Jumat, April 11, 2014

Media Baru dalam Lingkup Kelompok Kerja

            Pesatnya perkembangan teknologi memang tidak dapat kita pungkiri sekarang. Bagaimanapun juga teknologi mampu mengubah kehidupan manusia di masa kini. Dengan adanya teknologi semua hal dapat kita lakukan dalam waktu yang relatif singkat, begitu juga dalam aspek komunikasi. Dengan adanya teknologi, mempermudah kita dalam berkomunikasi dan berhubugan dengan orang lain tanpa khawatir akan jarak. Semua kemudahan tersebut tidak hanya dapat kita rasakan dalam kehidupan personal manusia, tetapi dalam lingkungan kerja yang ternyata teknologi komunikasi juga dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam beberapa aspek.

            Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone (2006) menjelaskan dalam bab New Media and Small Group Organizing bahwa media dan teknologi mampu berperan dalam mendukung pekerjaan yang terdiri dari beberapa orang pada suatu kelompok di tempat kerja serta bagaimana teknologi membentuk dan dibentuk oleh perilaku kelompok. Berbicara mengenai suatu kelompok, secara umum kelompok dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Perlu diketahui bahwa teknologi dan internet ternyata mampu memberikan kontribusi akan karakteristik dalam pembentukan suatu kelompok.
            Dengan adanya teknologi baru memang mampu melahirkan banyak kelompok dengan kemampuan mereka dalam mengeksplorasi segala yang menjadi tujuan mereka. Namun adanya kelompok yang terbentuk secara tradisional tidak boleh dilupakan keberadaannya. Dengan adanya teknologi membuat konsep kelompok menjadi sedikit berubah, karena mereka tidak harus medaftar secara formal dan tidak terikat waktu dan tempat, mereka bisa melakukan apapun yang menjadi tujuan mereka kapanpun dan dimananapun, sehingga mereka bisa memiliki kuantitas yang sangat besar. Mereka juga biasanya bersifat anonim, sehingga identitas dari masing-masing anggota kelompok kurang memadai. Disisi lain mereka juga memiliki hubungan interpersonal yang rendah karena mereka hanya berfokus pada penyelesaian tugas serta adanya kesulitan untuk mencapai konsensus. Sementara itu,  hal tersebut berkebalikan dengan kelompok tradisional. Mereka lebih memiliki identitas secara jelas, adanya kekuatan akan hubungan komunikasi yang terjalin, serta kemampuan yang lebih bagus akan pengambilan keputusan dan pencapaian konsensus. Namun bila ditinjau dari segi performa kerja dan hasil yang diperoleh, kelompok yang terbentuk dengan teknologi mampu menghasilkan lebih banyak ide dengan kualitas yang lebih tinggi. Sementara kelompok tradisional cenderung memiliki produk-produk berkualitas pada tugas-tugas intelektif dan negosiasi. Disisi lain, internet juga memberikan pengaruh yang penting akan bagaimana karakteristik dari kelompok-kelompok tersebut. Kemudahan akan akses dan penyebaran informasi akan selalu memberikan nilai plus bagi penggunanya.  
            Dalam pembahasan ini Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone lebih memfokuskan definisi kelompok tersebut pada suatu kelompok kerja. Kelompok kerja (work group) adalah kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi terutama untuk saling berbagi informasi untuk membuat keputusan guna membantu satu sama lain dalam wilayah kewenangannya masing-masing. Terkait dengan teknologi dan media, adanya kelompok-kelompok dalam suatu lingkungan kerja juga membuat mereka memiliki sistem pendukung komunikasi baik secara eksternal maupun internal. Sistem pendukung tersebut adalah GCSS, GISS, GXSS, dan GPSS. Secara sederhana GCSS (Group Communication Support System) adalah suatu sistem yang memungkinan para anggotanya untuk berkomunikasi satu sama lain dalam suatu kelompok kerja tersebut. sementara itu, GISS (Group Information Support System) merupakan supporting system yang menyediakan berbagai informasi