A. Pendahuluan
Kelangkaan bahan bakar minyak, yang
salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan telah
mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi secara
bersama-sama. Semakin tinggi harga bahan bakar minyak untuk rumah tangga justru
semakin meresahkan masyarakat. Oleh karena hal tersebut, banyak bermunculan
pemikiran untuk mencari berbagai bentuk energi alternatif agar berbagai
kebutuhan bahan bakar masyrakat tetap dapat dipenuhi tanpa merusak lingkungan.
Salah satu
isu global
yang sering diperbincangkan masyarakat Indonesia dan dunia adalah mengenai krisis energi
dan
pemanasan global. Krisis energi yang dampaknya langsung bisa dirasakan adalah tingginya
harga bahan bakar. Hal ini
didorong
oleh kenyataan bahwa kebutuhan (konsumen)
terhadap bahan bakar semakin meningkat dengan pesat, sementara itu sumbernya makin berkurang. Sebagai konsenkuensi logis, tanpa bahan baku
energi kehidupan ini tidak ada.
Oleh karenanya kita membutuhkan sumber energi alternatif
serta
ramah lingkungan yang dapat
kita manfaatkan
guna
mencukupi energi yang semakain menipis, misalnya energi fosil yang diperkirakan beberapa
puluh tahun kedepan akan habis. Salah satu alternative yang
perlu dimanfaatkan
adalah
biogas, yang pemanfaatannya masih belum
maksimal. Padahal
biogas memilki potensi energi yang cukup besar untuk kehidupan, jika kita
tahu bagaimana
mengelolanya.
Bagaimanapun juga, lingkungan
merupakan faktor esensial dalam kehidupan masyarakat. Baik buruknya kondisi
lingkungan memang tergantung dari
bagaimana masyarakat terkait mengelola dan menjaga lingkungan tersebut.
Lingkungan yang baik dan nyaman tentu akan membuat masyarakatnya juga nyaman
dalam menjalani kehidupannya. Dalam perwujudan energi yang potensial untuk
menjadi alternative masyarakat, tentu diperlukan adanya pengelolaan dengan
kerjasama antar berbagai pihak. Oleh karena itu, faktor komunikasi tentu
menjadi sebuah keharusan yang layak dipertimbangkan secara efektif dan efisien
dalam kaitannya mewujudkan berbagai tujuan yang diharapkan oleh berbagai pihak.
Tak dapat dipungkiri, untuk mewujudkan proses komunikasi dalam sektor
lingkungan seperti ini secara efektif dan efisien memang diperlukan kesungguhan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perlu adanya pengkajian pembahasan
terkait dengan pokok permsalahan yang ada pada masyarakat tersebut.
B. Ruang Lingkup Komunikasi Lingkungan
Isu
lingkungan masih menjadi perbincangan seksi. Bukan hanya karena berkaitan
langsung dengan kehidupan manusia, tapi lebih disebabkan semakin meningkatnya
permasalahan lingkungan. Mulai bencana alam yang disebabkan faktor lingkungan
akibat ulah manusia, hingga perubahan iklim yang tak terkendali.
Komunikasi lingkungan menurut Robert
Cox
dalam (Herutomo, 2013) merupakan
media pragmatis dan konstruktif untuk
memberikan
pemahaman kepada masyarakat
mengenai lingkungan. Menyangkut
srategi
pengemasan pesan dalam media untuk menumbuhkan
kesadarn
dan
partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan. Komunikator utama
dalam komunikasi lingkungan adalah pemerintah dan organisasi non
pemerintah yang
punya
komitmen terhadap pengelolaan lingkungan. Pada dasarnya komunikasi lingkungan untuk
menumbuhkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam
mengelola lingkungan
termasuk hutan
polanya
bersifat
dialogis
yang
lebih banyak
terjadi
pada komunikasi
interpersonal dan komunikasi kelompok.
Menurut Wiryono dalam (Herutomo, 2013) pola
komunikasi dibentuk untuk mengidentikasi
dan mengkategorikan unsur-unsur yang relevan dari suatu proses komunikasi khususnya komunikasi
interpersonal.
Pola komunikasi
adalah
representasi dari suatu
peristiwa komunikasi
yang dapat digunakan untuk melihat unsur-unsur yang
terlibat dalam
komunikasi. Sedangkan sejauh mana efektivitasnya tergantung bagaimana relevansi
antara
pola
komunikasi yang
dipakai
dengan kondisi sosial, budaya dan psikologis
khalayak. Komunikasi yang efektif menurut Susanto dalam
(Herutomo, 2013) dapat
dilihat
dari prosentase
antara khalayak yang dapat dipengaruhi dengan khalayak peserta komunikasi disamping itu
efektivitas
komunikasi
juga
dapat diukur dari efek pada khalayak yang
berupa kognitif, afektif, konatif dan efek sosial
meliputi difusi inovasi, opini publik, akulturasi
serta perubahan sosial
ekonomi. Komunikasi
yang efektif jika terjadi dalam suasana yang
menguntungkan, menggunakan
bahasa
yang
mudah
dimengerti dan pesannya menggugah perhatian
dan
minat komunikan.
