Jumat, September 12, 2014

Pengertian Serta Ruang Lingkup Komunikasi Massa dan Sosiologi Komunikasi Massa


  1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KOMUNIKASI MASSA
A.    PENGERTIAN KOMUNIKASI
            Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication, dan kata communication berasal dari kata dalam bahasa Latin communication yang artinya sama. Sama di sini maksudnya sama makna. Kesamaan bahasa yang digunakan dalam percakapan belum tentu memberikan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu sendiri (Effendy, 1984:1).

            Komunikasi setidaknya harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Karena komunikasi tidak hanya bersifat informatif, melainkan juga persuasif (Effendy, 1984:12). Komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain, kata pakar sosiolog dan komunikasi dari Amerika Serikat, Carl I. Hovland. Perubahan yang dialami penerima pesan tidak akan terjadi selama komunikator dan komunikan tidak mencapai kesamaan makna mengenai apa yang dibicarakan, pesannya tidak informative, cara penyampaian pesannya tidak komunikatif, dan teknik yang digunakan dalam komunikasi tidak persuasive.
            Komunikasi bersifat dinamis. Komunikasi tidak hanya dipahami secara etimologis dan teknis, tetapi juga harus dimaknai secara psikologis dan sosiologis. Komunikasi tidak hanya bisa diartikan sebatas teks seperti yang terdapat dalam deretan huruf dan kata dalam sebuah kalimat, tetapi komunikasi bisa juga diterjemahkan menurut dimensi ruang dan situasi tertentu.

B.     DEFINISI KOMUNIKASI
            Menurut Onong Uchjana Effendy, hakikat komunikasi adalah proses penyataan antarmanusia dalam bentuk pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Jika dianalisis, pesan komunikasi terdiri atas dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), dan kedua adalah lambang (symbol).
            Wilbur Schramm menekankan, kita tidak mungkin bisa berkomunikasi secara efektif apabila kita tidak memperhatikan dua hal: kerangka pengetahuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings), dan bidang pengalaman (field of experience). Tanpa ada kesamaan bidang pengetahuan dan bidang pengalaman antara komunikator san komunikan, komunikasi akan menimbulkan terjadinya kesalahan pengertian, kesalahan persepsi, kesalahan penafsiran, atau bahkan kesalahan dan kegagalan komunikasi.
  1. PROSES KOMUNIKASI
            Kita bisa membedah proses komunikasi menjadi dua sudut pandang. Pertama persektif psikologis yang memahami komunikasi sebagai proses penyampaian serta pertukaran pikiran dan perasaan dari seseorang pada orang lain dengan menggunakan bahasa yang dipahami maknanya. Selain itu kondisi psikologis komunikator juga sangat mempengaruhi. Komunikator tentu tidak dapat melakukan komunikasi secara baik dan efektif kalau kondisi psikologisnya sedang kacau. Sementara itu perspektif mekanistis membagi komunikasi menjadi empat kategori yaitu komunikasi primer, sekunder, linier, dan sirkular.
1.      Proses Komunikasi Primer
            Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan melalui suatu lambang sebagai media atau saluran. Lambang ini biasanya berupa bahasa, yang dalam situasi lain dapat berupa gesture. Sedangkan lambang lainnya berupa lambang nonverbal seperti kial dan isyarat dengan anggota tubuh.
            Dapat diambil kesimpulan, bahwa komunikasi primer dilakukan secara langsung tanpa menggunakan alat bantu selain bahasa serta bersifat tatap muka. Keuntungan psikologis dari komunikasi jenis ini lebih tinggi dibanding jenis lainnya karena komunikator dapat melihat langsung seperti apa feedback yang diberikan oleh komunikan.

