Minggu, November 09, 2014

Pengaruh Literasi Media Terhadap Tingkat Partisipasi Politik Wanita pada Pemilihan DPRD di Kabupaten Badung, Bali

Dikutip dari Wikipedia, literasi media adalah kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk melakukan hal ini ditujukan agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk anak-anak) menjadi sadar (melek) tentang cara media dikonstruksi (dibuat) dan diakses.
            Literasi media muncul dan mulai sering dibicarakan karena media seringkali dianggap sumber kebenaran, dan pada sisi lain, tidak banyak yang tahu bahwa media memiliki kekuasaan secara intelektual di tengah publik dan menjadi medium untuk pihak yang berkepentingan untuk memonopoli makna yang akan dilempar ke publik. Karena pekerja media bebas untuk merekonstruksikan fakta keras dalam konteks untuk kepentingan publik (pro bono publico) dan merupakan bagian dalam kebebasan pers (freedom of the press) tanggung jawab atas suatu hasil rekonstruksi fakta adalah berada pada tangan jurnalis, yang seharusnya netral dan tidak dipengaruhi oleh emosi dan pendapatnya akan narasumber, dan bukan pada narasumber.
            Sementara itu, pengertian partisipasi politik secara harafiah berarti keikutsertaan, dalam konteks politik hal ini mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan warga dalam proses politik tidaklah hanya berarti warga mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan oleh para pemimpinnya, karena kalau ini yang terjadi maka istilah yang tepat adalah mobilisasi politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.
            Berbicara mengenai pertisipasi politik perempuan, sebenarnya bukannya tidak mungkin seorang perempuan ikut berpartisipasi aktif dalam kancah perpolitikan. Karena perempuan bukan hanya sebagai pemanis dari suatu organisasi maupun partai saja, tetapi perempuan haruslah mendapat posisi yang strategis dan sebagai pengambil kebijakan, karena dengan adanya partisipasi perempuan baik dalam pengambil kebijakan di eksekutif, legislatif dan yudikatif.
            Selain itu dengan adanya peran perempuan dalam proses pembangunan di negara kita ini, pertumbuhan ekonomi terus meningkat, kemiskinan sehingga mengakibatkan bertambahnya angka kematian anak bisa diminimalisir, juga meminimalisir angka kematian ibu ketika proses melahirkan.
            Keterlibatan dan keterwakilan perempuan dalam dunia politik dan kebijakan publik merupakan suatu keharusan, sebab akses, kontrol, dan partisipasi politik perempuan dalam berbagai tingkatan pembuatan dan pengambilan keputusan merupakan hak asasi manusia. Tidak dapat dipungkiri perempuan secara demografis merupakan mayoritas, namun secara politis mereka menempati posisi minoritas.
            Tapi jika para perempuan Indonesianya sendiri tidak menanamkan kepercayaan kepada caleg perempuan dengan tidak memilih caleg perempuan pada pemilu, yang dilakukan dan diperjuangkan oleh perempuan-perempuan yang sudah memberanikan diri bahkan sudah terjun langsung ke dunia politik menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu, dalam hal ini saya menyoroti dua aspek dalam kaitannya dengan partisipasi politik perempuan, yang pertama adalah keterlibatan kaum perempuan di Badung dalam pemilihan langsung DPRD dan yang kedua adalah keterlibatan kaum perempuan dalam menduduki kursi pada lembaga pemerintahan di Kabupaten Badung. Berikut saya sertakan sebuah berita yang saya ambil dari www.denpostnews.com yang hubungannya dengan adanya penjunjungan kaum perempuan, yang dapat berkaitan dengan partisipasi kaum perempuan pada bidang perpolitikan.
Mangupura, Denpost (www.denpostnews.com)

