MATA
KULIAH
TEKNOLOGI
KOMUNIKASI
Perspective
on Internet Use: Access, Involvement an Interaction
Chapter
4 : Perspective on Internet Use: Access, Involvement an Interaction by RONALD E. RICE , CAROLINE
HAYTHORNTHWAITE
A. PENDAHULUAN
Pada bagian ke 4 ini pembahasan
lebih berfokus pada perspektif penggunaan internet dalam hal akses serta
keterlibatan interaksi yang terjadi di dalamnya. Pada pembahasan ini terdapat
perspektif optimis dan perspektif pesimis yang diterapkan dalam berbagai
konteks, seperti dalam hal akses jaringan dan penggunaan peralatan
komputer/internet, pengaruh penggunaan media baru, implikasi terhadap
partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam politik, isu internet dan
keterlibatan komunitas, serta adanya interaksi sosial yang membentuk berbagai
ekpresi di dunia maya. Dalam bab ini juga membahas bahwa faktor pendidikan,
budaya, fisik, serta kondisi sosial dan ekonomi ternyata mempengaruhi
masyarakat dalam menggunakan akses internet. Internet juga dirasa mampu
memberikan kontribusi tertentu bagi partai politik, lembaga swadaya masyarakat, kongres kampanye dan kelompok aktivis lokal
(Browning dan Weitzner,
1996; Corrado, 2000;
Davis, 1999; Ruam,
1997). Selain itu juga disinggung bagaimana internet
mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menyeleksi informasi karena
berlimpahnya informasi yang diberikan, hingga mampu menimbulkan suatu
fragmentasi sosial. Implikasi penggunaan internet terhadap aspek interpersonal
juga dibahas dalam bagian ini. Yang mana penggunaan internet dengan ceroboh memiliki
dampak tertentu bagi pengguna tersebut. semua hal tersebut akan dijabarkan pada
pembahasan selanjutnya.
B. PERSPEKTIF
PESIMIS DAN OPTIMIS DALAM KONTEKS ‘AKSES’
Perspektif
pesimis
Perspektif
pesimisme membahas mengenai kekhawatiran tentang akses internet/media online
yang tidak sama yang berimplikasi pada keuntungan/manfaat yang didapat juga
tidak sama. Banyak penelitian menunjukkan bahwa masyarakat minoritas seperti
orang Afrika - Amerika dan Hispanik non - putih sangat kecil kemungkinannya
untuk memiliki computer di rumah dan kurang memiliki akses terhadap jaringan
dibandingkan masyarakat kulit putih dan Asia. Oleh karena itu masyarakat Afrika - Amerika dan Hispanik non - putih dan
kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan Internet ( Neu et al
, 1999. ). Penelitian juga menunjukkan bahwa langkah-langkah lain seperti
jumlah waktu yang dihabiskan untuk online lebih rendah untuk kelompok minoritas.
Sejumlah penelitian juga telah menunjukkan bagaimana akses oleh orang-orang di
sektor-sektor tradisional yang biasanya berpendidikan rendah, berpendapatan
yang rendah, serta usia yang lebih tinggi justru memiliki pengalaman yang
kurang dalam dunia online. Sebuah studi oleh UCLA pada tahun 2000 membandingkan
pengguna internet dengan yang bukan pengguna internet dan serta non - pengguna
yang kemungkinan akan menjadi pengguna di kemudian hari. Studi ini menemukan
bahwa hanya 31,2 persen dari mereka yang tidak lulus dari sekolah tinggi
menggunakan internet pada musim gugur tahun 2000, 86,3 persen dari mereka yang
memiliki gelar sarjana; 53,1 persen dari lulusan sekolah tinggi dan 70,2 persen
dari mereka dengan beberapa pendidikan tinggi menggunakan internet . Sementara
itu dalam hal gender, studi ini menunjukan lebih banyak wanita yang menggunakan
akses internet daripada laki-laki. Namun saat ini saat ini di seluruh dunia –
lebih banyak pria daripada wanita yang cenderung memiliki akses ke Internet.
Hambatan , Pengaruh dan Konsekuensi
dalam Perspektif Pesimis
Ada banyak hambatan fisik dan sosial
ekonomi atas persoalan akses jaringan tersebut. Berdasarkan survey yang
dilaporkan oleh UCLA (2000) pada
responden untuk mengetahui alasan mereka
terhadap hambatan untuk menggunakan Internet, meliputi : tidak ada komputer
atau terminal yang tersedia (37,7 persen), tidak tertarik (33,3 persen), tidak
tahu bagaimana menggunakannya (18,9 persen), terlalu mahal (9,1 persen) (dan kemudian
berbagai faktor lainnya). Tidak mampu menemukan konten online yang memiliki
arti lokal atau pribadi atau mewakili budaya seseorang ternyata juga dapat mempengaruhi
penggunaan Internet (Katz dan Rice , 2002a ; Warschauer , 2003).