2.      Proses Komunikasi Sekunder
            Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan kepada komunikator dengan menggunakan alat/sarana sebagai media kedua setelah menggunakan bahasa sebagai media pertamanya karena komunikannya yang berjumlah banyak/jauh tempatnya. Contoh dari media ini bisa seperti telepon, televisi, radio, dan surat kabar (Effendy, 2003: 37-38)
            Ini berarti, komunikasi sekunder yang lebih mengandalkan peralatan teknis tidak memiliki sentuhan dan kehangatan manusiawi. Akan tetapi, menurut para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang bersifat informatif. Menurut mereka, yang efektif dan efisien dalam menyampaiakan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena kerangka acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik berlangsung secara seketika, dalam artian komunikator mengetahui tanggapan reaksi komunikan pada saat itu juga.
3.      Proses Komunikasi Linier
            Proses komunikasi linier  merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan secara satu arah. Proses komunikasi ini bisa dilakukan secara tatap muka, komunikasi kelompok, atau komunikasi media. Komunikasi linier umumnya terjadi pada masrakat otokratis dan paternalistik yang informasi tersebut didominasi oleh elit politik dan rakyat hanya menerimanya secara mentah-mentah.
            Secara sosiologis komunikasi linier mencerminkan adanya pola hubungan dan interaksi sosial atas-bawah yang kontraproduktif. Pesan mengalir hanya dari pihak atas menuju pihak bawah yang sangat pasif, mereka hanya menerima mentah-mentah yang jika dibiarkan, lama kelamaan mereka justru bisa menjadi apatis. Komunikasi linier tumbuh subur di masyarakat agraris dan paternalis namun meranggas di masyarakat kritis. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan suatu bangsa semakin tinggi pula kritisisme bangsa tersebut terhadap informasi yang diterimanya.

  1. Proses Komunikasi Sirkular
Proses komunikasi sirkular dapat dikatakan sebagai kebalikan dari proses komunikasi linear. Dalam Proses komunikasi linear pesan yang disampaikan berjalan lurus atau satu arah dari komunikator kepada komunikan. Sedangkan dalam proses komunikasi sirkular, pesan bergerak dari satu titik ke titik lain lalu kembali kepada titik awal tempat pesan disampaikan. Dengan kata lain, dalam proses komunikasi ini, terdapat pergantian posisi antara komunikator dengan komunikan dikarenakan adanya feedback.
Dalam teori komunikasi, feedback atau umpan balik dibagi menjadi beberapa klasifikasi, seperti Upan Balik Positif, Umpan Balik Negatif, Umpan Balik Netral, Umpan Balik Nihil, Umpan Balik Seketika, dan Umpan Balik Tertunda. Macam-macam konsep umpan balik ini dirasa penting karena, umpan balik merupakan suatu indikator keberhasilan proses komunikasi.
a.       Umpan Balik Positif (Positive Feedback)
Umpan balik positif merupakan umpan balik yang sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator. Umpan balik yang diharapkan bisa berupa persetujuan, dukungan, pemihakan, dll. Komunikator yang baik adalah komunikator yang dapat menghasilkan feedbeck positif atas lawan bicaranya.  Misalnya, ketika seorang pedagang (sales) suatu produk menawarkan produknya. Ketika pelanggan terpengaruhi dan akhirnya membeli produknya, itulah yang disebut sebagai feedback positif)

b.      Umpan Balik Negative (Negative Feedback)
Secara sederhana, umpan balik negatif merupakan kebalikan dari umpan balik positif. Dengan artian, apa yang disampaikan oleh komunikan sebagai respon kepada komunikator, tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator.
Misalnya, ketika kita berusaha mempengaruhi teman kita untuk makan ke tempat A, akan tetapi teman kita justru tidak menjawab dengan “iya”, melainkan menjawab sebaliknya.

c.       Umpan Balik Netral (Netral Feedbeck)
Umpan balik netral adalah tanggapan yang bersifat netral. Artinya, tanggapan tersebut tidak memihak ataupun menolak pesan dari komunikator. Contohnya, ketika ada pertandingan sepakbola antara kesebelasan A dan B komunikan tidak mendukung salah satu tim atau bersifat netral. Baginya bersifat netral dikarenakan tidak ada alasan untuk mendukung salah satu tim.