Severin
dan
Tankard
dalam (Wiryanto, 1998) berpendapat
pola komunikasi dapat membantu merumuskan suatu teori
dan
menyarankan suatu
bentuk
relasi. Pola komunikasi mempunyai tiga proses (1) menggambarkan proses komunikasi (2)
menunjukkan hubungan
visual (3)
membantu menemukan dan memperbaiki
hambatan komunikasi
dan fungsinya dalam (Sendjaya , 1999) mempunyai empat fungsi yaitu (1) pengorganisasian (2) penjelasan (3) heuristic, yang memberikan gambaran mengenai unsur- unsur pokok dari
suatu proses atau sistem dan
(4) prediksi akibat yang terjadi.
Secara empiris aspek komunikasi lingkungan dan kebijakan lingkungan
mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi karena komunikasi
lingkungan tidak hanya menginformasikan secara linier ataupun botton up mengenai masalah
lingkungan tetapi lebih pada
sharing informasi lingkungan secara dialogis. Disamping itu fungsi komunikasi lingkungan menyampaikan tuntutan (policy demand) masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan.
Dalam lingkup praktis, komunikasi
lingkungan ini menyangkut strategi pengemasan pesan dan media untuk mendorong pengetahuan,
kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk menjaga lingkungan. Di sini,
pemerintah maupun organisasi non pemerintah yang concern terhadap masalah lingkungan merupakan
komunikator kunci dalam pembuatan kebijakan/ program yang efektif untuk membangun
partisipasi publik dalam implementasinya. Bagi komunikator tersebut,
penyampaian pesan yang efektif kepada publik tidak cukup hanya melalui iklan
dan kampanye di media massa. Memang komunikasi di media massa diakui memiliki
pengaruh besar untuk mentranformasikan pengetahuan kepada masyarakat. Namun
untuk mencapai tahapan kesadaran dan implementasi masih perlu komunikasi
persuasif melalui pendekatan langsung (interpersonal) kepada masyarakat.
Misalnya membentuk kelompok-kelompok peduli lingkungan di masyarakat maupun
penanaman nilai-nilai pelestarian lingkungan sejak dini (M Badri, 2011).
Dalam komunikasi lingkungan yang efektif harus dapat memberi harapan atau keinginan yang berorientasi masa kini maupun masa mendatang. Efektivitas forum komunikasi ini terletak
pada sifat komunikasi yang dialogis, umpan
balik dan komunikatornya mengetahui komunikasinya berhasil atau tidak yang komunikatornya tokoh masyarakat desa hutan yang berfungsi sebagai change
agent. Pengaruh change agent cukup besar dalam mengendalikan perilaku masyarakat desa hutan yang kemudian menjadi perilaku yang ajeg akan
pentingnya kelestarian lingkungan yang
berpengaruh pada meningkatnya kesejahteraan
masyarakat (Herutomo, 2013).
C.
Energi
dan Permasalahannya di Indonesia
Dalam pembahasan ini, lebih berfokus pada sektor energi. Seperti
yang kita ketahui, bahwa segala aktivitas yang dilakukan manusia pada dasarnya
membutuhkan energi. Di Indonesia energi memiliki dua fungsi, yaitu sebagai
pendorong pembangunan dan sebagai sumber devisa. Pertumbuhan ekonomi jelas
membutuhkan ketersediaan berbagai sumber daya alam disamping sumber daya
manusia. Segala macam bentuk energi entah itu dari bahan bakar minyak ataupun
bioenergy akan selalu dibutuhkan oleh manusia dalam aktivitas sehari-hari di
kehidupannya. Karena itu, keterbatasan sumber daya energi menjadi penghambat laju pertumbuhan ekonomi,sementara peningkatan produksi minyak bumi
akan dapat menambah devisa negara. Hal senada juga diungkapkan oleh Taufik (2006:36) energi yang dihasilkan dari bahan galian sumber daya alam yang ditambang suatu
saat akan habis. Maka diperlukan
energy lain sebagai pengganti.
Seperti yang kita ketahui krisis energi tengah melanda negeri kita juga negara-negara lain. Krisis energi ini diperkirakan akan terus berlangsung
beberapa tahun ke depan
jika tidak segera diatasi. Peningkatan permintaan kebutuhan energi, terutama energi lisrik, yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya
sumber energi
serta permasalahan emisi dari bahan
bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi energi terbarukan. Disamping itu, adanya pemborosan
penggunaan energi di berbagai lapisan masyarakat turut menambah beban dalam
daftar pemborosan energy yang ada. Bagaimanapun juga, apabila hal ini dibiarkan
terus menerus, Indonesia bisa kehabisan pasokan energi, apalagi energy listrik,
energy yang paling vital di dunia ini.