Contoh dari perspektif pesimis ini
di Indonesia seperti masih adanya masyarakat tradisional juga di Indonesia yang
masih merasa asing akan teknologi apalagi internet. Contohnya seperti
masyarakat pedalaman Papua yang masih sangat tradisional dan tidak melek
teknologi. Mereka masih merasa asing akan teknologi dan selalu mempertahankan
nilai-nilai tradisional. Hal ini menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk
berpartisipasi dalam internet.
Perspektif Optimis
Sementara itu Perspektif Optimis
Penelitian terbaru (ECRL,1999; Howard et al,2002;.Katz dan Rice , 2002a) telah
menemukan bahwa perbedaan ras dan gender dalam akses internet merupakan
variabel lain yang diperhitungkan secara statistik. Namun yang lebih ditekankan
pada perspektif ini adalah adanya upaya-upaya untuk mengatasi beberapa
keterbatasan pada akses yang disebabkan oleh keadaan cacat. Pada tahun 1990,
pemerintah mencari cara untuk memberikan pelayanan universal dan termasuk
penyandang cacat. Pada tahun 1990, Judul IV dari Amerika dengan Disabilities
Act membahas isu-isu kecacatan dengan mewajibkan semua operator layanan untuk
menyediakan akses komunikasi bagi warga Amerika yang memiliki gangguan
pendengaran ( Borchert , 1998: 56 ) . Dan bagian 255 dari UU Telekomunikasi
mensyaratkan layanan telekomunikasi dan penyedia peralatan, membuat barang dan
jasa yang dapat diakses oleh individu penyandang cacat ( 1998: 60 ). Sebuah
contoh yang baik dari hal ini adalah sistem operasi Windows baru, yang
menawarkan Program dan aplikasi pintar untuk para penyandang cacat. Melalui
jaringan komunikasi yang menawarkan suara penuh duplex, transmisi data, grafis
dan komunikasi video , ada potensi bagi para penyandang cacat untuk mengatasi
keterbatasan ini.
Contohnya di Indonesia adalah adanya
JAWS. JAWS kependekan dari Job
Access With Speech adalah
sebuah pembaca layar (screen reader) merupakan sebuah piranti lunak (software) yang berguna untuk membantu
penderita tunanetra menggunakan komputer. JAWS diproduksi oleh
the Blind and Low Vision Group (Freedom Scientific) di St. Petersburg, Florida,
Amerika Serikat. JAWS dilengkapi dengan layar yang memiliki kemampuan untuk
melafalkan teks (text-to-speech) yang ditampilkan atau ada juga yang
dengan menerapkan teknologi braille display. Selain itu keyboard yang
digunakan juga lebih komperhensif dengan kemampuan berinteraksi dengan monitor. JAWS juga dapat dimanfaatkan penggunanya untuk membuat scripts dengan JAWS Scripting Language, yang dapat
digunakan untuk mengubah jumlah dan tipe informasi yang bisa dipresentasikan
dengan banyak aplikasi.
Menurut Abimanyu dari Yayasan Mitra Netra penggunaan screen reader di
Indonesia diawali pada tahun 1990-an. Screen reader masuk ke Indonesia dan
penggunaannya dikawal oleh Yayasan Mitra Netra yang berdiri sejak 14 Mei 1991
atas gagasan beberapa tunanetra yang menyadari kesadaran untuk kemudahan akses
bagi sesamanya. Karena kesadaran inilah akhirnya JAWS screen reader masuk ke
Indonesia. Pada awal masuknya pemanfaatan JAWS screen reader baru sebatas pada
penggunaan untuk Microsoft Office karena saat itu sistem internet belum siap
dalam penggunaan JAWS screen reader. Karena harga screen reader yang cukup
mahal penyebarannya di Indonesia cukup tersendat, terhitung hingga saat ini
yayasan yang menyediakan akses komputer dan internet untuk tunanetra (dengan
screen reader) baru dua, yaitu Yayasan Mitra Nusantara dan Yayasan Kartika
Destarata. Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan kursus komputer bicara
(komputer dengan screen reader) untuk para tunanetra. Peserta kursus didominasi
oleh siswa dan mahasiswa tunanetra yang sedang menempuh pendidikan secara
inklusif di sekolah umum serta perguruan tinggi. Barulah pada tahun 1999,
Yayasan Mitra Netra mulai merentangkan sayapnya dengan program kursus serupa di
Yayasan Mitra Netra Perwakilan Bandung. Cara yang digunakan untuk memperluas
akses tunanetra di seluruh Indonesia terhadap teknologi komputer dan Internet
adalah melalui kerja sama dengan Microsoft Indonesia, pada tahun 2003, Yayasan
Mitra Netra mendirikan Community Training and Learning Center (CTLC) di
beberapa organisasi ketunanetraan dan Sekolah Luar Biasa (SLB) untuk tunanetra
di Jakarta, Bandung, Medan, dan Makasar. Melalui CTLC yang terdiri dari lima
lembaga ini (Yayasan Mitra Netra Jakarta, Kartika Destarata Jakarta, Yayasan
Mitra Netra Bandung, YAPTI Makasar dan Yapentra Medan), Yayasan Mitra Netra
menyelenggarakan program pelatihan komputer bicara bagi generasi muda
tunanetra.