d.      Umpan Balik Nihil (Zero Feedback)
Umpan balik nihil menunjuk kepada tanggapan yang tidak memberikan pengaruh apapun kepada komunikator. Menurut teori komunikasi komunikan tidak mudah dibujuk atau diyakinkan pada suatu hal, sehingga komunikan berhak diam atau tidak memberikan tanggapan.

e.       Umpan Balik Seketika (Direct Feedbeck)
Umpan balik seketika adalah tanggapan yang bersifat langsung atau saat itu juga. Contoh, proses tanya jawab antara dosen dan mahasiswa di dalam kelas.

f.       Umpan Balik Tertunda (Indirect Feedback)
Umpan balik tertunda merupakan kebalikan dari umpan balik seketika. Artinya, respon yang diberikan oleh komunikan kepada komunikator mengalami delay. Sebagai contoh, respon seorang pembaca terhadap artikel atau wacana yang ada di surat kabar, yang baru bisa Ia berikan melalui surat pembaca di keesokan harinya.
  1. PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSA
Setiap hari kita disuguhi berbagai informasi baik yang membahagiakan sekaligus yang menyedihkan dari surat kabar, siaran radio maupun tayangan televisi yang kita konsumsi. Kita kerap terhanyut, seperti mengalami sendiri berbagai fenomena dan peristiwa itu secara langsung. Semua ini terjadi karena kekuatan dahsyat bahasa jurnalistik. Sebagai salah satu bentuk ragam bahasa, bahasa jurnalistik kini tampil begitu perkasa dan memppesona dalam sajian berita dan laporan media massa (Sumadiria, 2006:1).
Media komunikasi massa menunjuk kepada bentuk saluran penyampaian (media activity) yang terlihat kasat mata menurut bentuk, ukuran, dan volumenya seperti surat kabar, radio, televisi, dan media internet. Sedangkan bagaimana pesan-pesan dipersiapkan, diolah, dan dipublikasikan kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya adalah proses komunikasi massa. Komunikasi massa, dilihat dari segi bentuk dan pengolaannya, terbagi atas media komunikasi massa cetak (printed mass media) seperti surat kabar, media komunikasi massa elektronik auditif (electronic mass media) seperti radio siaran (broadcasting), dan media komunikasi massa audiovisual seperti siaran televisi dan media internet.

  1. DEFINISI KOMUNIKASI MASSA
Ada berbagai definisi komunikasi massa yang dirumuskan oleh para ahli. Dari definisi-definisi tersebut dapat dirangkum bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 1998: 189). Komunikasi massa termasuk proses komunikasi secara sekunder karna bersifat searah (linear) sehingga kita tidak dapat memberikan tanggapan secara langsung sebagaimana ketika kita bertatap muka.
Pengertian serta definisi komunikasi massa menurut disiplin ilmu komunikasi dan disiplin ilmu sosiologi secara terminologis bisa disebut sama, tetapi secara substansi teoritis tidaklah sama. Menurut sosiologi, berpidato dengan banyak orang dalam jumlah besar di lapangan sepak bola disebut komunikassi massa. Namun, dalam komunikasi hal tersebut bukanlah komunikasi massa dan disebut public speaking.
  1. KARAKTERISTIK KOMUNIKASI MASSA
Seperti halnya definisi, banyak pakar komunikasi yang berpendapat mengenai karakteristik komunikasi massa. Secara garis besar, pedapat-pendapat tersebut memiliki kata kunci yang sama yaitu:
1.      Komunikator Melembaga
Komunikasi massa bersifat institusional. Ini berarti komunikator komunikasi massa bersifat melembaga. Ia merupakan kumpulan individu dari berbagai keahlian dalam ranah sejenis yang tergabung dalam sebuah lembaga yang terorganisasi dengan rapi, baik, dan profesional. Karena institusional, maka gaya komunikator suatu media komunikasi massa tidaklah berbeda satu sama lain (seragam).
2.      Komunikasi Satu Arah
Pesan komunikasi massa bersifat satu arah. Tidak terjadi umpan balik langsung. Tidak terdapat proses dialogis dan posisi kita pasif. Secara sosiologis, teori powerless (tak berdaya) khalayak komunikan komunikasi massa kerap melahirkan gelombang protes masyarakat pada banyak negara berkembang. Sedangkan televisi diasumsikan sebagai powerful (digdaya) karena memiliki kekuatan pengaruh sangat dahsyat dalam mengubah pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat.
3.      Pesan Umum Diterima Serempak
Pesan komunikasi massa ditujukan untuk khalayak umum. Menurut teorii komunikasi, khalayak umum merujuk pada tiga dimensi: geografis (berkaitan dengan kondisi letak geografi suatu daerah), monografis (merujuk ada data administrasi kependudukan, seperti jenis kelamin, kelompok usia, suku bangsa, agama, pendidikan, status perkawinan, tempat tinggal, pekerjaan, pendapatan), dan psikografis (merujuk pada karakter, sifat kepribadian, kebiasaan, adat istiadat). Karena ditujukan untuk khalayak umum yang sangat heterogen, maka dalam mengemas pesannya media massa harus menggunakan dan tunduk kepada kaidah bahasa jurnalistik. Ciri utama bahasa jurnalistik diantaranya sederhana, singkat, padat, lugas, jernih, menarik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku (Sumadiria, 2005: 54-59).

