MATA KULIAH
KOMUNIKASI ANTARPESONA
KONFLIK-KONFLIK
DALAM KOMUNIKASI ANTARPESONA
A.
LATAR
BELAKANG
Komunikasi
antar pribadi adalah komunikasi antar dua orang yang memiliki sebuah ikatan
atau hubungan. Komunikasi
antar pribadi menunjuk kepada
komunikasi dengan orang lain. Komunikasi Antar Pribadi bersifat dialogis,
dalam arus balik antar komunikator dengan komunikan terjadi langsung, sehingga
pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan dari komunikan
dan secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya positif, negatif dan
berhasil atau tidak. Komunikasi Antar Pribadi juga sangat penting dalam
hubungan fenomena masyarakat. Karena adanya proses transaksional pesan didalam
komunikasi antarpribadi dan kemungkinan
pula adanya noise dalam proses komunikasi tersebut, akan memungkinkan terjadi
nya kesalahpahaman dalam penerimaan pesan dan
akan menimbulkan konflik dalam komunikasi antarpribadi.
Setiap
hubungan antar pribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat
atau perbedaan kepentingan. Yang dimaksud konflik adalah situasi di mana
tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu
tindakan pihak lain ( Johnson, 1981 ). Kendati unsur konflik selalu terdapat
dalam setiap bentuk hubungan antarpribadi, pada umumnya masyarakat memandang
bahwa konflik sebagai faktor yang akan merusak hubungan , maka harus dicegah.
Namun,
kini banyak orang mulai sadar bahwa rusaknya hubungan sesungguhnya bukan karena
konflik itu sendiri, melainkan disebabkan oleh kegagalan seseorang dalam
memecahkan konflik secara konstruktif, adil dan memuaskan. Jika kita mampu
mengelola konflik secara konstruktif justru dapat memberikan manfaat positif ,
baik bagi diri kita sendiri maupun bagi hubungan kita dengan orang lain. Kini
konflik sering diberi sebutan yang lebih berkonotasi positif,
seperti bumbu dalam
hubungan antara pribadi, baik dalam persahabatan, hubungan antara suami-istri,
maupun bentuk-bentuk hubungan lainnya. Sesungguhnya, bila kita mampu mengelola
secara konstruktif, konflik justru dapat memberikan manmfaat positif bagi diri
kita sendiri maupun bagi hubungan kita dengan orang lain
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dalam makalah ini, rumusan yang menjadi masalah – masalah yang akan
dibahas meliputi :
1. Apa yang dimaksud dengan konflik ?
2. Apa saja faktor – faktor penyebab terjadinya konflik ?
3. Apa saja jenis – jenis konflik yang ada dalam
Komunikasi Antarpersona ?
4. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dengan adanya
konflik ?
5. Bagaimana cara atau strategi – strategi yang dilakukan
untuk mengatasi konflik yan terjadi ?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Konflik
Konflik berasal
dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Konflik menurut para ahli adalah sebagai berikut :
·
Taquiri dalam Newstorm
dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku
dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
·
Gibson, et al (1997:
437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung
dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja
sama satu sama lain.
·
Robbin (1996),
keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau
kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka
secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka
mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik
tersebut telah menjadi kenyataan.
2.
Faktor Penyebab Konflik
dalam Komunikasi Antarpersona
Ada beberapa yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dalam suatu hubungan
antar pribadi. Beberapa penyebab tersebut antara lain :
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan
pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik.
Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu
dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik, sebab dalam
menjalani hubungan, seseorang tidak selalu sejalan dengan orang lain. Misalnya, ketika
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang
merasa terhibur.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga
membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh
dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian
yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat
memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu.
Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda.
Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang
berbeda-beda.
3.