Berdasarkan fakta yang ada, setelah pulih dari krisis
moneter pada tahun 1998, Indonesia mengalami lonjakan hebat dalam konsumsi
energi. Dari tahun 2000 hingga tahun 2004 konsumsi energi primer Indonesia
meningkat sebesar 5.2 % per tahunnya. Peningkatan ini cukup signifikan apabila
dibandingkan dengan peningkatan kebutuhan energi pada tahun 1995 hingga tahun
2000, yakni sebesar 2.9 % pertahun. Dengan keadaan yang seperti ini,
diperkirakan kebutuhan listrik indonesia akan terus bertambah sebesar 4.6 %
setiap tahunnya, hingga diperkirakan mencapai tiga kali lipat pada tahun 2030.
Kelangkaan sumber daya dan peningkatan permintaan sumber
daya energi di masyarakat bisa menjadi hal yang sulit diselesaikan apabila
tidak dipahami secara benar yang berujung menjadi permasalahan yang sangat
serius. Hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan menggunakan berbagai energy
alternative yang sudah banyak dipakai di berbagai negara. Bahkan, negara
seperti Norwegia sudah menerapkan diversifikasi energy dengan memanfaatkan air
dan gelombang lau. Di Amerika menggunakan biofuel,
dan Perancis yang menggunakan energy nuklir. Hal tersebut tentu bisa
menginspirasi Indonesia untuk menirunya, sebagai aplikasi nyatanya, beberapa
daerah di Indonesia menggunakan energy alternative seperti biogas dan
biodiesel, bahkan ada kota yang menjadi pusat pembuatan biogas, yaitu Ciwidey,
Jawa Barat.
D.
Jenis Energi Alternatif
Penggunaan bahan bakar minyak dan batu bara untuk listrik,
kendaraan, maupun dalam operasional industri menyebabkan berkurangnya cadangan
minyak bumi dan batu bara yang ada di negeri ini. Oleh karena itu kita harus
mempersiapkan diri untuk berperan serta dalam penggunaan energi alternatif yang
lebih ramah lingkungan serta tidak mengurangi aset kekayaan alam Indonesia. Berikut
adalah beberapa pilihan dari Energi Alternatif yang telah digunakan dan
dikembangkan oleh berbagai pihak didalam maupun di luar negeri (Tridinews,
2014):
1.
Tenaga
Nuklir
Proses reaksi nuklir terkontrol
dapat diterapkan untuk memanfaatkan tenaga nuklir, tenaga nuklir adalah salah
satu sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui. Proses yang pengunaan
nuklir sebagai energi dikenal sebagai fisi nuklir. Pembangkit listrik
tenaga nuklir yang menggunakan bantuan dari reaktor nuklir, dapat menghasilkan
air panas yang akan menghasilkan uap, lalu diubah menjadi kerja mekanik untuk
menghasilkan listrik. Survei pada tahun 2007 menunjukkan
bahwa sekitar 14% dari pasokan listrik di seluruh dunia berasal dari tenaga
nuklir.
2.
Energi
Biomassa
Materi biologis yang hidup dan mati
disebut sebagai biomassa. Biomassa dapat digunakan sebagai
sumber bahan bakar untuk produksi industri. Tanaman, kulit pohon, serbuk
kayu/gergaji, residu pertanian, serpihan kayu, dan kotoran hewan adalah
beberapa contoh dari biomassa yang biasa digunakan. Biomassa berbeda dengan
bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil menggunakan deposit fosil seperti batubara
yang terkubur di bawah tanah selama berabad-abad lamanya, sumber biomassa
relatif murah dan ramah lingkungan.
3.
Gas
Alam Terkompresi (Compressed Natural Gas)
Gas
alam terkompresi dibuat dengan melakukan kompresi pada gas alam (metana).
Penggunaannya menghasilkan efek gas rumah kaca, tapi meskipun begitu Gas Alam
terkompresi tetap merupakan pilihan yang lebih aman dan bersih dibandingkan
dengan bahan bakar seperti bensin, solar, atau bahan bakar propana (LPG).
4.
Tenaga
Panas Bumi
Energi
panas bumi tergolong murah, dapat diandalkan, dan juga ramah lingkungan.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi merupakan cara efisien untuk mengekstrak
energi yang dapat diperbaharui dan telah disediakan oleh bumi. Penggunaan
tenaga panas bumi sudah dilakukan dari zaman Romawi kuno, pada waktu itu energi
tersebut telah populer untuk pemanas ruangan serta pemanas air untuk mandi.
Berkat perkembangan ilmu
pengetahuan, sekarang tenaga panas bumi dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
listrik, tanpa merusak lingkungan.
5.