            Selama enam tahun sejak medio 2008 lalu, hingga 2013 ini Kabupaten Badung di bawah kepemimpinan Bupati AA Gde Agung, secara berturut-turut sukses meraih Anugerah Parahita Ekapraya (APE). Bahkan  dalam dua tahun terakhir ini berhasil  meraih Anugrah Parahita Ekapraya Tingkat  Utama. Atas berbagai inovasi yang telah dilakukan  oleh Pemerintah Kabupaten Badung dalam melaksanakan strategi pengarusutamaan gender, pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan, serta perlindungan anak, Gde Agung kembali menerima Anugerah Parahita Ekapraya atau APE 2013. Penghargaan ini diberikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak yang diserahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono,  pada puncak peringatan Hari Ibu (PHI) ke-85 di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, Rabu (18/12) kemarin.
            Dalam peringatan yang mengusung tema "Peran Perempuan dan Laki-laki Dalam Mewujudkan Demokrasi yang Partisipatif dan Pembangunan Yang Inklusif"’, Gde Agung didampingi Ratna Gde Agung selaku Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Badung, anggota Muspida Badung,  Sekretaris Daerah Kabupaten Badung, Kompyang R. Swandika, Kepala Bappeda Litbang, I Wayan Suambara, Kadis Kebudayaan, Ida Bagus Anom Bhasma, Ketua Dharma Wanita Persatuan, Ibu Kompyang R. Swandika, serta Kabag Humas AA Gde Raka Yuda.
            Usai menerima tropi, Gde Agung mengungkapkan rasa syukur, seraya menegaskan bahwa keberhasilan ini merupakan buah dari kerja keras bersama Pemerintah Kabupaten Badung dengan segenap stakeholder pembangunan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. "Kabupaten Badung dinilai sebagai kabupaten yang mampu melakukan program inovasi  melalui kebijakan yang mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan dengan pengarusutamaan gender sebagai salah satu isu strategis dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2010-2015. Sekali lagi ini merupakan keberhasilan bersama yang harus kita syukuri  bersama, serta berharap dengan prestasi ini dapat menginspirasi segenap pemangku kepentingan pembangunan untuk memberi ruang seluas luasnya bagi pembangunan perempuan disegala bidang termasuk dibidang politik,’’ kata Gde Agung.
            Presiden didampingi Ani Bambang Yudhoyono, wakil presiden beserta Ibu Herawati Boediono bersama tamu kehormatan memberikan aplaus kepada 10 penari berkebutuhan khusus dari Kabupaten Badung yang telah menunjukkan kebolehannya dengan menampilkan Tarian Puspawresti di hadapan Presiden serta 1.600 undangan dari seluruh indonesia. Penari ini dilatih secara khusus oleh tim kesenian Kabupaten Badung di bawah Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung.
            Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya,  menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya nya kepada semua organisasi perempuan yang telah memajukan harkat martabat kaum perempuan. Menurut SBY,  hal itu merupakan wujud nyata komitmen pemerintah untuk memberi kesempatan seluas-luasnya kepada kaum perempuan Indonesia sesuai dengan kemampuan dan eksistensinya untuk berkarya dan berpartisipasi dalam pembangunan.
            Sementara Menteri Pemberdayaan Perempuan, Linda Amalia Sari Gumelar, berharap, tema yang diusung  ini dapat dimaknai  sebagai komitmen bersama untuk melaksanakan sistem demokrasi dan politik yang demokratis. "Demikian pula agar pembangunan inklusif dimaksud dilakukan secara adil dengan tanpa diskriminasi. Oleh karenanya semua pembangunan dilaksanakan dengan menempatkan perempuan sebagai mitra sejajar kaum pria," katanya.

