Jumat, Maret 28, 2014

Chapter 4 : Perspective on Internet Use: Access, Involvement an Interaction by RONALD E. RICE , CAROLINE HAYTHORNTHWAITE

MATA KULIAH
TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Perspective on Internet Use: Access, Involvement an Interaction


Chapter 4 : Perspective on Internet Use: Access, Involvement an Interaction by RONALD E. RICE , CAROLINE HAYTHORNTHWAITE

A.      PENDAHULUAN
            Pada bagian ke 4 ini pembahasan lebih berfokus pada perspektif penggunaan internet dalam hal akses serta keterlibatan interaksi yang terjadi di dalamnya. Pada pembahasan ini terdapat perspektif optimis dan perspektif pesimis yang diterapkan dalam berbagai konteks, seperti dalam hal akses jaringan dan penggunaan peralatan komputer/internet, pengaruh penggunaan media baru, implikasi terhadap partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam politik, isu internet dan keterlibatan komunitas, serta adanya interaksi sosial yang membentuk berbagai ekpresi di dunia maya. Dalam bab ini juga membahas bahwa faktor pendidikan, budaya, fisik, serta kondisi sosial dan ekonomi ternyata mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan akses internet. Internet juga dirasa mampu memberikan kontribusi tertentu bagi partai politik, lembaga swadaya masyarakat, kongres kampanye dan kelompok aktivis lokal (Browning dan Weitzner, 1996; Corrado, 2000; Davis, 1999; Ruam, 1997).  Selain itu juga disinggung bagaimana internet mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menyeleksi informasi karena berlimpahnya informasi yang diberikan, hingga mampu menimbulkan suatu fragmentasi sosial. Implikasi penggunaan internet terhadap aspek interpersonal juga dibahas dalam bagian ini. Yang mana penggunaan internet dengan ceroboh memiliki dampak tertentu bagi pengguna tersebut. semua hal tersebut akan dijabarkan pada pembahasan selanjutnya.

B.       PERSPEKTIF PESIMIS DAN OPTIMIS DALAM KONTEKS ‘AKSES’

Perspektif pesimis
            Perspektif pesimisme membahas mengenai kekhawatiran tentang akses internet/media online yang tidak sama yang berimplikasi pada keuntungan/manfaat yang didapat juga tidak sama. Banyak penelitian menunjukkan bahwa masyarakat minoritas seperti orang Afrika - Amerika dan Hispanik non - putih sangat kecil kemungkinannya untuk memiliki computer di rumah dan kurang memiliki akses terhadap jaringan dibandingkan masyarakat kulit putih dan Asia. Oleh karena itu masyarakat  Afrika - Amerika dan Hispanik non - putih dan kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan Internet ( Neu et al , 1999. ). Penelitian juga menunjukkan bahwa langkah-langkah lain seperti jumlah waktu yang dihabiskan untuk online lebih rendah untuk kelompok minoritas. Sejumlah penelitian juga telah menunjukkan bagaimana akses oleh orang-orang di sektor-sektor tradisional yang biasanya berpendidikan rendah, berpendapatan yang rendah, serta usia yang lebih tinggi justru memiliki pengalaman yang kurang dalam dunia online. Sebuah studi oleh UCLA pada tahun 2000 membandingkan pengguna internet dengan yang bukan pengguna internet dan serta non - pengguna yang kemungkinan akan menjadi pengguna di kemudian hari. Studi ini menemukan bahwa hanya 31,2 persen dari mereka yang tidak lulus dari sekolah tinggi menggunakan internet pada musim gugur tahun 2000, 86,3 persen dari mereka yang memiliki gelar sarjana; 53,1 persen dari lulusan sekolah tinggi dan 70,2 persen dari mereka dengan beberapa pendidikan tinggi menggunakan internet . Sementara itu dalam hal gender, studi ini menunjukan lebih banyak wanita yang menggunakan akses internet daripada laki-laki. Namun saat ini saat ini di seluruh dunia – lebih banyak pria daripada wanita yang cenderung memiliki akses ke Internet.
Hambatan , Pengaruh dan Konsekuensi dalam Perspektif Pesimis
            Ada banyak hambatan fisik dan sosial ekonomi atas persoalan akses jaringan tersebut. Berdasarkan survey yang dilaporkan oleh UCLA (2000)  pada responden untuk mengetahui  alasan mereka terhadap hambatan untuk menggunakan Internet, meliputi : tidak ada komputer atau terminal yang tersedia (37,7 persen), tidak tertarik (33,3 persen), tidak tahu bagaimana menggunakannya (18,9 persen), terlalu mahal (9,1 persen) (dan kemudian berbagai faktor lainnya). Tidak mampu menemukan konten online yang memiliki arti lokal atau pribadi atau mewakili budaya seseorang ternyata juga dapat mempengaruhi penggunaan Internet (Katz dan Rice , 2002a ; Warschauer , 2003).