Jenis-Jenis
Konflik
Menurut
Hocker dan Wilmot (1991) mengemukakan tiga kategori perilaku konflik:
a. Konflik
Penghindaran
Konflik penghindaran meliputi banyak
strategi untuk menghindari konfrontasi. Strategi tersebut tediri dari penolakan
sederhana terhadap pernyataan-pernyataan yang pesimistik atau ambivalen.
·
Penolakan
yang sederhana merupakan pernyataan-pernyataan
yang tidak di elaborasi dibuat untuk menolak bahwa konflik sedang terjadi.
Contoh “Siapa yang berselisih? Aku tidak
marah sama sekali.”
·
Kekurangan
repons adalah kegagalan untuk mengakui atau
menolak adanya konflik menyusul pernyataan atau pertanyaan mengenai konflik
oleh orang lain. Contoh “Saya pikir kamu
belum memperbaiki mobil itu. Bagaimana kalau mobil iti mogok lagi dijalan?”
“Mobil itu akan lancar.”
·
Mengalihkan
dan menghindari topik-topik merupakan
taktik-taktik lain yang meliputi fokus semantik, keabstrakan bergurau,
ambivalensi dan pesimisme.
·
Fokus
semantik merupakan pengelakan yang menarik,
seseorang mencoba menghindari konflik dengan memusatkan perhatian pada apa yang
dikatakan, kemudian membuat pernyataan tentang makna kata-kata yang digunakan
atau bagaimana menandai konflik yang sedang berkangsung. Selain
komentar-komentar ambivalen mengenai konflik, ucapan-ucapan yang pesimsitik
cenderung menepis pembicaraan mengenai sebab-sebab konflik. Contoh “Kita tak perlu megulang-ulang hal itu
lagi. Kita telah sering membicarakannya.”
·
Penangguhan
merupakan cara strategi untuk menghindar dengan cara yang baik, dengan catatan
pembicaraan yang dilakukan dalam waktu yang dekat.
b. Konflik
Persaingan (Mengganggu)
Taktik-taktik dalam konflik persaingan
digunakan untuk menjadi pemenang. Menurut sillars taktik persaingan meliputi:
·
Pencarian
kesalahan (kecaman pribadi langsung), contohnya “Kamu kelihatan kacau.”
·
Penolakan,
contohnya “Aku tidak bisa pergi sama
kamu”.
·
Pemojokan,
Contohnya “Bagaimana kamu tahan hidup
seperti itu?.”
·
Gurauan
yang menyakitkan contohnya “Bila kawan-kawanmu terjun ke jurang, apa
kamu mau terjun juga.”
·
Atribusi
presumtif adalah membuat pernyataan-pernyataan
yang di nisbahkan kepada perasaan, pikiran, motif orang lain yang tidak ia
akui. Contohnya “Kamu baru saja
mengatakan bahwa karena kamu tahu itu membuatku marah.” “Kamu ingin melihatku
membodohi diriku sendiri.” “Jadi kamu pikir aku tidak dapat membantah bosku.”
·
Preskripsi
merupakan salah satu strategi yang kompetitif dan
kuat. Orang yang konfrontif mengajukan tuntutan, mengancam, atau menginginkan
suatu perubahan perilaku pada orang lain yang dianggap akan memecahkan konflik.
Ancaman merupakan respons yang paling sering digunakan dalam konflik, dan
terkadang ancaman menimbulkan perubahan, namun hanya bila orang yang diancam
percaya dan peduli bahwa ancaman itu akan dilakasanakan. Contohnya “Selesaikan pekerjaan itu besok atau aku
takkan membayar kamu.” “Bila kamu meninggalkan rumah ini sekarang, jangan
kembali lagi.”
c. Konflik
Kolaborasi (Integratif)
Konflik kolaborasi terdiri dari beberapa
taktik-taktik (sillars, 1982) yaitu sebagai berikut:
·
Deskripsi
yaitu tidak menyalahkan atau membuat
penilaian-penilaian lainnya atau sekedar melukiskan. Contohnya bukan “Kamu tidak pernah ingin pergi ke luar”
namun “Aku merasa tertekan karena kita jarang pergi ke luar.”
