REVIEW
BUKU “ KOMUNIKASI MASSA ‘KONTROVERSI, TEORI, dan APLIKASI’ “
Penulis:
Deddy Mulyana, M.A. Ph.D
CHAPTER 2: MEDIA CETAK
Peran
Ideal Pers dalam Era Transisi Demokrasi di Indonesia
Bila berbicara tentang
peran atau fungsi pers yang sering dipandang sebagai bagian dari struktur yang
terbentuk dalam prroses sebelumnya dan akan terus berproses lazimnya secara
evolusioner. Oleh karena itu bila mengkaji bagaimana peran pers dalam masa
transisi, juga perlu membicarakan peran pers pada masa Orde Baru, karena peran
pers kita tidak muncul dari akum sosial.
Pers saat ini belum
mengalami kemajuan yang berarti atau malah justru disebut mengalami kemunduran.
Masa transisi dirasa justru sebagian pers menderita semacam krisis identitas
atau gegar budaya. Mereka belum memiliki pondasi kokoh untuk berpijak. Bahkan
kini semakin banyak pers yang muncul yang akhirnya keblabasan dalam menyajikan
pemberitaan.
Baik disadari atau
tidak peran dan fungsi pers saat ini masih berada dalam baying-bayang orde
baru, karena kebanyakan pers memang dibangun dan dikembangkan dalam masa orde
baru dibawah kepemimpinan nasional yang otoriter. Banyak dari pers kini yang
masih sulit membebaskan diri dari jerat Orde Baru. Maka peran yang paling
menguntungkan adalah memberikan sajian sebebas mungkin.
Pada masa Orde Baru
pers disetir oleh pemerintah. Pers saat itu dimanfaatkan oleh penguasa untuk
mengembangkan dan mengendalikan konflik sosial. Pers berperan pentingd dalam
pembentukan, mobilisasi, dan pemeliharaan konflik antarkelompok. Peliputan atas
isu, peristiwa atau pelaku konflik mencerminkan distribusi kekuasaan dalam
sistem sosial, khususnya kepentingan kelompok dominan dalam sistem sosial
tersebut. kelompok penguasa dapat menggunakan pers untuk memperoleh perhatian,
simpati, dan kesetiaan dari masyarakat dan menciptakan serta memperkuat
kredibilitas sendiri dna menjatuhkan kredibilitas lawan.
Bagaimana Seharusnya
Pers Kita Berperan Saat Ini?
Kini sebagian pers
telah melakukan ‘pertobatan’. Mereka tidak serta merta mengiyakan begitu saja
apa yang dikatakan pemerintah bila hal tersebut memang bertentangan dengan
kenyataan atau hati nurani. bahkan pers berani meberikan julukan-julukan balik
terhadap pemerintah atau elite penguasa atau kebijakan mereka yang masih saja
menggunakan pendekatan kekuasaan poitik ala Orde Baru.
Sesungguhnya pers punya
tugas besar dan mulia, yakni mengembangkan wacana yang sehat demi kepentingan
rakyat banyak. Melalui penyajiannya, pers seharusnya lebih berempati terhadap
pihak-pihak yang dirugikan dan menderita. Pada gilirannya wacana yang sehat
dapat dikembangkan untuk mencari solusi atas persoalan yang ada. Sayangnya,
pers justru menampilkan banyak kecenderungan negative. Pers kita selama
bertaun-taun cenderung berpihak pada kelompok tertentu, memanaskan situasi yang
ada, seraya menonjolkan unsur kekerasan dari konflik tersebut dalam
pemberitaan. Seharusnya pers melaporkan
peristiwa dengan misi membantu menyelesaikan konflik antarkelompok
tersebut, misalnya dengan menampilkan narasumber berimbang, bukan justru
melaporkan segi menarik dan dramatic hanya untuk meningkatkan pasar.
Pers juga sebaiknya
lebih berhati-hati dalam melaporkan konflik etnik dan agama yang terjadi di
Indonesia. Mereka jangan terjebak pada fakta-fakta keras dan kasar. Mereka juga
harus berhati-hati untuk memberikan julukan kepada pihak-pihak lain termasuk
yang mereka tidak sukai. Jadi, Pers hendaknya mawas diri, menggunakan kebebasan
yang diperolehnya berdasarkan hati nurani dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Peran Pers Lokal dalam
Kehidupan Masyarakat Multibudaya.
Pers lokal
didefinisikan sebagai pers yang dibangun oleh dan untuk orang-orang lokal.
Lokal disini dapat berarti satu kota, kabupaten, provinsi, atau wilayah yang
dihuni atau suatu kelompok suku, dalam suatu wilayah geografis yang besar.
Namun terkait dengan kebudayaan, banyak masyarakat kita yang masih memandang
budaya secara objektif yang mengisyaratkan bahwa budaya adalah suatu entitas
yang cenderung statis yan terutama berbentuk aspek-aspe yang dapat dilihat dan diraba seperti artefak,
kerajinan tangan, tarian, dsb.
Hanya bila kita
termasuk orang-orang yang mengelola pers, kita harus mengubah pandangan kita
terhdap budaya, dari pandangan objektif ke pandangan interpretif yang
menngisyaratkan bahwa budaya itu dinamis. Dengan begitu, pers akan memiliki
peran optimal dalam kehidupan masyarakat yang multibudaya dewasa ini dan
terutama pada masa dating. Pandangan ini tidak menuntut bahwa kita harus
menjungkirbalikan budaya lokal yang sudah ada dan menggantinya dengan
nilai-nilai budaya baru. Akan tetapi, kita harus lebih kritis untuk menilai
budaya sendiri dan budaya lain. kita harus mampu memelihara nilai-nilai budaya
lokal positif yang sesuai dengan agama kita da bagaiamana pula kita mampu
menyaring nilai-nilai budaya asing. Para pengelola pers lokal harus turut
bertanggung jawab membangun jati diri masyarakat lokal. Lewat publikasi dan
kerjasama dengan berbagai komponen masyarakat, pers lokal dapat
mensosialisasikan nilai-nilai budaya yang ingin dibangun.
0 komentar:
Posting Komentar