            Contoh dari perspektif pesimis ini di Indonesia seperti masih adanya masyarakat tradisional juga di Indonesia yang masih merasa asing akan teknologi apalagi internet. Contohnya seperti masyarakat pedalaman Papua yang masih sangat tradisional dan tidak melek teknologi. Mereka masih merasa asing akan teknologi dan selalu mempertahankan nilai-nilai tradisional. Hal ini menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi dalam internet.

Perspektif Optimis
            Sementara itu Perspektif Optimis Penelitian terbaru (ECRL,1999; Howard et al,2002;.Katz dan Rice , 2002a) telah menemukan bahwa perbedaan ras dan gender dalam akses internet merupakan variabel lain yang diperhitungkan secara statistik. Namun yang lebih ditekankan pada perspektif ini adalah adanya upaya-upaya untuk mengatasi beberapa keterbatasan pada akses yang disebabkan oleh keadaan cacat. Pada tahun 1990, pemerintah mencari cara untuk memberikan pelayanan universal dan termasuk penyandang cacat. Pada tahun 1990, Judul IV dari Amerika dengan Disabilities Act membahas isu-isu kecacatan dengan mewajibkan semua operator layanan untuk menyediakan akses komunikasi bagi warga Amerika yang memiliki gangguan pendengaran ( Borchert , 1998: 56 ) . Dan bagian 255 dari UU Telekomunikasi mensyaratkan layanan telekomunikasi dan penyedia peralatan, membuat barang dan jasa yang dapat diakses oleh individu penyandang cacat ( 1998: 60 ). Sebuah contoh yang baik dari hal ini adalah sistem operasi Windows baru, yang menawarkan Program dan aplikasi pintar untuk para penyandang cacat. Melalui jaringan komunikasi yang menawarkan suara penuh duplex, transmisi data, grafis dan komunikasi video , ada potensi bagi para penyandang cacat untuk mengatasi keterbatasan ini.
            Contohnya di Indonesia adalah adanya JAWS. JAWS kependekan dari Job Access With Speech adalah sebuah pembaca layar (screen reader) merupakan sebuah piranti lunak (software) yang berguna untuk membantu penderita tunanetra menggunakan komputer. JAWS diproduksi oleh the Blind and Low Vision Group (Freedom Scientific) di St. Petersburg, Florida, Amerika Serikat. JAWS dilengkapi dengan layar yang memiliki kemampuan untuk melafalkan teks (text-to-speech) yang ditampilkan atau ada juga yang dengan menerapkan teknologi braille display. Selain itu keyboard yang digunakan juga lebih komperhensif dengan kemampuan berinteraksi dengan monitor. JAWS juga dapat dimanfaatkan penggunanya untuk membuat scripts dengan JAWS Scripting Language, yang dapat digunakan untuk mengubah jumlah dan tipe informasi yang bisa dipresentasikan dengan banyak aplikasi.
            Menurut Abimanyu dari Yayasan Mitra Netra penggunaan screen reader di Indonesia diawali pada tahun 1990-an. Screen reader masuk ke Indonesia dan penggunaannya dikawal oleh Yayasan Mitra Netra yang berdiri sejak 14 Mei 1991 atas gagasan beberapa tunanetra yang menyadari kesadaran untuk kemudahan akses bagi sesamanya. Karena kesadaran inilah akhirnya JAWS screen reader masuk ke Indonesia. Pada awal masuknya pemanfaatan JAWS screen reader baru sebatas pada penggunaan untuk Microsoft Office karena saat itu sistem internet belum siap dalam penggunaan JAWS screen reader. Karena harga screen reader yang cukup mahal penyebarannya di Indonesia cukup tersendat, terhitung hingga saat ini yayasan yang menyediakan akses komputer dan internet untuk tunanetra (dengan screen reader) baru dua, yaitu Yayasan Mitra Nusantara dan Yayasan Kartika Destarata. Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan kursus komputer bicara (komputer dengan screen reader) untuk para tunanetra. Peserta kursus didominasi oleh siswa dan mahasiswa tunanetra yang sedang menempuh pendidikan secara inklusif di sekolah umum serta perguruan tinggi. Barulah pada tahun 1999, Yayasan Mitra Netra mulai merentangkan sayapnya dengan program kursus serupa di Yayasan Mitra Netra Perwakilan Bandung. Cara yang digunakan untuk memperluas akses tunanetra di seluruh Indonesia terhadap teknologi komputer dan Internet adalah melalui kerja sama dengan Microsoft Indonesia, pada tahun 2003, Yayasan Mitra Netra mendirikan Community Training and Learning Center (CTLC) di beberapa organisasi ketunanetraan dan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk tunanetra di Jakarta, Bandung, Medan, dan Makasar. Melalui CTLC yang terdiri dari lima lembaga ini (Yayasan Mitra Netra Jakarta, Kartika Destarata Jakarta, Yayasan Mitra Netra Bandung, YAPTI Makasar dan Yapentra Medan), Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan program pelatihan komputer bicara bagi generasi muda tunanetra.