Seiring
perkembangannya penggunaan screen reader di Indonesia tidak lagi sebatas
menjalankan aplikasi berbasis Microsoft Office, tetapi juga digunakan untuk
berselancar di dunia maya. Penggunaan screen reader untuk berselancar di dunia
maya sudah dilakukan Ramaditya (salah satu blogger tunanetra)
sejak tahun 2003. Bukan hanya yang bersifat pribadi, sekelompok anak muda tunanetra,
bergabung dalam komunitas bernama Kartunet
Community Indonesia untuk
membuat dan mengelola sebuah website dengan domain http://www.kartunet.com yang berdiri
resmi pada tanggal 19 Januari 2006. Kartunet mempublikasikan berbagai karya sastra,
artikel, dan berita terkait isu-isu disabilitas.
Hingga saat ini, website yang digagas oleh empat orang tunanetra Irawan Mulyanto, Aris Yohanes Elean, Dimas Prasetyo Muharam,
dan M Ikhwan Tariqo masih eksis dan dapat dikunjungi pada
alamat http://www.kartunet.com.
C. KENDALA
YANG MEMENGARUHI PENGGUNAAN “NEW MEDIA”
Van Dijk ( 1999) mengidentifikasi
empat kendala umum yang mempengaruhi penggunaan media baru :
(1)
Orang/Pengguna. Terutama orang tua yang tidak terampil, yang diintimidasi oleh
teknologi baru atau memiliki pengalaman pertama yang buruk tentang itu.
(2) Tidak ada atau akses yang sulit untuk
komputer atau jaringan ,
(3) Kurangnya keramahan pengguna dan gaya
penggunaan menarik , dan
(4)
Kurangnya kesempatan penggunaan yang signifikan. Faktor yang lebih terlihat
dalam kesenjangan digital ini adalah karena adanya perbedaan : desain teknik
media baru membawa jejak karakteristik sosial - budaya produsernya, yang
didominasi oleh laki-laki yang terdidik dan mampu berbahasa Inggris dengan baik,
serta adanya anggota etnis mayoritas di negara tertentu' (1999 : 152 ). Ini
adalah gaya yang dikatakan tidak menarik bagi kebanyakan wanita, orang yang
kurang berpendidikan dan etnis minoritas. Ada juga penggunaan di mana
orang-orang terdidik menggunakan komputer untuk bekerja, usaha swasta, serta
pendidikan. Alasan lain mengatakan bahwa mereka dengan pendidikan kurang dan
penggunaan komputer hanya untuk hiburan atau permainan computer yang diikuti
dengan pendidikan (1999 : 153 ).
Rojas et al. (2004) mengidentifikasi
faktor-faktor lainnya yang berkontribusi terhadap kesenjangan digital, seperti
hubungan antar modal ekonomi, modal budaya, etnis, jenis kelamin dan usia.
Seringkali, individu berada dalam persaingan dan pengaruh yang kontras (seperti
keluarga dan teman sebaya, modal budaya dan sosial, pendidikan dan motivasi
konsumen, dan peran gender awal) pada penggunaan komputer dan teknologi online.
Jadi perbedaan antara pendapat yang dikemukakan oleh Van Dijk dan Rojas et al.
adalah jika Van Dijk lebih mengemukakan kendala yang lebih disebabkan karena
faktor intrapersonal/dalam diri sendiri serta desain media yang mungkin hanya
menarik beberapa pihak. Sedangkan Rojas et al. lebih mengemukakan kendala pada
berbagai aspek sosial ekonomi dalam masyarakat serta pengaruh dari orang
lain/secara intrapersonal.
Haddon (2001) juga berpendapat bahwa
'pengucilan sosial' bisa terjadi tergantung pada konteks tertentu, tidak hanya
melibatkan keterlibatan politik dan sipil, tetapi juga kemampuan orang untuk
menduduki peran sosial, dan mungkin juga melibatkan penolakan atau kurangnya
minat dalam teknologi baru. Ada aspek lain dari penggunaan akses di AS yang
menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki
kecacatan pada pendengaran, penglihatan, dan cacat lainnya juga dapat dirugikan
oleh keterbatasan pada kemampuan mereka untuk mengakses informasi, kontak dan
kesempatan untuk berekspresi di Internet.