4.      Khalayak Tersebar, Anonim, Heterogen
Khalayak komunikasi massa tersebar dimana-mana. Mereka diikat oleh media secara psikologis, tetapi mereka tidak diikat dan tidak terikat oleh antarmereka sendiri. Dengan kata lain, mereka hanya terhubung dengan media massa tetapi antarmereka tidak terhubungkan satu sama lain. Selain tersebar, khalayak komunikasi massa juga bersifat anonym karena tidak mengenal satu sama lain. Dalam anonimitas tersebut terdapat heteregonitas, karena dalam masyarakat yang tidak mengenal satu sama lain tetapi terhubungkan oleh acara-acara di televisi.
5.      Selintas
Selintas berarti sesaat, sekilas, sepintas. Selintas mengandung arti juga tak bisa diulang atau diulang-ulang. Radio dan televisi berifat selintas. Sedangkan surat kabar dan majalah sifatnya tercetak di atas kertas sehingga terdokumentasikan dan bisa dibaca berulang-ulang. Perbedaan sifat tersebut pada akhirnya melahirkan filosofi jurnalistik yang berbeda bagi industri media. Filosofi media cetak misalnya, apapun yang dittulis surat kabar dan majalah haruslah meenuhi kualifikasi kelengkapan informasi, edukasi, serta daya referensi tinggi yang ditimbulkannya. Sedangkan laporan radio dan televisi siaran harus unggul dalam kecepatan dan kesaksian dari lokasi peristiwa. Bagi sosiologi komunikasi massa, dua pendekatan filosofi jurnalistik media cetak dan media elektronik ini, pada akhirnya memunculkan diskursus (wacana) tentang apa yang disebut literacy media theory. Teori media literasi atau melek media dari Daniel Lerner ini mengasumsikan tingkat melek media suatu bangsa akhirnya akan bersinggungan dengan kdar kualitas proses demokratisasi di Negara tersebut. Melalui tesisnya, Lerner hendak mengingatkan, taka da demokrasi tanpa kemerdekaan media. Begitu pula sebaliknya, taka da media tanpa proses demokrasi di suatu Negara.