yang diperlukan oleh anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas. Anggota memiliki akses ke banyak repositori informasi atau pengetahuan sehingga memudahkan mereka untuk berbagi informasi satu sama lain, yang hanya diketahui oleh pihak-pihak internal. Contoh dari hal tersebut adalah adanya intranet dalam suatu organisasi/perusahaan. GXSS (Group External Support System) merupakan supporting system yang membantu anggota kelompok untuk berinteraksi dengan pihak luar kelompok seperti stakeholder dan lainnya. Dan yang terakhir adalah GPSS (Group Performance Support System) yang berfungsi untuk mendukung dan memaksimalkan fungsi kerja anggota dalam suatu kelompok tersebut. Dengan adanya supporting system semacam itu menunjukan bahwa teknologi komunikasi kini benar-benar  menembus berbagai dinding kehidupan manusia demi memudahkan dan melancarkan urusan manusia dalam berbagai hal di hidup mereka, termasuk dalam aspek pekerjaan.
McGrath dan Hollingshead (1993; 1994) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok dan kualitas dari kinerja masing-masing anggota sangat dipengaruhi oleh jenis dan kesulitan akan tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok. Mereka berhipotesis bahwa efektifitas tugas pada suatu kelompok akan berbeda tergantung dari kekayaan informasi yang dapat ditransmisikan dengan menggunakan teknologi. Namun, kelompok-kelompok yang dikembangkan dengan lebih banyak pengalaman akan teknologi komunikasi dipastikan akan lebih memiliki kekayaan informasi daripada yang tidak menggunakan teknologi sama sekali. Atas dasar hal tersebut membuktikan bahwa mdia baru ternyata memiliki kontribusi besar dalam menentukan kualitas hasil yang diperoleh dari kinerja masing-masing anggota.
Teknologi dapat dikatakan sebagai salah satu dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses kelompok dan hasil yang didapat akan proses tersebut. Terkait dengan hal tersebut, Poole and Desanctis (1990) mengemukakan suatu teori, yaitu Adaptive Structuration Theory (AST). Teori struktural adaptif ini, Poole berpendapat bahwa kita memiliki dua kemungkinan: apakah kita diatur oleh struktur kelompok tersebut ataukah kita memiliki kebebasan yang tak terbatas sebagai individu di dalam sebuah kelompok. Dalam konteks pembahasan ini dapat diartikan bahwa saat ini bukan lagi kita yang mengatur teknologi tapi teknologi yang mengatur kita dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga membuat kelompok berubah sejak menggunakan teknologi. Karena masalah utama yang akan muncul dengan adanya teknologi dan media baru adalah mengenai identitas saat kita berhubungan dengan orang lain.
            Perkembangan teknologi digital secara dramatis dapat mengubah situasi kerja dalam kelompok. Teknologi memiliki potensi untuk memberikan banyak manfaat bagi kelompok-kelompok dengan menghubungkan orang yang memiliki tujuan yang sama dan kepentingan tetapi dipisahkan dalam ruang dan waktu. Mereka dapat memungkinkan organisasi untuk mengembangkan tim yang efektif dari pekerja yang dapat didistribusikan kemana saja. Yang pasti, teknologi baru memiliki suatu potensi untuk memelihara sebuah tim dengan menghubungkan para anggota satu sama lain tetapi juga hubungannya dengan pihak internal dan eksternal. Kita harus mampu menyesuaikan diri dengan media baru yang dapat menyetir kehidupan dan hubungan kita dengan orang lain. yang pasti apabila kita mampu memaksimalkan penggunaan teknologi dan media kita mampu memprediksi bagaimana hasil kerja yang akan kita peroleh kedepannya. So, be a smart people when you use “smart” media!

REFERENSI:
Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New Media : Social Shaping           and      Social Consequences of ITCs, Chapter 5  New Media and Small Group     Organizing. Sage         Publication Ltd. London.





0 komentar:

Posting Komentar