Contohnya di Indonesia adalah
kurangnya anggaran dana dari pemerintah guna menyupplai kemudahan internet bagi
masyarakat. Di Indonesia, internet masih merupakan suatu kebutuhan yang
tergolong tersier karena tidak semua orang dapat menikmati dengan mudah. Di
sisi lain pemerintah tidak member anggaran khusus untuk memfasilitasi akses
jaringan internet, sehingga masyarakat biasanya memenuhi kebutuhan internetnya
sendiri. Padahal tidak semua masyarakat mampu memnuhi salah satu contoh
kebutuhan tersier tersebut disamping pemenuhan kebutuhan primer. Hal ini sangat
berbeda dengan beberapa Negara lain yang pemerintahnya sudah sanggup menjamin
kebutuhan internet masyarakatnya. Negara tersebut seperti Negara-negara di
benua Eropa, bahkan Negara tetanggapun sudah mampu lebih memfasilitasi hal
tersebut dibanding di Indonesia.
D. PERSPEKTIF
PESIMIS DAN OPTIMIS TERKAIT TERKAIT DENGAN ISU APAKAH INTERNET AKAN
MENINGKATKAN ATAU JUSTRU MENGURANGI PARTISIPASI/KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM
POLITIK
Sederhananya beberapa orang
mengatakan bahwa dunia maya dapat mengurangi arti dari masyarakat dunia nyata.
Karena adanya anggapan John Seely Brown, bahwa para pengguna internet cenderung
memiliki kekurangan dari hubungan primer sehingga dapat mendorong
ketidakbertanggungjawaban, dan bahkan sikap antisosial dalam masyarakat.
Penggunaan sistem online untuk berkomunikasi jarak jauh dengan orang lain dapat
mengurangi keintiman dan integrasi komunikasi fisik / face to face. Media massa
baru memiliki kemampuan khusus untuk menciptakan sebuah ilusi yang kelihatannya
seperti komunikasi face to face secara intim diantara pembawa acara dan
khalayak individual, hingga menciptakan apa yang peneliti lain sebut sebagai
‘interaksi parasosial’. Van Dijk pun meyebut sebuah interaksi face to face
dalam mayarakat yaitu ‘masyarakat organik’ yang dibentuk oleh kelompok yang
relatif homogen karena mereka biasanya memiliki beragam kepentingan, sebaliknya
masyarakat maya biasanya heterogen karena hanya satu kepentingan yang
menghubungkan mereka. Oleh karena itu, masyarakat organik memiliki kesempatan
yang lebih baik dalam membangun dan memelihara budaya dan identitas mereka
sendiri dibandingkan masyarakat maya. Masyarakat maya tidak bisa menggantikan
masyarakat organik karena jumlah mereka yang terbatas, tetapi mereka
masihmemungkinkan dapat mendukung dan memperkuat masyarakat organik. Penelitian
mengatakan, sebagian besar orang Amerika utara memiliki koneksi antarpesona
yang sedikit dengan lingkungan tetangga mereka atau kontrol sosial dari
kelompok lingkungan tetangga. Kami pun berpendapat bahwa keterkaitan aktif dan
partisipasi dalam masyarakat telah menurun secara signifikan, dan menunjukan
bahwa kelompok kepentingan dengan konstituensi lokal dan interaksi telah
menurun secara umum, Orang – orang menghibur diri mereka lebih sering di rumah,
cenderung pasif dalam pemilihan dan kepercayaan pada pemerintah pun rendah,
serta kehadiran – kehadiran di gereja menurun. Hal ini terjadi karena orang –
orang tidak lagi dipaksa untuk berinteraksi dengan intim (tatap muka), yaitu
kedekatan secara fisik dengan yang lain agar berpartisipasi langsung dalam
masyarakat.
Namun dalam literatur ini adanya pendapat lain dari
Johnson mengatakan bahwa, ‘bukannya media yang membuat penggunanya menjadi
menutup dan introvert, komputer digital ternyata menjadi teknologi utama dan
pertama pada abad ke 20 yang membawa orang asing lebih berdekatan, daripada
mendorong mereka lebih berjauhan. Contohnya, pada Usenet yang meliputi lebih
dari 150 kelompok baru yang anggotanya meliputi hampir seluruh suku dan budaya
nasional masyarakat di dunia. Penelitian kelompok akses budaya (2001) terhadap
perbedaan etnis di kalangan pengguna online melaporkan bahwa 59% dari orang
Amerika-Afrika dan 73% dari Hispanic responden mengatakan bahwa internet
menjaga mereka terhubung pada masyarakat suku asli mereka, dan bahwa konten
website Amerika-Afrika (79%) atau Hispanic (69%) bermanfaat bagi mereka. Ia
juga memberikan contoh dari salah satu anggota SeniorNet yang menerima lusinan
telepon dan kartu dari teman dunia mayanya ketika ia terbaring di rumah sakit.