  1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA
A.    Pengertian sosiologi
            Secara etimologis, sosiologi berasal dari dua suku kata yaitu socios yang berarti masyarakat, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara sederhana sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang tergolong masih sangat muda, sehingga banyak ilmuwan yang tertarik kepada ilmu ini. Seperti Furfey yang mendefinisikan sosiologi dalam catatanya sebanyak 80 definisi.
Dari 80 definisi furfey membaginya menjadi enam kategori ; ( 1) 23 definisi merupakan bahwa objek sosiologi adalah masyarakat, kelompok sosial, dan kesatuan kesatuan organisasi; (2) 17 definisi menyebutkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang membahas kehidupan kelompok ;(3) 3 definisi memuat masalah hubungan sosial atau bentuk – bentuk kerja sama (asosiasi) ; (4) 11 definisi meliputi gejala sosial sebagai sosiologi ;(5) 22 memuat definisi yang begitu kabur sifatnya.
            Dari 80 definisi tersebut dapat ditarik 3 kesimpulan yaitu ; (1) sosiologi adalah ilmu yang membicarakan sifat sosial manusia dengan tindakan sosialnya, dengan interelasi antara manusia dan kehidupan kelompok; (2) sosiologi adalah ilmu yang mengikuti secara kritis perkembangan masyarkat atau meletakan dasar ilmiah dalam memimpin perkembangan tersebut kearah yang diinginkan manusia; (3) sosiologi adalah ilmu yang mendambakan pengetahuan mengenai berbagai struktur dan sistem sosial yang dapat dibuktikan ( Daldjoeni, 1981; 158-159).
            Pitrim Sorokin, dalam karyanya Contemporary Sociological Theories menyatakan, sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari (1) hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala – gejala sosial (Sorokin,1928; 760-761 dalam Soekanto, 1991 : 20). Kemudian tokoh sosiologi Indonesia Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proes – proses sosial termasuk perubahan – perubahan sosial. Struktur soaial adalah jalinan antar unsur – unsur sosial yang pokok yaitu kaidah sosial (norma – norma sosial), lembaga – lembaga sosial, kelompok – kelompok, serta lapisan – lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timabal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama misalnya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik. Sebagai kesimpulan, sosiologi adalah ilmu sosial yang kategori, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian – pengertian umum, rasional, dan emppiris, serta bersifat umum ( Soekanto, 1991 ; 20-25).
            Istilah sosiologi pertama kali dikenalkan oleh Auguste Comte ( 1798 – 1853). Tokoh Perancis ini dianggap sangat berjasa dalam membedakan ruang lingkup dan isi sosiologi dalam ruang lingkup dan isi ilmu – ilmu pengetahuan lainya. Ia kemudian mendapat julukan “ Bapak Sosiologi”. Auguste comte membedakan antara sosiologis statis dan sosiologis dinamis. Sosiologi dinamis itu memfokuskan perhatiannya pada hukum – hukum statis yang menjadi dasar dari adanya masyarakat. Studi ini merupakan semacam anatomi sosial yang mempelajari aksi – aksi dan reaksi timbal balik dari sistem – sistem sosial. Cita – cita dasar yang menjadi latar belakang sosiologis statis adalah bahwa semua gejala sosial saling berkaitan. Unit sosial yang penting bukanlah individu melainkan keluarga yang bagian – bagiannya terikat oleh simpati. Sosiologi dinamis merupakan teori tentang perkembangan yang menggambarkan cara – cara pokok fase – fase perjalanan manusia, dari tingkatan intelegensia rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Comte yakin masyarakat akan berkembang menuju kesempurnaan ( Soekanto, 1991 : 36 – 37). Social statics ( statika sosial atau struktur sosial yang ada ) dan social dynamic ( dinamika sosial atau perubahan sosial), meski keduanya dimaksudkan untuk menemukan hukum – hukum kehidupan sosial, ia merasa bahwa dinamika osial lebih penting daripada statika sosial. Tekanan dan perubahan sosial ini mencerminkan perhatiannya yang sangat besar terhadap reformasi sosial.