Analisis:
            Dalam hal literasi, agak sulit ditemukan data yang menyebutkan tentang bagaimana tingkat literasi media di Kabupaten Badung, namun perencanaan Dewan Pers untuk melaksanakan literasi media di Pulau Dewata ini didukung penuh oleh Gubernur Bali, Made Mangku Pastika. Ketua Dewan Pers, Prof Bagir Manan mengatakan bahwa kedatangannya adalah untuk mengadakan kegiatan secara komprehensif untuk meningkatkan literasi masyarakat (www.antaranews.com).
            Atas dasar hal tersebut, dapat dibayangkan bahwa tingkat literasi media di Bali berada dalam level cukup tinggi, karena mereka pun tidak menolak akan adanya kegiatan perencanaan literasi yang akan diadakan Dewan Pers, yang artinya masyarakat Bali siap menerima pelatihan literasi media terbaru yang kemudian diharapkan kepada masyarakatnya untuk lebih bisa melek dan memahami media. Dengan adanya hal tersebut, bila dihubungkan dengan partisipasi politik, literasi media tentu bisa meningkatkan adanya partisipasi politik bagi masyarakatnya terutama bagi perempuan. Kaum perempuan yang selama ini dianggap sebagai kaum yang hanya mengurus rumah tangga saja juga harus memiliki kesadaran untuk memahami dan menggunakan media. Mereka yang melek media pasti akan dengan mudah menyerap berbagai informasi termasuk info tentang perpolitikan yang akan mendorong mereka untuk mengetahui kondisi perpolitikan atau bahkan meningkatkan keinginan untuk berpartisipasi aktif dalam kancah perpolitkan. Oleh karena jelas ada hubungan yang kuat antara literasi media dan partisipasi politik, meskipun belum sepenuhnya terbukti di Kabupaten Badung, namun bisa diprediksi bahwa semakin kaum perempuan itu memiliki pengetahuan luas akan aspek perpolitikan, tentu akan meningkatkan peran mereka dalam kancah perpolitikan di Kabupaten Badung tersebut. Bagaimanapun juga, jumlah pemilih perempuan di Kabupaten Badung lebih banyak daripada jumlah pemilih laki-laki, hal ini tentu dapat berpotensi untuk meningkatkan peran serta perempuan di kancah perpolitikan.
            Sementara itu, sampai saat ini pertisipasi perempuan masih dianggap rendah, dikarenakan adanya alasan klasik akan banyaknya anggapan masyarakat tentang gender, yang mana masyarakat masih menganggap laki-laki yang lebih pantas memimpin dalam aspek apapun, termasuk dalam pemilihan DPRD. Dalam hal partisipasi wanita untuk menggunakan hak pilihnya, pada Pemilu DPRD kabupaten, DPRD provinsi, DPR dan DPD penetapan awal tanggal 13 September 2013, jumlah DPT 352.918 dengan rincian 175.154 laki-laki dan perempuan 177.764 orang. Tanggal 13 Oktober, jumlah DPT kembali berubah menjadi 350.632 pemilih (laki-laki 174.023 orang dan perempuan 176.339 orang). Angka tersebut kembali berubah pada 19 Oktober menjadi 349.892 pemilih (laki-laki 173.773 orang dan perempuan 176.119 orang). Perubahan DPT itu berdasarkan Surat Edaran (SE) KPU Nomor 716/KPU/X/2013 tertanggal 24 Oktober, perihal perbaikan data pemilih.
            Dari data tersebut, terlihat akan adanya perubahan data akan pemilih aktif di Kabupaten Badung. Terlihat jelas, bahwa jumlah pemilih perempuan lebih banyak dibandingkan dengan pemilih laki-laki yang artinya, apabila dikerahkan semuanya, kaum perempuan di Bali memiliki partisipasi politik yang cukup tinggi. Namun pada kenyataannya, untuk kaum perempuan yang menduduki atau menjabat dalam lingkup DPRD sangatlah kurang, yaitu hanya 1 orang.  Karena, berdasarkan data pada pemilihan DPRD tahun 2004 dan 2009 kemarin, yang menjabat hanyalah satu orang, yaitu Putu Yunita Oktarini, S.E DPRD Badung, dari partai PDI-P. Pada tahun 2014 ini, Putu Yunita Oktarini juga kembali menduduki kursi DPRD untuk daerah Badung 1. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi politik perempuan di Kabupaten Badung, terutama bagi mereka yang menduduki kursi DPRD sangat minim, karena hanya satu orang perempuan yang menduduki kursi DPRD tersebut.
            Dari berita yang dikutip dari Denpostnews tersebut kita juga bisa mengerti bahwa Kabupaten Badung meraih Anugrah Parahita Ekapraya Tingkat  Utama. Atas berbagai inovasi yang telah dilakukan  oleh Pemerintah Kabupaten Badung dalam melaksanakan strategi pengarusutamaan gender, pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan, serta perlindungan anak, serta adanya komitmen bersama untuk melaksanakan sistem demokrasi dan politik yang demokratis. Atas dasar hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Badung sangatlah melindungi perempuan dan berupaya untuk mewujudkan keselarasan di berbagai bidang, termasuk bidang politik. Tentu apabila hal ini diteruskan dapat semakin meningkatkan kesadaran politik perempuan di Kabupaten Badung yang kemudian mampu memajukan kancah perpolitikan dan memberi kesempatan bagi mereka yang ingin berpartisipasi aktif di perpolitikan  Kabupaten Badung.
           
REFERENSI:





0 komentar:

Posting Komentar