Kesimpulannya, masyarakat maya mungkin secara sosial
dan politik merupakan kelompok yang terpinggirkan, namun pada akhirnya mereka
menemukan ruang ekspresif bagi mereka di
internet, di mana internet digunakan untuk menemukan orang lain yang
sepemikiran, yang bicara dengan bebas, dan menempa solidaritas bersama.
Jika dikaitkan dengan kondisi di Indonesia, dengan
adanya internet dapat dilihat bahwa pengetahuan politik masyarakat memang
bertambah. Banyak masyarakat yang mencari-cari berita tentang partai dan tokoh
politik lewat internet dilihat dari banyaknya komentar di berita-berita tentang
politik. Namun, belum tentu hal itu menjadikan partisipasi masyarakatnya
bertambah. Dalam suatu riset, didapatkan hasil pada masyarakat pedesaan yang
melihat baliho-baliho terpampang nyatanya tidak membuat mereka ikut serta dalam
pemilu. Mereka justru merasa bosan dengan para tokoh yang mencalonkan diri pada
pemilu. Jadi, internet memang memberi pengaruh karena member pengetahuan pada
masyarakat, namun hal ini tidak menjamin masyarakat ikut berpartisipasi dalam
kegiatan politik.
E. PERSPEKTIF
PESIMIS DAN OPTIMIS TERKAIT TERKAIT DENGAN ISU ISU INTERNET DAN “COMMUNITY
INVOLVEMENT”
Internet memiliki pengaruh pada
keterlibatan komunitas di masyarakat. Schement membedakan dua elemen kunci dari masyarakat: hubungan primer dan
sekunder. Dalam komunitas
Internet yang terdiri dari hubungan sekunder, orang hanya mengenal satu sama lain dalam satu, atau
hanya beberapa dimensi. Berbeda dengan hubungan primer di mana orang saling mengenal satu sama lain dalam
berbagai dimensi. John Seely Brown percaya bahwa hal itu membuat akuntabilitas dan tanggung jawab dalam komunitas virtual
tidak jelas karena kurangnya
hubungan primer dapat menyebabkan perilaku ceroboh, tidak bertanggung jawab, dan bahkan anti-
sosial (1995: 12). Penggunaan sistem online untuk berkomunikasi dengan orang
lain yang lebih jauh dapat mengurangi vitalitas dan integrasi masyarakat fisik
(Calhoun, 1986).
Shapiro
dan Leone memperingatkan ketidakhati – hatian penggunaan internet dapat
menyebabkan tiga masalah fundamental:
(1)
personalisasi yang berlebihan, bahwa penggunaan informasi tentang para pengguna
kepada tujuan pesan, produk dan kontrol dan penggunaan dari penyaring dan
kelompok diskusi untuk menjaga kita dari terkena pandangan yang berbeda
(2)
disintermediasi, yang dapat keluar dari cengkraman karena kita lupa terhadap
nilai dari hubungan dan gatekeeper tidak hanya dalam hal memilih tetapi juga
memverifikasi berita, komersial dan politik
(3)
bahaya yang ‘mungkin terlalu kita percayai pada solusi terhadap masalah yang
umum seperti menjaga privasi. Shapiro dan Leone serta Rice mengemukakan bahwa
hubungan online bersifat sementara, tidak berkelanjutan dan lebih mudah
berakhir dibandingkan dengan hubungan masyarakat secara fisik. Sepanjang
peningkatan pilihan yang media online sediakan, mendatangkan peningkatan
kemampuan pada ‘pelepasan dengan sedikit atau tidak adanya konsekuensi’.
Namun,
Keterlibatan masyarakat
di dunia maya dapat menciptakan
komunitas alternatif yang berharga dan berguna untuk menjalin
hubungan yang akrab, secara
fisik yang
terletak masyarakat kita
(Pool, 1983; Rheingold, 1993). Hal ini juga membuat kemampuan untuk berbagi informasi sangat
meningkat yang merupakan faktor
penting dalam pembentukan masyarakat.
Internet
berkaitan erat dengan interaksi sosial diantaranya yaitu Internet digunakan
sebagai media alternatif untuk interaksi sosial bagi orang-orang tertentu yang
merasa adanya kecemasan dalam merangsang hubungan interpersonal dan Internet
digunakan sebagai media alternatif untuk interaksi sosial , dan pengguna
tersebut memiliki afinitas yang lebih besar untuk Internet .Papacharissi dan
Rubin ( 2000) menemukan bahwa internet digunakan sebagai 'alternatif fungsional
untuk tatap muka komunikasi (interaksi ) bagi mereka yang cemas tentang
komunikasi tatap muka dan yang tidak menemukan komunikasi tatap muka menjadi
menguntungkan ' ( 2000 : 188 ).