            Seiring perkembangannya penggunaan screen reader di Indonesia tidak lagi sebatas menjalankan aplikasi berbasis Microsoft Office, tetapi juga digunakan untuk berselancar di dunia maya. Penggunaan screen reader untuk berselancar di dunia maya sudah dilakukan Ramaditya (salah satu blogger tunanetra) sejak tahun 2003. Bukan hanya yang bersifat pribadi, sekelompok anak muda tunanetra, bergabung dalam komunitas bernama Kartunet Community Indonesia untuk membuat dan mengelola sebuah website dengan domain http://www.kartunet.com yang berdiri resmi pada tanggal 19 Januari 2006. Kartunet mempublikasikan berbagai karya sastra, artikel, dan berita terkait isu-isu disabilitas. Hingga saat ini, website yang digagas oleh empat orang tunanetra Irawan Mulyanto, Aris Yohanes Elean, Dimas Prasetyo Muharam, dan M Ikhwan Tariqo masih eksis dan dapat dikunjungi pada alamat http://www.kartunet.com.

C.       KENDALA YANG MEMENGARUHI PENGGUNAAN “NEW MEDIA”
            Van Dijk ( 1999) mengidentifikasi empat kendala umum yang mempengaruhi penggunaan media baru :
(1) Orang/Pengguna. Terutama orang tua yang tidak terampil, yang diintimidasi oleh teknologi baru atau memiliki pengalaman pertama yang buruk tentang itu.
(2)  Tidak ada atau akses yang sulit untuk komputer atau jaringan ,
(3)  Kurangnya keramahan pengguna dan gaya penggunaan menarik , dan
(4) Kurangnya kesempatan penggunaan yang signifikan. Faktor yang lebih terlihat dalam kesenjangan digital ini adalah karena adanya perbedaan : desain teknik media baru membawa jejak karakteristik sosial - budaya produsernya, yang didominasi oleh laki-laki yang terdidik dan mampu berbahasa Inggris dengan baik, serta adanya anggota etnis mayoritas di negara tertentu' (1999 : 152 ). Ini adalah gaya yang dikatakan tidak menarik bagi kebanyakan wanita, orang yang kurang berpendidikan dan etnis minoritas. Ada juga penggunaan di mana orang-orang terdidik menggunakan komputer untuk bekerja, usaha swasta, serta pendidikan. Alasan lain mengatakan bahwa mereka dengan pendidikan kurang dan penggunaan komputer hanya untuk hiburan atau permainan computer yang diikuti dengan pendidikan (1999 : 153 ).
            Rojas et al. (2004) mengidentifikasi faktor-faktor lainnya yang berkontribusi terhadap kesenjangan digital, seperti hubungan antar modal ekonomi, modal budaya, etnis, jenis kelamin dan usia. Seringkali, individu berada dalam persaingan dan pengaruh yang kontras (seperti keluarga dan teman sebaya, modal budaya dan sosial, pendidikan dan motivasi konsumen, dan peran gender awal) pada penggunaan komputer dan teknologi online. Jadi perbedaan antara pendapat yang dikemukakan oleh Van Dijk dan Rojas et al. adalah jika Van Dijk lebih mengemukakan kendala yang lebih disebabkan karena faktor intrapersonal/dalam diri sendiri serta desain media yang mungkin hanya menarik beberapa pihak. Sedangkan Rojas et al. lebih mengemukakan kendala pada berbagai aspek sosial ekonomi dalam masyarakat serta pengaruh dari orang lain/secara intrapersonal.
            Haddon (2001) juga berpendapat bahwa 'pengucilan sosial' bisa terjadi tergantung pada konteks tertentu, tidak hanya melibatkan keterlibatan politik dan sipil, tetapi juga kemampuan orang untuk menduduki peran sosial, dan mungkin juga melibatkan penolakan atau kurangnya minat dalam teknologi baru. Ada aspek lain dari penggunaan akses di AS yang menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki  kecacatan pada pendengaran, penglihatan, dan cacat lainnya juga dapat dirugikan oleh keterbatasan pada kemampuan mereka untuk mengakses informasi, kontak dan kesempatan untuk berekspresi di Internet.