Tenaga
Air
Pembangkit listrik tenaga air adalah salah satu energi
alternatif yang paling populer. Gaya gravitasi yang membuat air mengalir/jatuh
kebawah, sehingga air yang mengalir/jatuh dari ketinggian tertentu memiliki
energi potensial dan bekerja secara kinetik, energi itu diubah menjadi energi
mekanik untuk menghasilkan listrik. Tidak hanya ramah lingkungan, tapi
pembuatan pembangkit listrik tenaga air juga tidak menghasilkan limbah langsung
apapun.
6.
Tenaga
Angin
Turbin angin yang dapat mengubah
energi angin menjadi listrik, dengan menggunakan rotasi pisau turbin dan
generator listrik. Biasanya dibangun banyak kincir angin besar untuk
menghasilkan listrik di “peternakan angin”. Selain menghasilkan listrik, kincir
angin juga dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan fisik.
7.
Tenaga
Surya atau Matahari
Tenaga Surya Matahari adalah salah
satu sumber energi alternatif yang sangat populer, teknologi untuk memanfaatkan
tenaga surya berkembang dengan sangat pesat. Tidak seperti jaman dulu, sekarang
sel surya mudah dipindahkan dan lebih efisien. Tempat dimana terdapat sinar
matahari yang terik bisa merubah sinar tersebut menjadi energi matahari dan
dapat digunakan sebagai energi secara maksimal.
8.
Tenaga
Gelombang Laut
Dengan mengambil energi dari
gelombang di permukaan laut, pembangkit listrik tenaga gelombang laut
menggunakannya untuk menghasilkan listrik dan melakukan pekerjaan fisik lain.
Teknologi ini tidak banyak digunakan meskipun memiliki potensi yang sangat
besar.
Hambatan utama penggunaan tenaga
gelombang laut adalah dampak negatif yang dapat diterima oleh lingkungan laut.
Dibuatnya pembangkit listrik tenaga gelombang laut pada suatu daerah dapat
menganggu keseimbangan sosial-ekonomi daerah tersebut.
9.
Energi/Tenaga
Pasang Surut Air Laut
Sama dengan tenaga gelombang laut,
Energi/Tenaga Pasang Surut Air Laut juga belum banyak digunakan. Namun para
ahli melihat potensi yang menjanjikan di masa depan. Salah satu alasannya
adalah lebih mudah untuk diprediksi, tidak seperti energi matahari dan angin.
Salah satu faktor utama yang menghalangi pemanfaatan teknologi ini adalah biaya
yang tinggi.
·
Contoh Realisasi Penggunaan Energi
Alternatif di Indonesia (Prasetyo, 2011):
Kebutuhan energi,
terutama listrik yang semkin meningkat dan ketersediaann bahan baku
yang makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat
global. Upaya pencarian
akan
bahan
bakar yang lebih ramah terhadap
lingkungan
dan dapat
diperbaharui merupakan
solusi
dari permasalahan energi tersebut. Untuk itu indonesia yang memiliki potensi luas wilayah
yang begitu
besar, diharapkan
untuk segera mengaplikasi bahan bakar nabati. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses anaerobik digestion dan memiliki prosepek
sebagai energi pengganti bahan bakar fosil yang
keberadaaanya
makin memprihatinkan.
Biogas adalah gas produk akhir pencernaan atau degradasi
anaerobik bahan-bahan
organik oleh bakteri-bakteri anaerobik dalam
lingkungan bebas, termasuk diantaranya: kotoran manusia dan hewan,
limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik
yang biodegradable dalam kondisi anaerobik.
Komponen terbesar (penyusun utama)
biogas adalah metana (CH4, 54 – 80 %-vol) dan karbon
dioksida (CO2, 20 – 45 %-vol). Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana
(CH4). Semakin
tinggi kandungan metana maka
semakin besar kandungan
energi (nilai kalor) pada
biogas, dan sebaliknya
semakin
kecil kandungan
metana
semakin
kecil nilai kalor.
Kualitas biogas dapat
ditingkatkan
dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu
: Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang
menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa
ini maka
akan menyebabkan
gas yang berbahaya sehingga konsentrasi yang di ijinkan maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar
maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya
karena akan membentuk
senyawa baru
bersama-sama
oksigen,
yaitu
sulphur dioksida /sulphur trioksida (SO2 / SO3).
senyawa
ini lebih beracun.
Pada saat yang sama akan membentuk Sulphur acid
(H2SO3)
suatu senyawa yang lebih
korosif. Parameter yang kedua adalah menghilangkan kandungan
karbon dioksida
yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kualitas, sehingga
gas dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air dalam biogas akan menurunkan
titik penyalaan
biogas serta
dapat menimbukan
korosif.
Gas metana diperoleh melalui dekomposisi yang
berjalan tanpa kehadiran udara
(anaerob). Tingkat keberhasilan
pembuatan biogas sangat tergantung pada
proses yang terjadi dalam dekomposisi
tersebut. Salah satu kunci dalam proses dekomposisi secara
anaerob pada
pembuatan
biogas adalah kehadiran mikroorganisme.