Hasil
survei menunjukkan keragaman , berkembang dan luasnya penggunaan Internet untuk
interaksi sosial . Hasil awal dari studi survei respon ke situs web National
Geographic Society pada musim gugur tahun 1998, dari 35.000 orang Amerika ,
5000 Kanada dan 15.000 orang lain , menunjukkan bahwa :
1. kontak
e -mail tinggi tidak mengurangi bentuk-bentuk interaksi ;
2. orang-orang
muda menggunakan e -mail lebih untuk teman-teman , dekat dan jauh ,
3. orang
tua menggunakan e -mail lebih untuk kerabat dekat dan jauh ,
4. perempuan
menggunakan e -mail lebih banyak dengan kerabat di kejauhan , tetapi
5. secara
keseluruhan , frekuensi komunikasi untuk pria dan wanita pada dasarnya sama
untuk semua media .
Internet
juga bisa disebut sebagai “forms of expression” yaitu Internet kini juga bisa
berfungsi sebagai sarana mengekspresikan diri mereka misalnya melalui halaman
web pribadi atau mengembangkan hubungan dengan teman dan keluarga dan menjadi
disosialisasikan dan Internet ,
kebutuhan semua manusia sebagi pendukung ' untuk ekspresi serta internet memunculkan bentuk-bentuk ekspresi
baru.Contoh ekspresi dalam dunia internet yaitu disebutkan oleh Hill dan Hughes
( 1998: 184 ) menunjukkan , hanya karena orang memiliki kesempatan untuk
membangun persahabatan di dunia maya tidak berarti bahwa mereka akan ramah .
Bentuk-bentuk baru ekspresi secara online juga termasuk seks virtual ,
identitas maya alternatif dan menguntit elektronik atau hacker ( Civin , 1999; Odzer , 1997).
Hal
ini bisa dilihat dari perspektif optimis
maupun pesimis. Perspektif pesimis menyatakan bahwa tidak hanya dimediasi
komunikasi memiskinkan sifat interaksi , namun interaksi online dapat menipu ,
sederhana , dan mengandung kebencian sementara . Beberapa menyimpulkan
diperpanjangnya penggunaan internet menyebabkan isolasi dan depresi , sebagai
hubungan dimediasi lemah menggantikan yang unmediated yang kuat , dan hubungan
difokuskan secara sempit menggantikan yang lebih beragam .
Namun
disisi lain Rata-rata, pengguna internet merasa bahwa internet telah sedikit
meningkatkan jumlah komunikasi seseorang menjadi secara teratur dihubungi , dan
meluasnya komunikasi dengan keluarga dan teman-teman. Responden ke (2000) studi
UCLA menunjukkan bahwa penggunaan internet membantu untuk menciptakan dan
memelihara persahabatan serta berkomunikasi dengan keluarga .Internet dapat
menjadi alat komunikasi yang besar bagi mereka yang memiliki waktu sulit
bertemu teman-teman baru karena cacat fisik , penyakit atau bahkan keterampilan
sosial yang buruk ( Wallace , 1999 ) . Orang-orang ini dapat dengan mudah
menemukan orang lain seperti mereka di seluruh negeri dan di seluruh dunia ,
memberikan dukungan dan kesempatan untuk mengurangi kesepian atau rendah diri
serta tidak dapat menunjukan ekspresi mereka.
Orang-orang
ini dapat dengan mudah menemukan orang lain seperti mereka di seluruh negeri
dan di seluruh dunia , memberikan dukungan dan kesempatan untuk mengurangi
kesepian atau rendah diri .Internet digunakan sebagai media alternatif untuk
interaksi sosial , dan pengguna tersebut memiliki afinitas yang lebih besar
untuk Internet . Pertumbuhan dan intensitas komunitas online juga dapat
berbicara tentang penurunan yang dirasakan dalam komunitas yang nyata ,
misalnya sebagai manusia mencari dukungan sosial dan interaksi di internet.