            Contohnya di Indonesia adalah kurangnya anggaran dana dari pemerintah guna menyupplai kemudahan internet bagi masyarakat. Di Indonesia, internet masih merupakan suatu kebutuhan yang tergolong tersier karena tidak semua orang dapat menikmati dengan mudah. Di sisi lain pemerintah tidak member anggaran khusus untuk memfasilitasi akses jaringan internet, sehingga masyarakat biasanya memenuhi kebutuhan internetnya sendiri. Padahal tidak semua masyarakat mampu memnuhi salah satu contoh kebutuhan tersier tersebut disamping pemenuhan kebutuhan primer. Hal ini sangat berbeda dengan beberapa Negara lain yang pemerintahnya sudah sanggup menjamin kebutuhan internet masyarakatnya. Negara tersebut seperti Negara-negara di benua Eropa, bahkan Negara tetanggapun sudah mampu lebih memfasilitasi hal tersebut dibanding di Indonesia.


D.      PERSPEKTIF PESIMIS DAN OPTIMIS TERKAIT TERKAIT DENGAN ISU APAKAH INTERNET AKAN MENINGKATKAN ATAU JUSTRU MENGURANGI PARTISIPASI/KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM POLITIK
            Sederhananya beberapa orang mengatakan bahwa dunia maya dapat mengurangi arti dari masyarakat dunia nyata. Karena adanya anggapan John Seely Brown, bahwa para pengguna internet cenderung memiliki kekurangan dari hubungan primer sehingga dapat mendorong ketidakbertanggungjawaban, dan bahkan sikap antisosial dalam masyarakat. Penggunaan sistem online untuk berkomunikasi jarak jauh dengan orang lain dapat mengurangi keintiman dan integrasi komunikasi fisik / face to face. Media massa baru memiliki kemampuan khusus untuk menciptakan sebuah ilusi yang kelihatannya seperti komunikasi face to face secara intim diantara pembawa acara dan khalayak individual, hingga menciptakan apa yang peneliti lain sebut sebagai ‘interaksi parasosial’. Van Dijk pun meyebut sebuah interaksi face to face dalam mayarakat yaitu ‘masyarakat organik’ yang dibentuk oleh kelompok yang relatif homogen karena mereka biasanya memiliki beragam kepentingan, sebaliknya masyarakat maya biasanya heterogen karena hanya satu kepentingan yang menghubungkan mereka. Oleh karena itu, masyarakat organik memiliki kesempatan yang lebih baik dalam membangun dan memelihara budaya dan identitas mereka sendiri dibandingkan masyarakat maya. Masyarakat maya tidak bisa menggantikan masyarakat organik karena jumlah mereka yang terbatas, tetapi mereka masihmemungkinkan dapat mendukung dan memperkuat masyarakat organik. Penelitian mengatakan, sebagian besar orang Amerika utara memiliki koneksi antarpesona yang sedikit dengan lingkungan tetangga mereka atau kontrol sosial dari kelompok lingkungan tetangga. Kami pun berpendapat bahwa keterkaitan aktif dan partisipasi dalam masyarakat telah menurun secara signifikan, dan menunjukan bahwa kelompok kepentingan dengan konstituensi lokal dan interaksi telah menurun secara umum, Orang – orang menghibur diri mereka lebih sering di rumah, cenderung pasif dalam pemilihan dan kepercayaan pada pemerintah pun rendah, serta kehadiran – kehadiran di gereja menurun. Hal ini terjadi karena orang – orang tidak lagi dipaksa untuk berinteraksi dengan intim (tatap muka), yaitu kedekatan secara fisik dengan yang lain agar berpartisipasi langsung dalam masyarakat.
Namun dalam literatur ini adanya pendapat lain dari Johnson mengatakan bahwa, ‘bukannya media yang membuat penggunanya menjadi menutup dan introvert, komputer digital ternyata menjadi teknologi utama dan pertama pada abad ke 20 yang membawa orang asing lebih berdekatan, daripada mendorong mereka lebih berjauhan. Contohnya, pada Usenet yang meliputi lebih dari 150 kelompok baru yang anggotanya meliputi hampir seluruh suku dan budaya nasional masyarakat di dunia. Penelitian kelompok akses budaya (2001) terhadap perbedaan etnis di kalangan pengguna online melaporkan bahwa 59% dari orang Amerika-Afrika dan 73% dari Hispanic responden mengatakan bahwa internet menjaga mereka terhubung pada masyarakat suku asli mereka, dan bahwa konten website Amerika-Afrika (79%) atau Hispanic (69%) bermanfaat bagi mereka. Ia juga memberikan contoh dari salah satu anggota SeniorNet yang menerima lusinan telepon dan kartu dari teman dunia mayanya ketika ia terbaring di rumah sakit.