·
Kualifikasi
adalah pembatasan subjek yang dipermasalahkan. Contohnya “Jangan mempermasalahkan
mengapa kita tidak punya uang cukup. Dapatkah kita mencari jalan
bagaimana kita dapat mengelola apa yang kita miliki sekarang sehingga tekanan
itu berkurang bagi kita?”
·
Dengan
menyingkapkan pikiran dan perasaan anda sendiri dan meminta orang lain
menyingkapkan diri mereka, maksudnya adalah
mencoba mengembangkan suatu iklim yang mendukung sehingga konflik mungkin dapat
diatasi. Contohnya “Bila kamu berbicara
tentang pria lain,aku menjadi cemas. Apakah kau bermaksud tak mau berhubungan
denganku lagi?”
·
Pertanyaan
negatif yaitu mendorong penyikapan dan
keterbukaan dari orang lain. Contohnya “Dik,
bila aku pernah menyakiti perasaanmu, aku ingin tahu apakah itu.”
4. Dampak –
dampak yang ditimbulkan Konflik
Walau
konflik selalu terdapat dalam hubungan antarpribadi, pada umumnya masyarakat
cenderung menganggap konflik sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari.
Konflik dipandang dapat merusak suatu hubungan, maka harus dicegah. Jika
konflik mengarah pada kondisi destruktif, memang hal tersebut dapat berdampak
pada penurunan efektivitas suatu hubungan. Misalnya berupa penolakan, acuh tak
acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa kekerasan.
Namun
kini banyak orang mulai menyadari bahwa perusak itu bukan terletak pada konflik
itu semata, tapi oleh cara kita menghadapi konflik yang ada. Kegagalan
memecahkan konflik secara konstruktif, adil dan memuaskan kedua pihak lah yang
merusak suatu hubungan. Kini konflik telah mendapat konotasi yang positif,
misalnya sebagai ‘bumbu’ dalam hubungan antarpribadi, baik dalam persahabatan,
keluarga, dan hubungan lainnya.
Sesungguhnya
bila kita mampu mengelola suatu konflik dengan baik, konflik justru
mendatangkan manfaat bagi orang yang mengalaminya. Manfaat positif adanya
konflik antara lain (Johnson,1981) :
a.
Konflik dapat
menjadikan kita sadar bahwa ada persoalan yang perlu dipecahkan dalam hubungan
kita dengan orang lain. Misalnya kalau anda ingin menonton film horror tapi
kekasih anda ingin menonton film drama, mungkin hal itu menandakan adanya
perbedaan selera diantara kalian berdua yang perlu mendapat perhatian.
b. Konflik
dapat menyadarkan dan mendorong kita untuk melakukan perubahan-perubahan dalam
diri kita. Kekasih anda marah karena anda lupa menjemputnya jalan-jalan,
sebaiknya anda sungguh-sungguh mulai belajar mengatur waktu dan membuat catatan
kegiatan dengan cermat.
c. Konflik
dapat menumbuhkan dorongan dalam diri kita untuk memecahkan persoalan yang
selama ini tidak jelas kita sadari atau kita biarkan tidak muncul ke permukaan.
Konflik dengan tetangga sebelah karena merasa terganggu oleh suara tape
recorder yang disetel keras-keras mendorong kita untuk menyampaikan
keberatan kita terhadap kebiasaannya membawa teman-teman dan mengobrol dengan
suara keras hampir setiap malam mulai dari gelap hingga menjelang subuh.
d. Konflik
dapat menjadikan hidup seseorang lebih menarik. Perbedaan pendapat dengan
seorang teman tentang suatu hal dapat menimbulkan perdebatan yang memaksa kita
lebih mendalami dan memahami pokok hal tersebut, selain menjadikan hubungan
kita tidak membosankan.