B.     Pengertian Sosiologi Komunikasi Massa
            Ilmu sosiologi dalam waktu yang relatif singkat telah banyak menyita perhatian banyak ilmuwan – ilmuwan yang sebelumnya menggeluti ilmu alam. Pasaca Perang Dunia II banyak ilmuwan yang mempelajari dampak sosiologis media massa. Misalnya melakukan penelitian mendalam tentang pengaruh media masa kepada pemilih dalam pemilu serta interaksi sosial dan suatu sistem sosial yang memengaruhi efek komunikasi.
            Memang manrik untuk meneliti secara psikologis pengaruh media massa pada pembentukan opini dan sikap individual; tetapi yang lebih menarik adalah mengkaji bagaimana media massa mengembangkan norma – norma sosial, dan menimbulkan perubahan sosial, membentuk  interaksi sosial, melakukan kontrol sosial dan menimbulkan perubahan sosial.
            Sosiologi komunikasi massa, sangat tertarik untuk melakukan analisis sosiologis mengenai fenomena sisi histori, fungsi, eksistensi, dan dampak media massa sebagai lembaga sosial yang bersifat dinamis, dalam konteks indonesia misalnya kita bisa memperkarakan banyaknya tayangan film dan sinetron bertemma seks, kekerasan dan dunia mistik yang diyakini tidak mencerahkan justru menyesatkan masyarakat. Dalam pandangan pakar sosiologi Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh – mempengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok ( Soekanto, 1992 ; 471).
            Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana perubahan – perubahan sosial dalam masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta efek sosial macam apa yang di tanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan –perubahan yang didorong oleh media massa itu ( Bungin, 2006 ; 31)
            Objek manusia dalam studi sosiologi komunikasi menekankan pada aspek aktifitas manusia sebagai makhluk sosial yang melakukan aktivitas sosiologi yaitu proses sosial dan komunikasi. Aspek ini merupakan aspek dominan dalam kehidupan manusia bersama orang lain. Aspek lainya adalah telematika dan realitasnya. Aspek ini menyangkut persoalan teknologi media, teknologi komunikasi dan berbagai persoalan konvergensi yang ditimbulkannya termasuk raelitas maya yang dihasilkan oleh telematika sebagai ruang publik baru yang tanpa batas dan memiliki masa deoa yang cerah bagi ruang kehidupan.
            Sebaliknya perkembangan telematika dan aspek – aspeknya serta pengaruhnya terhadap perkembangan media massa memberikan efek yang luar biasa pada masyarakat. Efek media memiliki ruang bahasan yang luas terhadap konsekuensinya pada proses – proses sosial itu sendiri, baik menyangkut individu, kelompok, masyarakat, maupun dunia, termasuk pula aspek – aspek yang merusak, seperti kekerasan, pelecehan, penghinaan bahkan sampai pada masalah – masalah kriminal. Pengaruh media juga ikut dalam membentuk life style dan lahirnya norma sosial baru.

  1. KESIMPULAN
            Sosiologi Komunikasi Massa berusaha menelaah hubungan timbal balik antara media massa dan masyrakat. Sosiologi komunikasi massa sangat tertarik untuk melakukan analisis sosiologis mengenai fenomena sisi histori, fungsi, eksistensi, dan dampak media massa sebagai lembaga sosial yang bersifat dinamis. Dalam konteks Indonesia misalnya, kita bisa memperkarakan banyaknya tayangan film dan sinetron bertema seks, kekerasan, dan dunia mistik yang diyakini tidak encerahkan, tetapi justru menyesatkan masyarakat.

 DAFTAR PUSTAKA:
Sumadiria, A.S Haris. 2014. Sosiologi Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.




source image: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoYVlP02W_lmW92L2fIdg9zl_JWkjoRVFexnsONUHVdDnjMD7BOYE8Z0zEuCcYMzh4gLKwtSe8cOPuj6d1y9xjg5QFHnR3OW-lGIJLl5vgFnsxmrZzy4itvRe9E7VMuG3Fv35Q0GDsNpY/?imgmax=800

0 komentar:

Posting Komentar