Biogas dapat diperoleh dari bahan organik melalui
proses
“kerja sama” dari tiga kelompok
mikroorganisme anaerob. Pertama,
kelompok
mikroorganisme
yang
dapat menghidrolisis polimer-polimer organik dan sejumlah lipid menjadi
monosakarida,
asam-asam lemak, asam-asam amino, dan senyawa kimia sejenisnya.
Kedua, kelompok
mikroorganisme yang mampu memfermentasi produk yang dihasilkan
kelompok mikroorganisme pertama menjadi
asam-asam organik
sederhana seperti asam asetat, dikenal sebagai
mikroorganisme penghasil asam
(acidogen).Ketiga, kelompok
mikroorganisme yang mengubah hidrogen dan asam asetat hasil pembentukan
acidogen menjadi gas metan
dan
karbondioksida dikenal dengan
nama
metanogen.
Metanogen terdapat dalam kotoran sapi. Lambung (rumen)
sapi
merupakan
tempat yang cocok bagi perkembangan
metanogen.
Gas metana alami dihasilkan
di dalam lambung sapi tersebut. Proses pembuatan biogas tidak jauh berbeda
dengan proses pembentukan
gas metan dalam
lambung
sapi. Pada
prinsipnya, pembuatan biogas adalah menciptakan gas metan
melalui manipulasi
lingkungan yang
mendukung bagi proses perkembangan
metanogen seperti yang
terjadi
dalam lambung
sapi.
·
Perhitungan Peluang Pemanfaatan Biogas dalam
Mengatasi Masalah Krisis Energi
Hal ini bisa dihitung dengan adanya jumlah bahan
baku biogas yang melimpah
dan rasio antara energi biogas dan energi minyak bumi yang menjanjikan (8900 kkal/m3
gas methan mmurni). Hal yang pertama
harus
diperhitungkan
dalam menghitung
jumlah energi yang dihasilkan adalah berapa banyak
jumlah bahan baku
yang dihasilkan.
Jumlah bahan
baku gas ini didapatkan dengan
menjumlahkan jumlah feses
dan sampah
organik yang dihasilkan
setiap hari. Jumlah bahan baku ini
akan
menentukan berapa jumlah energi
dan volume
alat
pembentuk biogas. Sebagai pertimbangan,
telah diketahui di China
dan India,
dalam
1 hari jumlah
feses yang dihasilkan 1 ekor sapi
adalah 5
kg [7] dan 80 kilogram
kotoran
sapi yang dicampur
80 liter air dan potongan limbah
lainnya dapat
menghasilkan 1 meter kubik biogas [1].
Jika diasumsikan bahwa
jumlah feses manusia yang dihasilkan sebanyak 0.5 kg/hari/orang,
1 keluarga terdiri dari
5 orang, dan setiap keluarga memelihara
1 ekor sapi, serta
1 desa terdiri
dari 40 orang,
maka akan didapatkan hasil perhitungan
jumlah feses yang dihasilkan
sebanyak 140 kg feses/ hari. Dengan
jumlah ini, maka
biogas
yang dihasilkan setiap
hari sebanyak
1,75 m3/hari atau sebesar
15.575kkal/hari.
Hal ini akan semakin mengejutkan
dengan
adanya
perhitungan bahwa jumlah penduduk indonesia berdasarkan
data
statistik pada
tahun 2000 sebanyak
lebih
dari 200 juta jiwa [9].
Dengan
hanya mengandalkan
asumsi perhitungan jumlah kotoran manusia tanpa
memperhitungan
sampah organik
dan feses hewan ternak, akan
didapatkan hasil
feses
sebanyak 100 juta kg feses/hari atau 1,25
juta m3/hari atau
11.125 juta kkal/hari. Apabila dengan asumsi konversi
1 J =
4.2 kal maka
akan didapatkan hasil total energi
yang dihasilkan hanya dari jumlah penduduk
adalah sebesar 30.66 MW.
Harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya
yang makin menipis serta permasalahan
emisi gas rumah kaca merupakan
masalah yang dihadapi oleh masyarakat global. Upaya
pencarian akan
bahan bakar yang lebih
ramah terhadap
lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan
solusi
dari permasalahan energi tersebut.
Untuk
itu indonesia yang memiliki
potensi luas wilayah
yang begitu besar, diharapkan
untuk segera mengaplikasi bahan bakar nabati. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses anaerobik digestion dan memiliki prospek sebagai
energi pengganti
bahan bakar
fosil yang keberadaaanya
makin
diminati karena:
1. biogas merupakan energi tanpa
menggunakan material yang masih memiliki
manfaat termasuk
biomassa sehingga biogas
tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan
oleh penggundulan
hutan (deforestation)
dan perusakan tanah. Energi biogas dapat berfungsi sebagai energi
pengganti
bahan bakar fosil sehingga
akan menurunkan
gas rumah kaca di atmosfer
dan emisi lainnya.
2. Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang
keberadaannya
duatmosfer akan meningkatkan
temperatur,
dengan menggunakan biogas sebagai bahan
bakar maka akan mengurangi gas metana di udara.
3. Limbah berupa sampah kotoran hewan dan manusia
merupakan material yang tidak
bermanfaaat,
bahkan bisa menngakibatkan
racun yang sangat berbahaya. Aplikasi
anaerobik digestion akan meminimalkan
efek tersebut dan meningkatkan
nilai manfaat dari
limbah.
4. Selain keuntungan energy yang didapat dari proses anaerobik digestion dengan menghasilkan gas bio, produk samping
seperti
sludge. Meterial
ini diperoleh dari sisa proses anaerobik
digestion yang berupa padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk
berupa
pupukcair dan pupuk padat.
E. Strategi Komunikasi Pembangunan Energi
Untuk mengatasi permasalahan energi di Indonesia memang
bukan hal yang mudah, hal ini disebabkan banyak hambatan yang menghadang dalam
berbagai upaya perwujudannya, diantaranya adanya ketidakkonsistenan pemerintah
pada masalah ini. pembangunan minyak-minyak dalam negeri masih sangat lamban dilakukan
oleh pemerintah, sehingga infrastruktur bidang energy yang lemah ini
menyebabkan makin meningkatnya impor minyak di Indonesia. infrastruktur
penyaluran BBM pun juga masih banyak yang memprihatinkan, sehingga penyaluran
BBM menjadi boros. Solusi yang paling tepat memang harus berawal dari
pemerintah, dengan lebih serius memperhatikan masalah pembangunan infrastruktur
yang mendukung kemandirian energi yang diturunkan dalam RUU APBN. (amindoni@mediaindonesia.com, dalam Nuryanti, 2013). Tidak hanya berbicara soal energy listrik, energy
yang tidak dapat diperbarui seperti batu bara dan minyak bumi serta gas alam
juga perlu diperhatikan keadaannya karena semua bahan tersebut menjadi bahan
yang esensial dalam kehidupan manusia.
Menyoal tentang kelangkaan energi, upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mengajak masyarakat menyadari situasi yang terjadi sebenarnya
sudah banyak dilakukan, misalnya dibuatnya kampanye hemat energi yang dilakukan
secara terus menerus dan berkesinambungan. Dari Dirjen Kementerian ESDM sendiri
menyebutkan mereka memiliki enam langkah atau upaya untuk mencapai kemandirian
energi. Keenam upaya itu adalah meningkatkan eksplorasi dan produksi migas unconventional, mendorong harga minyak
bumi ke arah ekonomian, konservasi dan pengolaha migas berdasarkan prinsip
berkelanjutan, dan menginvestasikan wilayah kerja migas baru. Langkah menuju
kemandirian ini menjadi tekad kementerian ESDM yang harus dibuktikan kepada
masyarakat (Nuryanti, 2013).
Semua hal tersebut tentu dapat direalisasikan secara
menyeluruh yang tentu membutuhkan keterlibatan banyak pihak dengan mengupayakan
proses komunikasi secara efektif dan efisien. Lagi-lagi hal ini membuktikan
bahwa proses komunikasi sangatlah penting dalam berbagai aspek hubungan
pembangunan masyarakat. Dengan begitu, tentu diperlukan adanya suatu strategi
komunikasi yang tepat akurat. Dalam hal ini tentu, pemerintah lah faktor yang
mampu memegang kendali. Diperlukan pembuktian kredibilitas dalam prosesnya demi
menarik kepercayaan masyarakat akan berbagai rencana yang sudah disiapkan oleh
pemerintah. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, pemerintah sebenarnya
sudah melakukan berbagai upaya, hanya saja masih kurang konsisten. Maka dari
itu, disinilah pentingnya sebuah komunikasi yang efektif dan efisien dalam
proses pelaksanaan strategi komunikasi yang akan diterapkan.
Dari buku panduan kementerian ekonomi Jerman, Oepen dijelaskan
bahwa ada sepuluh langkah strategi komunikasi dalam pembangunan, yang dapat diuraikan menjadi strategi komunikasi dalam
membangun kemandirian energi, diantaranya adalah:
1.
Analisa Program/Masalah
Media yang dikembangkan seharusnya merupakan bagian
terpadu dari suatu program yang lebih besar, karena media adalah alat bantu
dalam komunikasi program. Kegiatan awal yang harus dilakukan sebelum sampai
kepada pengembangan media adalah menganalisa konteks program. Dalam tahap ini,
isu-isu dan masalah-masalah yang ingin dipecahkan oleh program, dipelajari
dengan seksama. Media-media yang akan dikembangkan nantinya, seharusnya
merupakan alat bantu bagi sebagian dari permasalahan yang akan dipecahkan.
