kamus bahasa Inggris
            
Ada juga Ha Long Bay yang terletak di Provinsi Quang Ninh. Dan ketika orang-orang mengunjungi Quang Ninh mereka akan melihat pertunjukan tradisional Hat Quan Ho. Hat Quan Ho merupakan warisan dunia yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya yang perlu dikunjungi dan merupakan salah satu tujuan wisata. Kesenian ini adalah satu ragam seni yang menarik  pendengarnya dengan kemesraan, kejernihan dan kelugasan-nya dalam setiap kata- kata dan tarian. Pertunjukan kesenian Hat Quan Ho terdiri dari dua bagian pokok yaitu bagian upacara dan bagian pesta. Kalau lagu rakyat Quan Ho diorganisasi menjadi satu pesta, tapi lagu rakyat Xoan diorganisasi menjadi grup, setiap grup senantiasa beranggotakan dari 15 orang sampai 18 orang. Kecuali kepala grup yang sudah lansia, semua anggota sisanya adalah para pemuda- pemudi yang berusia dari 16 sampai 20 tahun. Pada musim pesta, semua grup melakukan pertunjukan di semua daerah, kadang- kadang memakan waktu selama dari 2 sampai 3 bulan. Pakaian untuk pertunjukan kesenian Hat Quan Ho kuno cukup fansastis dan megah, mungkin karena ia berasal dari zaman Raja Hung. Hingga sekarang ini, walaupun banyak dipertunjukkan di pesta Kuil Hung, semua pesta di provinsi Phu Tho dan digemari oleh banyak penduduk, tapi kesenian Hat Quan Ho sedang terancam punah karena tidak diwariskan.        
             
Vietnam juga memiliki berbagai makanan khas yang nikmat. Menurut Ni, makanan yang paling nikmat dan paling populer adalah “Pho”. Pho merupakan sup mi khas Vietnam yang terdiri dari mi beras (Banh Pho), beberapa rempah, dan daging sapi/ayam. Pho adalah makanan populer yang juga biasa dijual di pinggir jalan dan juga merupakan menu andalan di beberapa restoran.
            
Itulah penjelasan yang disampaikan oleh Ni mengenai budaya di negaranya, Vietnam. Atas dasar keterangan tersebut saya mengamati bahwa beberapa budaya di Vietnam mirip dengan budaya di Indonesia. Misalnya pada perayaan Tết yang mirip dengan hari raya Lebaran di Indonesia, namun kemiripannya hanya terletak pada tradisi mengunjungi saudara atau teman untuk saling memaafkan kesalahan dan menjalin silaturahmi, masak memasak, memberikan uang kepada anak-anak dan beribadah. Kemudian pada ritual pernikahannya juga mirip seperti tradisi lamaran yang membawa berbagai barang-barang untuk mempelai wanita beserta pelaksanaan pesta pernikahannya. Bagaimanapun juga Vietnam memang negara yang terletak tidak jauh dari Indonesia, sehingga mungkin memiliki beberapa kesamaan dalam hal tradisi meski tidak sama secara keseluruhan. Zona waktunya dengan Indonesia juga sama. Sayangnya Ni tidak menjelaskan mengenai budaya yang ada di Kota Danang, ia mengatakan bahwa tidak ada yang terlalu mencolok di Kota Danang, sehingga Ni hanya menceritakan budaya di negaranya secara umum.
             
Atas dasar semua hal tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan kebudayaan. bagaimanapun juga Indonesia memiliki 13.000 lebih pulau yang tersebar dari Sabang sampai Marauke yang masing-masing pulau tersebut juga pasti memiliki kebudayaannya masing-masing sehingga Indonesia dipastikan memiliki ribuan budaya. Yang harus kita lakukan sekarang adalah menjaga kebudayaan tersebut agar tetap lestari dan jangan sampai punah. Bagaimanapun juga budaya-budaya tersebut telah memperkaya Indonesia dan menjadikan Indonesia dikenal dunia.




 
 

1 komentar:

Unknown mengatakan...

artikelnya menarik, amat membantu saya yang mencari informasi mengenai sosial budaya di Vietnam. terimakasih.

Posting Komentar