Kesimpulannya, masyarakat maya mungkin secara sosial dan politik merupakan kelompok yang terpinggirkan, namun pada akhirnya mereka menemukan ruang ekspresif  bagi mereka di internet, di mana internet digunakan untuk menemukan orang lain yang sepemikiran, yang bicara dengan bebas, dan menempa solidaritas bersama.
Jika dikaitkan dengan kondisi di Indonesia, dengan adanya internet dapat dilihat bahwa pengetahuan politik masyarakat memang bertambah. Banyak masyarakat yang mencari-cari berita tentang partai dan tokoh politik lewat internet dilihat dari banyaknya komentar di berita-berita tentang politik. Namun, belum tentu hal itu menjadikan partisipasi masyarakatnya bertambah. Dalam suatu riset, didapatkan hasil pada masyarakat pedesaan yang melihat baliho-baliho terpampang nyatanya tidak membuat mereka ikut serta dalam pemilu. Mereka justru merasa bosan dengan para tokoh yang mencalonkan diri pada pemilu. Jadi, internet memang memberi pengaruh karena member pengetahuan pada masyarakat, namun hal ini tidak menjamin masyarakat ikut berpartisipasi dalam kegiatan politik.

E.       PERSPEKTIF PESIMIS DAN OPTIMIS TERKAIT TERKAIT DENGAN ISU ISU INTERNET DAN “COMMUNITY INVOLVEMENT”
            Internet memiliki pengaruh pada keterlibatan komunitas di masyarakat. Schement membedakan dua elemen kunci dari masyarakat: hubungan primer dan sekunder. Dalam komunitas Internet yang terdiri dari hubungan sekunder, orang hanya mengenal satu sama lain dalam satu, atau hanya beberapa dimensi. Berbeda dengan hubungan primer di mana orang saling mengenal satu sama lain dalam berbagai dimensi. John Seely Brown percaya bahwa hal itu membuat akuntabilitas dan tanggung jawab dalam komunitas virtual tidak jelas karena kurangnya hubungan primer dapat menyebabkan perilaku ceroboh, tidak bertanggung jawab, dan bahkan anti- sosial (1995: 12). Penggunaan sistem online untuk berkomunikasi dengan orang lain yang lebih jauh dapat mengurangi vitalitas dan integrasi masyarakat fisik (Calhoun, 1986).
Shapiro dan Leone memperingatkan ketidakhati – hatian penggunaan internet dapat menyebabkan tiga masalah fundamental:
(1) personalisasi yang berlebihan, bahwa penggunaan informasi tentang para pengguna kepada tujuan pesan, produk dan kontrol dan penggunaan dari penyaring dan kelompok diskusi untuk menjaga kita dari terkena pandangan yang berbeda
(2) disintermediasi, yang dapat keluar dari cengkraman karena kita lupa terhadap nilai dari hubungan dan gatekeeper tidak hanya dalam hal memilih tetapi juga memverifikasi berita, komersial dan politik
(3) bahaya yang ‘mungkin terlalu kita percayai pada solusi terhadap masalah yang umum seperti menjaga privasi. Shapiro dan Leone serta Rice mengemukakan bahwa hubungan online bersifat sementara, tidak berkelanjutan dan lebih mudah berakhir dibandingkan dengan hubungan masyarakat secara fisik. Sepanjang peningkatan pilihan yang media online sediakan, mendatangkan peningkatan kemampuan pada ‘pelepasan dengan sedikit atau tidak adanya konsekuensi’.
Namun, Keterlibatan masyarakat di dunia maya dapat menciptakan komunitas alternatif yang berharga dan berguna untuk menjalin hubungan yang akrab, secara fisik yang terletak masyarakat kita (Pool, 1983; Rheingold, 1993). Hal ini juga membuat kemampuan untuk berbagi informasi sangat meningkat yang merupakan faktor penting dalam pembentukan masyarakat.
Internet berkaitan erat dengan interaksi sosial diantaranya yaitu Internet digunakan sebagai media alternatif untuk interaksi sosial bagi orang-orang tertentu yang merasa adanya kecemasan dalam merangsang hubungan interpersonal dan Internet digunakan sebagai media alternatif untuk interaksi sosial , dan pengguna tersebut memiliki afinitas yang lebih besar untuk Internet .Papacharissi dan Rubin ( 2000) menemukan bahwa internet digunakan sebagai 'alternatif fungsional untuk tatap muka komunikasi (interaksi ) bagi mereka yang cemas tentang komunikasi tatap muka dan yang tidak menemukan komunikasi tatap muka menjadi menguntungkan ' ( 2000 : 188 ).