Contoh
kasus di Indonesia yaitu banyak kasus dimana beberapa orang ada yang
menggunakan identitas palsu di jejaring sosial atau misalnya facebook dan
twitter, mereka bisa saja menyamar menjadi tentara, pilot atau pengacara. Para
pelaku ini merasa percaya diri dan berani dalam mengekspresikan dirinya karena
menganggap tidak ada orang yang mengetahui identitas dan kepribadian yang
sesungguhnya.Kasus nyata di Indonesia :
03
April 2011, Jejaring sosial facebook kini memakan korban lagi. Di Bekasi, Jawa
Barat, seorang pria yang bernama Rahmat Sulistyo, namun lebih senang dipanggil
nama inisialnya, yaitu RS, ditahan oleh kepolisian setempat akibat kasus
penipuan pernikahan sesama jenis dan pemalsuan identitas. RS tersebut merupakan
seorang laki-laki, namun dia memalsukan identitas sebagai seorang perempuan
demi bisa menikah dengan Mohammad Ummar yang dikenalnya lewat facebook.Pada
saat berkenalan lewat facebook, RS mengaku bernama Anastasya Oktaviany alias
Icha, seorang pramugari sebuah maskapai penerbangan kepada Ummar.RS mengaku
jatuh cinta pada Ummar, sehingga dia memutuskan untuk menikahi Ummar yang
padahal sesama jenis. Terbukti sang pelaku punya orientasi yang menyimpang dan
mengekspresikannya lewat dunia maya.
Dari
hasil review diatas kita maka kesimpulannya yaitu Bab ini telah mengkaji
literatur penelitian dan hasil mengenai tiga isu sosial utama seputar peningkatan
penggunaan Internet: akses, keterlibatan sipil dan masyarakat, dan interaksi
sosial dan bentuk-bentuk ekspresi baru. Sementara beberapa bukti menunjukkan
bahwa kesenjangan digital menurun atau bahkan menghilang sehubungan dengan
jenis kelamin dan ras, perbedaan pendapatan dan pendidikan yang masih besar,
dan dalam beberapa studi menjadi meningkat.
lag
umum dalam akses dan penggunaan internet dapat menciptakan konsekuensi sosial abadi
dan konsekuensial negatif, bahkan setelah kemudian pengadopsi mencapai akses
penuh. Ada banyak hambatan, rintangan dan tantangan untuk akses yang lebih adil,
dan beberapa dari mereka mungkin akan tertanam di dalam konteks sosial dan
budaya serta perbedaan.
Banyak
kritikus yang cukup pesimis tentang dampak penggunaan internet di masyarakat,
politik dan keterlibatan masyarakat. Orang-orang dapat menggunakan berbagai
beragam media, tindakan individu dalam aktivis online mungkin lebih ekstrim,
pengguna mungkin mengalami kesulitan menilai sejumlah besar informasi yang
tersedia, orang mungkin pada dasarnya harus memperkuat keyakinan mereka sebelum
berpartisipasi atau hanya dalam kepentingan yang dipilih kelompok, dan ancaman
terbesar saat ini mungkin konsentrasi berkembang di industri media. Beberapa
konseptualisasi atribut dari Internet dan masyarakat menolak gagasan bahwa
masyarakat organik dapat berkembang dalam mediated, formulir online, karena
mereka merupakan hubungan sekunder dan jauh.
Selanjutnya,
privasi individu terancam, terutama oleh kepentingan komersial, dan komunitas
online biasanya terikat hanya oleh kepentingan tunggal. Lebih mendasar lagi,
sifat masyarakat saat ini 'nyata' dapat diperdebatkan, karena beberapa bukti
menunjukkan bahwa berbagai bentuk keterlibatan sosial telah menurun selama bertahun-tahun
di Amerika Serikat, dan bahwa sangat sedikit orang benar-benar berinteraksi
dengan tetangga terdekat secara fisik, justru
mereka berpartisipasi dalam masyarakat lokal tipis dan jaringan keluarga
dan pekerjaannya.
Di
sisi lain, studi dan survei baru-baru ini menemukan bahwa pengguna internet
cenderung lebih tertarik pada peristiwa terkini, kampanye dan aktivis politik
sudah mulai menggunakan internet untuk berbagai keperluan, pengguna lebih
terlibat dalam kegiatan sipil dan politik daripada non-pengguna, dan banyak
kantor pemerintah menyediakan e -mail dan akses Web. Meskipun demikian, dialog
online nyata di antara kelompok-kelompok kepentingan yang berbeda jarang
terjadi, dan akses pemerintah biasanya satu arah. Namun, banyak masyarakat yang
diperkuat melalui interaksi online, jika hanya karena hambatan yang lebih
rendah, seperti waktu, jarak dan perlu awalnya mengenal orang lain secara
pribadi sebelum berkomunikasi. Ini mungkin lebih tepat untuk memikirkan
interaksi online melengkapi komunitas fisik.
Meskipun
demikian, ada banyak komunitas dimediasi hidup dan berumur panjang, mulai dari
kelompok pendukung kesehatan untuk membubarkan kelompok-kelompok budaya dan
etnis. Pertumbuhan dan intensitas komunitas online juga dapat berbicara tentang
penurunan yang dirasakan dalam komunitas yang nyata, misalnya sebagai manusia
mencari dukungan sosial dan interaksi . Memang, banyak aspek hubungan, emosi
dan identitas yang dialami sebagai sama nyatanya melalui Internet, media lain
(seperti telepon) atau tatap muka. Ada beberapa studi kasus yang menunjukkan
bahwa masyarakat kecil telah kebangkitan melalui sistem online.