2.
Analisa Situasi
Media-media yang dikembangkan, tidak dapat berlaku umum
untuk semua tempat, semua orang, dan setiap waktu. Program biasanya memiliki
wilayah layanan tertentu sebagai fokus utama program, dalam memecahkan
permasalahan. Karenanya media-media yang akan dikembangkan, haruslah ditujukan
kepada wilayah layanan program ini. Agar media-media ini dapat tepat guna dan
diterima oleh kelompok sasaran yang dilayani oleh program, maka media-media
haruslah dikembangkan sesuai karakteristik wilayah layanan program. Analisa
situasi diperlukan untuk memperoleh data-data mengenai wilayah program,
sehubungan dengan kebutuhan kegiatan komunikasi.
3.
Analisa Khalayak
Tujuan program untuk memecahkan masalah tertentu pada
wilayah tertentu, haruslah memperhatikan karakteristik kelompok sasaran.
Komunikasi yang dilakukan oleh program bertujuan untuk mempersempit atau bahkan
meniadakan kesenjangan-kesenjangan informasi, pengetahuan, sikap atau pun
perilaku. Data-data mengenai kondisi awal kelompok sasaran dalam hal
kesenjangan informasi, pengetahuan, sikap dan perilaku merupakan modal awal
dalam menentukan tujuan komunikasi. Tanpa data-data ini, program tidak pernah
tahu seberapa besar perubahan yang terjadi nantinya.
4.
Tujuan Komunikasi
Permasalahan-permasalahan mendasar yang ada pada kelompok
sasaran, biasanya merupakan kepedulian utama dari program. Karenanya
kegiatan-kegiatan komunikasi dalam suatu program, diarahkan untuk mencapai
suatu perubahan dari kondisi awal. Demi efisiensi dan efektivitas, tujuan
komunikasi harus dirumuskan dengan jelas. Program harus memiliki tujuan
komunikasi yang dapat dicapai, dimana hasilnya dapat diamati dan diukur. Tujuan
komunikasi inilah yang kemudian akan menjadi modal awal dalam kegiatan
pengembangan media.
5.
Strategi Komunikasi
Tujuan komunikasi yang telah ditentukan oleh program,
biasanya masih terlalu besar untuk dapat dituangkan ke dalam media. Suatu
program dapat memiliki beberapa tujuan komunikasi. Sedangkan suatu tujuan
komunikasi belum tentu dapat dituangkan ke dalam satu media saja. Seringkali,
untuk mencapai suatu tujuan komunikasi diperlukan beberapa media yang saling
melengkapi dan saling menguatkan. Karenanya program harus memikirkan strategi
komunikasi yang akan digunakan dalam mencapai tujuan komunikasi.
6.
Perencanaan Kegiatan Pengembangan Media
Program memiliki kepentingan atas terpenuhinya jadwal
penyelesaian pekerjaan, karena tujuan yang ingin dicapai oleh program juga
memiliki target waktu. Dengan adanya strategi komunikasi, pelaksana program
akan dengan mudah melakukan perencanaan kegiatan pengembangan media. Apabila
media-media komunikasi dibutuhkan pada saat yang bersamaan atau pun berdekatan,
program harus yakin bahwa kegiatan pengembangan media dapat selesai pada saat
yang telah dijadwalkan.
7.
Produksi Dan Ujicoba Media
Pengembangan Media sebagai kegiatan teknis, harus
dilakukan berdasarkan kepada acuan-acuan yang telah dikembangkan sebelumnya.
Dalam tahap ini, semua hasil kegiatan pada tahap sebelumnya, dibutuhkan untuk
pengembangan media.
Produksi dan Ujicoba
Media adalah tahapan dimana suatu media dikembangkan mulai dari pengembangan
pesan-pesan utama, pengembangan naskah, pengembangan visualisasi, penataan
letak, ujicoba pencetakan dan penggandaan media dilakukan di dalamnya.
8.
Penggunaan Media
Media yang telah selesai dikembangkan, akan sia-sia jika
tidak digunakan sesuai dengan tujuan pengembangannya dan strategi komunikasi
yang telah dikembangkan. Program harus dapat menjamin bahwa media yang telah
dikembangkan digunakan sebagai peruntukannya, apabila menginginkan tercapainya
tujuan komunikasi. Pengguna media biasanya bukanlah orang-orang yang
mengembangkan media. Karenanya, program perlu mengembangkan suatu panduan
penggunaan media untuk menjamin berjalannya strategi komunikasi dan terjadinya
komunikasi dengan menggunakan media itu sendiri.
9.