Hasil survei menunjukkan keragaman , berkembang dan luasnya penggunaan Internet untuk interaksi sosial . Hasil awal dari studi survei respon ke situs web National Geographic Society pada musim gugur tahun 1998, dari 35.000 orang Amerika , 5000 Kanada dan 15.000 orang lain , menunjukkan bahwa :
1.      kontak e -mail tinggi tidak mengurangi bentuk-bentuk interaksi ;
2.      orang-orang muda menggunakan e -mail lebih untuk teman-teman , dekat dan jauh ,
3.      orang tua menggunakan e -mail lebih untuk kerabat dekat dan jauh ,
4.      perempuan menggunakan e -mail lebih banyak dengan kerabat di kejauhan , tetapi
5.      secara keseluruhan , frekuensi komunikasi untuk pria dan wanita pada dasarnya sama untuk semua media .
Internet juga bisa disebut sebagai “forms of expression” yaitu Internet kini juga bisa berfungsi sebagai sarana mengekspresikan diri mereka misalnya melalui halaman web pribadi atau mengembangkan hubungan dengan teman dan keluarga dan menjadi disosialisasikan  dan Internet , kebutuhan semua manusia sebagi pendukung ' untuk ekspresi serta internet  memunculkan bentuk-bentuk ekspresi baru.Contoh ekspresi dalam dunia internet yaitu disebutkan oleh Hill dan Hughes ( 1998: 184 ) menunjukkan , hanya karena orang memiliki kesempatan untuk membangun persahabatan di dunia maya tidak berarti bahwa mereka akan ramah . Bentuk-bentuk baru ekspresi secara online juga termasuk seks virtual , identitas maya alternatif dan menguntit elektronik atau hacker  ( Civin , 1999; Odzer , 1997).
Hal ini bisa dilihat dari perspektif  optimis maupun pesimis. Perspektif pesimis menyatakan bahwa tidak hanya dimediasi komunikasi memiskinkan sifat interaksi , namun interaksi online dapat menipu , sederhana , dan mengandung kebencian sementara . Beberapa menyimpulkan diperpanjangnya penggunaan internet menyebabkan isolasi dan depresi , sebagai hubungan dimediasi lemah menggantikan yang unmediated yang kuat , dan hubungan difokuskan secara sempit menggantikan yang lebih beragam .
Namun disisi lain Rata-rata, pengguna internet merasa bahwa internet telah sedikit meningkatkan jumlah komunikasi seseorang menjadi secara teratur dihubungi , dan meluasnya komunikasi dengan keluarga dan teman-teman. Responden ke (2000) studi UCLA menunjukkan bahwa penggunaan internet membantu untuk menciptakan dan memelihara persahabatan serta berkomunikasi dengan keluarga .Internet dapat menjadi alat komunikasi yang besar bagi mereka yang memiliki waktu sulit bertemu teman-teman baru karena cacat fisik , penyakit atau bahkan keterampilan sosial yang buruk ( Wallace , 1999 ) . Orang-orang ini dapat dengan mudah menemukan orang lain seperti mereka di seluruh negeri dan di seluruh dunia , memberikan dukungan dan kesempatan untuk mengurangi kesepian atau rendah diri serta tidak dapat menunjukan ekspresi mereka.
Orang-orang ini dapat dengan mudah menemukan orang lain seperti mereka di seluruh negeri dan di seluruh dunia , memberikan dukungan dan kesempatan untuk mengurangi kesepian atau rendah diri .Internet digunakan sebagai media alternatif untuk interaksi sosial , dan pengguna tersebut memiliki afinitas yang lebih besar untuk Internet . Pertumbuhan dan intensitas komunitas online juga dapat berbicara tentang penurunan yang dirasakan dalam komunitas yang nyata , misalnya sebagai manusia mencari dukungan sosial dan interaksi di internet.