Akhirnya,
tentang interaksi sosial dan ekspresi, perspektif pesimis menyatakan bahwa
tidak hanya dimediasi komunikasi memiskinkan sifat interaksi, namun interaksi
online dapatmenipu, sederhana, dan mengandung kebencian sementara. Beberapa
menyimpulkan diperpanjangnya penggunaan internet menyebabkan isolasi dan
depresi, sebagai hubungan dimediasi lemah menggantikan yang unmediated yang
kuat, dan hubungan difokuskan secara sempit menggantikan yang lebih beragam.
Namun,
kedua survei dan studi etnografi menunjukkan bahwa yang kaya, subur, beragam
dan memperluas interaksi yang mungkin melalui Internet. Ada banyak kelompok
online dengan anggota berapi-api menyediakan sumber daya emosional dan lainnya
satu sama lain, dan pengguna secara teratur menilai berkomunikasi dengan orang
lain-keluarga, teman dan orang-orang baru yang mereka temui secara online-sebagai
aktivitas yang paling favorit dan penting mereka. Beberapa studi menunjukkan
bahwa penggunaan internet interaktif menggantikan televisi penonton pasif,
tetapi bahwa pengguna internet secara keseluruhan lebih besar peserta Media.
Generasi Net mungkin menjadi lebih melek, kreatif dan terampil secara sosial
karena keakraban awal mereka dengan internet, termasuk mencoba berbagai aspek
identitas mereka berkembang secara online. Ada banyak kelompok online dengan
anggota berapi-api menyediakan sumber daya emosional dan lainnya satu sama lain,
dan pengguna secara teratur menilai berkomunikasi dengan orang lain-keluarga,
teman dan orang-orang baru yang mereka temui secara online-sebagai aktivitas
yang paling favorit dan penting mereka. Beberapa studi menunjukkan bahwa
penggunaan internet interaktif menggantikan televisi penonton pasif, tetapi
bahwa pengguna internet secara keseluruhan lebih besar peserta Media. Generasi Net
mungkin menjadi lebih melek, kreatif dan terampil secara sosial karena keakraban
awal mereka dengan internet, termasuk mencoba berbagai aspek identitas mereka
berkembang secara online.
Berinteraksi
dengan guru dan siswa lain lebih mudah bila didukung oleh Internet, dan kedua
mahasiswa dan pasien lebih mungkin untuk berbicara tentang isu-isu sensitif
secara online, mungkin karena perlindungan anonimitas. Sebagian pengguna
bertemu orang-orang baru mereka datang untuk memanggil teman-teman online, dan
pergi untuk bertemu orang-orang ini secara pribadi. Beberapa penelitian secara
khusus telah dimentahkan beberapa penelitian yang menghubungkan penggunaan
internet sebelumnya dengan isolasi atau depresi, menunjukkan memang bahwa
pengguna internet berpengalaman mungkin menemukan dukungan yang lebih besar
online, menjadi lebih puas dengan interaksi dan komunikasi mereka, dan
menghasilkan hubungan baru melalui kemampuan untuk menghubungi orang lain lebih
mudah. Memang, beberapa berspekulasi bahwa internet juga dapat memupuk toleransi
yang lebih besar melalui paparan keragaman yang lebih luas dari suara , dan
bahkan mendukung pertumbuhan transenden dan spiritual.
Semua
kemungkinan ini dapat menyebabkan pertumbuhan utama dalam konsep kita tentang
identitas, kelompok dan masyarakat. Sementara penggunaan dan efek dari
teknologi komunikasi utama (seperti pena, telegraf, telepon, mesin fotokopi,
memo), telah dipelajari secara retrospektif, jika sama sekali, pertumbuhan yang
cepat baru-baru ini affords Internet peneliti komunikasi kesempatan unik untuk
menggambarkan, menilai, memprediksi dan mengevaluasi perubahan jangka pendek serta
perkembangan jangka panjang. Jika spekulasi saat ini dan penelitian tampaknya
menunjukkan beragam, kontradiktif dan simultan konsekuensi, di beberapa tingkat
analisis, ini mungkin karena pada dasarnya sifat perubahan sosial. Namun, itu
jauh lebih baik untuk tanah pemahaman tentang kompleksitas fenomena ini besar
dalam penelitian daripada spekulasi dan pernyataan.
Refrensi
:
Lievrouw, Leah
A. & Sonia Livingstone. 2006, Handbook of New
Media : Social Shaping and Social
Consequences of ITCs, Sage Publication Ltd.
London. Chapter 4 : Perspective on
Internet Use: Access, Involvement an Interaction
1 komentar:
nice review
Posting Komentar