Monitoring Dan Sistem Pengelolaan Informasi
Kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan sesuai
strategi komunikasi yang dikembangkan, belum tentu dapat mencapai tujuan
komunikasi yang telah ditetapkan. Sedetil apapun dan secermat apapun
perencanaan yang dikembangkan, selalu saja diperlukan adanya
penyesuaian-penyesuaian. Untuk dapat menjamin tercapainya tujuan komunikasi,
Program harus melakukan pemantauan atas kegiatan-kegiatan komunikasi yang
dilakukan sambil terus mengamati perubahan-perubahan yang terjadi. Adanya
perubahan situasi, dapat saja mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kegiatan
komunikasi. Tanpa adanya mekanisme pemantauan dan pengelolaan informasi,
Program akan mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam
waktu singkat. Program dituntut untuk dapat mengembangkan mekanisme pengelolaan
informasi dan mekanisme pemantauan, agar penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
di lapangan dapat diketahui sesegera mungkin untuk dapat dilakukan pengambilan
keputusan penyesuaian.
10.
Evaluasi Dan Analisa Masalah
Evaluasi merupakan kegiatan pengukuran secara sistematis
yang dilakukan oleh Program, untuk menilai sejauhmana keberhasilan program
dalam mencapai tujuannya. Evaluasi secara keseluruhan juga akan mencakup
evaluasi terhadap kajian di bidang kegiatan komunikasi. Dalam hal ini, biasanya
pertanyaan-pertanyaan evaluasi diarahkan untuk mengetahui apakah kelompok
sasaran/khalayak telah terjangkau oleh program; apakah terdapat perubahan pada
kelompok sasaran/khalayak (pengetahuan, sikap atau pun perilaku); sejauhmana
perubahan terjadi; mengapa terjadi atau tidak terjadi perubahan dan sebagainya.
Secara alami, program tidak akan mungkin memecahkan semua
masalah yang ada pada suatu kelompok sasaran di suatu wilayah dalam satu waktu.
Permasalahan yang belum terpecahkan akan dikaji ulang dan dicoba dicarikan
jalan keluarnya. Jika permasalahan berhasil dipecahkan, akan muncul
permasalahan lainnya yang menjadi penting untuk dipecahkan. Program akan
bergerak maju, untuk memecahkan masalah-masalah berikutnya. Pada tahap ini,
kegiatan evaluasi sebenarnya merupakan bagian dari kegiatan Analisa Program /
Masalah (tahap pertama) untuk program berikutnya.
Strategi komunikasi diatas secara umum dapat disepakati
menjadi strategi yang komprehensif. Jika pemerintah Indonesia selaku pemangku
kebijakan mampu dan mau menerapkan langkah-langkah tersebut maka kemandirian
energi bukan hanya wacana, tetapi juga menjadi proyek besar bangsa ini yang
mampu melibatkan banyak pihak terkait dan dengan adanya penggunaan strategi
tersebut secara tepat, hasil terbaik bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia
akan permasalahan energi dapat diselesaikan secara optimal (Nuryanti, 2013).
F.
Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan energi di dunia ini akan semakin tidak terkendali
apabila masyarakatnya juga tidak mampu mengendalikan dengan tepat. Akibatnya
bisa menjadikan persediaan bahan bakar yang ada semakin menipis dan tidak mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat secara keselutuhan. Oleh karena hal tersebut,
diperlukan adanya upaya bersama dari berbagai pihak untuk menanggulanginya. Dan
dalam proses pembentukan upaya tersebut jelas dibutuhkan suatu proses
komunikasi yang efektif dan efisien agar tercipta keseragaman makna.
Proses
komunikasi untuk membangun kemandirian energi dapat dilakukan dengan 10 langkah
yang sudah dijabarkan sebelumnya. Apabila hal tersebut diterapkan dengan benar
maka tidak akan terjadi kesalahpahaman diantara masyarakat dan mampu mewujudkah
kehidupan yang lebih baik. Berbagai cara untuk menciptakan energi alternative
juga sudah banyak diterapkan, tinggal bagaimana masyarakatnya mempergunakannya.
Jadi pada dasarnya komunikasi lingkungan memanglah penting, dan kualitas
lingkungan ditentukan langsung dari masyarakatnya itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA:
Herutomo, Christoporus.
2013. Komunikasi Lingkungan dalam Mengembangkan
Hutan Berkelanjutan. Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP, Universitas Jenderal Soedirman. Acta Diurna Volume 9, No. 2.
Nuryanti. 2013. Strategi Komunikasi Membangun Kemandirian
Energi. Jurusan Ilmu Komunikasi
FISIP, Universitas Jenderal Soedirman. Acta Diurna
Volume 9, No. 2.
Prasetyo, Septian
Dhani. 2011. Biogas Sebagai Energi
Alternatif Terbarukan. Jurusan Teknik Elektro
Polines
Rahayu, Sugi dkk. 2009.
Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi Sebagai
Sumber Energi Alternatif Ramah
Lingkungan Beserta Aspek Sosiokulturalnya. FISE Universitas Negeri Yogyakarta