Contoh kasus di Indonesia yaitu banyak kasus dimana beberapa orang ada yang menggunakan identitas palsu di jejaring sosial atau misalnya facebook dan twitter, mereka bisa saja menyamar menjadi tentara, pilot atau pengacara. Para pelaku ini merasa percaya diri dan berani dalam mengekspresikan dirinya karena menganggap tidak ada orang yang mengetahui identitas dan kepribadian yang sesungguhnya.Kasus nyata di Indonesia :
03 April 2011, Jejaring sosial facebook kini memakan korban lagi. Di Bekasi, Jawa Barat, seorang pria yang bernama Rahmat Sulistyo, namun lebih senang dipanggil nama inisialnya, yaitu RS, ditahan oleh kepolisian setempat akibat kasus penipuan pernikahan sesama jenis dan pemalsuan identitas. RS tersebut merupakan seorang laki-laki, namun dia memalsukan identitas sebagai seorang perempuan demi bisa menikah dengan Mohammad Ummar yang dikenalnya lewat facebook.Pada saat berkenalan lewat facebook, RS mengaku bernama Anastasya Oktaviany alias Icha, seorang pramugari sebuah maskapai penerbangan kepada Ummar.RS mengaku jatuh cinta pada Ummar, sehingga dia memutuskan untuk menikahi Ummar yang padahal sesama jenis. Terbukti sang pelaku punya orientasi yang menyimpang dan mengekspresikannya lewat dunia maya.
Dari hasil review diatas kita maka kesimpulannya yaitu Bab ini telah mengkaji literatur penelitian dan hasil mengenai tiga isu sosial utama seputar peningkatan penggunaan Internet: akses, keterlibatan sipil dan masyarakat, dan interaksi sosial dan bentuk-bentuk ekspresi baru. Sementara beberapa bukti menunjukkan bahwa kesenjangan digital menurun atau bahkan menghilang sehubungan dengan jenis kelamin dan ras, perbedaan pendapatan dan pendidikan yang masih besar, dan dalam beberapa studi menjadi meningkat.
lag umum dalam akses dan penggunaan internet dapat menciptakan konsekuensi sosial abadi dan konsekuensial negatif, bahkan setelah kemudian pengadopsi mencapai akses penuh. Ada banyak hambatan, rintangan dan tantangan untuk akses yang lebih adil, dan beberapa dari mereka mungkin akan tertanam di dalam konteks sosial dan budaya serta perbedaan.
Banyak kritikus yang cukup pesimis tentang dampak penggunaan internet di masyarakat, politik dan keterlibatan masyarakat. Orang-orang dapat menggunakan berbagai beragam media, tindakan individu dalam aktivis online mungkin lebih ekstrim, pengguna mungkin mengalami kesulitan menilai sejumlah besar informasi yang tersedia, orang mungkin pada dasarnya harus memperkuat keyakinan mereka sebelum berpartisipasi atau hanya dalam kepentingan yang dipilih kelompok, dan ancaman terbesar saat ini mungkin konsentrasi berkembang di industri media. Beberapa konseptualisasi atribut dari Internet dan masyarakat menolak gagasan bahwa masyarakat organik dapat berkembang dalam mediated, formulir online, karena mereka merupakan hubungan sekunder dan jauh.
Selanjutnya, privasi individu terancam, terutama oleh kepentingan komersial, dan komunitas online biasanya terikat hanya oleh kepentingan tunggal. Lebih mendasar lagi, sifat masyarakat saat ini 'nyata' dapat diperdebatkan, karena beberapa bukti menunjukkan bahwa berbagai bentuk keterlibatan sosial telah menurun selama bertahun-tahun di Amerika Serikat, dan bahwa sangat sedikit orang benar-benar berinteraksi dengan tetangga terdekat secara fisik, justru  mereka berpartisipasi dalam masyarakat lokal tipis dan jaringan keluarga dan pekerjaannya.
Di sisi lain, studi dan survei baru-baru ini menemukan bahwa pengguna internet cenderung lebih tertarik pada peristiwa terkini, kampanye dan aktivis politik sudah mulai menggunakan internet untuk berbagai keperluan, pengguna lebih terlibat dalam kegiatan sipil dan politik daripada non-pengguna, dan banyak kantor pemerintah menyediakan e -mail dan akses Web. Meskipun demikian, dialog online nyata di antara kelompok-kelompok kepentingan yang berbeda jarang terjadi, dan akses pemerintah biasanya satu arah. Namun, banyak masyarakat yang diperkuat melalui interaksi online, jika hanya karena hambatan yang lebih rendah, seperti waktu, jarak dan perlu awalnya mengenal orang lain secara pribadi sebelum berkomunikasi. Ini mungkin lebih tepat untuk memikirkan interaksi online melengkapi komunitas fisik.
Meskipun demikian, ada banyak komunitas dimediasi hidup dan berumur panjang, mulai dari kelompok pendukung kesehatan untuk membubarkan kelompok-kelompok budaya dan etnis. Pertumbuhan dan intensitas komunitas online juga dapat berbicara tentang penurunan yang dirasakan dalam komunitas yang nyata, misalnya sebagai manusia mencari dukungan sosial dan interaksi . Memang, banyak aspek hubungan, emosi dan identitas yang dialami sebagai sama nyatanya melalui Internet, media lain (seperti telepon) atau tatap muka. Ada beberapa studi kasus yang menunjukkan bahwa masyarakat kecil telah kebangkitan melalui sistem online.
Akhirnya, tentang interaksi sosial dan ekspresi, perspektif pesimis menyatakan bahwa tidak hanya dimediasi komunikasi memiskinkan sifat interaksi, namun interaksi online dapatmenipu, sederhana, dan mengandung kebencian sementara. Beberapa menyimpulkan diperpanjangnya penggunaan internet menyebabkan isolasi dan depresi, sebagai hubungan dimediasi lemah menggantikan yang unmediated yang kuat, dan hubungan difokuskan secara sempit menggantikan yang lebih beragam.
Namun, kedua survei dan studi etnografi menunjukkan bahwa yang kaya, subur, beragam dan memperluas interaksi yang mungkin melalui Internet. Ada banyak kelompok online dengan anggota berapi-api menyediakan sumber daya emosional dan lainnya satu sama lain, dan pengguna secara teratur menilai berkomunikasi dengan orang lain-keluarga, teman dan orang-orang baru yang mereka temui secara online-sebagai aktivitas yang paling favorit dan penting mereka. Beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan internet interaktif menggantikan televisi penonton pasif, tetapi bahwa pengguna internet secara keseluruhan lebih besar peserta Media. Generasi Net mungkin menjadi lebih melek, kreatif dan terampil secara sosial karena keakraban awal mereka dengan internet, termasuk mencoba berbagai aspek identitas mereka berkembang secara online. Ada banyak kelompok online dengan anggota berapi-api menyediakan sumber daya emosional dan lainnya satu sama lain, dan pengguna secara teratur menilai berkomunikasi dengan orang lain-keluarga, teman dan orang-orang baru yang mereka temui secara online-sebagai aktivitas yang paling favorit dan penting mereka. Beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan internet interaktif menggantikan televisi penonton pasif, tetapi bahwa pengguna internet secara keseluruhan lebih besar peserta Media. Generasi Net mungkin menjadi lebih melek, kreatif dan terampil secara sosial karena keakraban awal mereka dengan internet, termasuk mencoba berbagai aspek identitas mereka berkembang secara online.
Berinteraksi dengan guru dan siswa lain lebih mudah bila didukung oleh Internet, dan kedua mahasiswa dan pasien lebih mungkin untuk berbicara tentang isu-isu sensitif secara online, mungkin karena perlindungan anonimitas. Sebagian pengguna bertemu orang-orang baru mereka datang untuk memanggil teman-teman online, dan pergi untuk bertemu orang-orang ini secara pribadi. Beberapa penelitian secara khusus telah dimentahkan beberapa penelitian yang menghubungkan penggunaan internet sebelumnya dengan isolasi atau depresi, menunjukkan memang bahwa pengguna internet berpengalaman mungkin menemukan dukungan yang lebih besar online, menjadi lebih puas dengan interaksi dan komunikasi mereka, dan menghasilkan hubungan baru melalui kemampuan untuk menghubungi orang lain lebih mudah. Memang, beberapa berspekulasi bahwa internet juga dapat memupuk toleransi yang lebih besar melalui paparan keragaman yang lebih luas dari suara , dan bahkan mendukung pertumbuhan transenden dan spiritual.
Semua kemungkinan ini dapat menyebabkan pertumbuhan utama dalam konsep kita tentang identitas, kelompok dan masyarakat. Sementara penggunaan dan efek dari teknologi komunikasi utama (seperti pena, telegraf, telepon, mesin fotokopi, memo), telah dipelajari secara retrospektif, jika sama sekali, pertumbuhan yang cepat baru-baru ini affords Internet peneliti komunikasi kesempatan unik untuk menggambarkan, menilai, memprediksi dan mengevaluasi perubahan jangka pendek serta perkembangan jangka panjang. Jika spekulasi saat ini dan penelitian tampaknya menunjukkan beragam, kontradiktif dan simultan konsekuensi, di beberapa tingkat analisis, ini mungkin karena pada dasarnya sifat perubahan sosial. Namun, itu jauh lebih baik untuk tanah pemahaman tentang kompleksitas fenomena ini besar dalam penelitian daripada spekulasi dan pernyataan.

Refrensi :
Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New
        Media : Social Shaping and Social Consequences of ITCs, Sage Publication Ltd.
        London. Chapter 4 : Perspective on Internet Use: Access, Involvement an Interaction

1 komentar:

Posting Komentar