e. Perbedaan
pendapat akan membimbing ke arah tercapainya keputusan-keputusan bersama yang
lebih matang dan bermutu. Dua kekasih yang bersitegang memilih restoran mana
yang akan dijadikan tempat makan malam mereka, akhirnya memutuskan untuk
memasak di rumah, menikmati masakan yang dibuat dengan kebersamaan sambil
menonton televisi.
f. Konflik
dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan kecil yang sering kita alami dalam
hubungan kita dengan seseorang. Sesudah pertengkaran mulut yang cukup dahsyat,
seorang sekretaris akhirnya merasa terbebas dari kejengkelannya pada
salah seorang koleganya yang suka sekali meminjam atau meminta peralatan dan
perlengkapan tulis-menulis dari mejanya. Sesudah didamaikan oleh seorang teman
lain, teman itu berjanji untuk tidak lagi mengganggunya dan akan lebih cermat
merawat barang-barangnya.
g. Konflik
juga dapat menjadikan kita sadar tentang siapa atau macam apa diri kita
sesungguhnya. Lewat pertengkaran dengan orang lain, kita menjadi lebih sadar
tentang apa yang tidak kita sukai, apa yang membuat kita tersinggung, apa
yang sangat kita hargai dan sebagainya.
h. Konflik
juga dapat menjadi sumber hiburan. Kita sengaja mencari sejenis koflik dalam
berbagai bentuk permainan dan perlombaan. Konflik dapat mempererat dan
memperkaya hubungan. Hubungan yang tetap bertahan kendati diwarnai dengan
banyak konflik, justru dapat membuat kedua belah pihak sadar bahwa hubungan
mereka itu sangat berharga. Selain itu juga dapat menjadi semakin erat, sebab
bebas dari ketegangan-ketegangan dan karenanya juga menyenangkan.
Kesimpulannya,
konflik dalam hubungan antarpribadi sesungguhnya memiliki potensi menunjang
perkembangan pribadi kita sendiri maupun perkembangan relasi kita dengan orang
lain. Namun dengan catatan kita mampu menghadapi dan memecahkan konflik-konflik
semacam itu secara konstruktif. Suatu konflik bersifat konstruktif bila sesudah
mengalaminya hubungan
kita dengan pihak lain justru menjadi lebih erat, dalam arti lebih mudah berinteraksi
dan bekerjasama. Kita dan pihak lain justru lebih saling menyukai dan saling
mempercayai. Kedua belah pihak sama-sama merasa puas dengan akibat- akibat yang
timbul setelah berlangsungnya konflik. Kedua belah pihak makin terampil
mengatasi konflik-konflik baru yang terjadi di antara mereka.
5.
Strategi dalam Mengatasi
Konflik
Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam
penanganan konflik :
a.
Berkompetisi, Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan
keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita
sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang-kalah akan terjadi
disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang
berkepanjangan.Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan-bawahan,
dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas
kepentingan bawahan.
b.
Menghindari
konflik, Tindakan ini dilakukan jika salah satu
pihak menghindari dari situsasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat
tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi. Menghindari konflik bisa
dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana,
membekukan konflik untuk sementara.
c.
Akomodasi, Yaitu
jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak
lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Hal ini dilakukan jika kita
merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga
hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara kepentingan pribadi
dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.
d.
Kompromi, Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal
tersebut sama-sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing
pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi yang
saling menguntungkan.
e.
Berkolaborasi, Menciptakan situasi seri dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan ada
pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika
terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi
menjadi hal yang harus kita pertimbangkan.
Namun biasanya kita tidak menyadari cara bertingkah laku kita dalam
situasi-situasi konflik. Apa yang kita lakukan seolah-olah terjadi begitu saja.
Maka bila kita terlibat dalam suatu konflik dengan orang lain, ada dua hal yang
harus kita pertimbangkan :
§ Tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan pribadi kita.
§ Hubungan baik dengan pihak lain.
Cara kita bertingkah laku dalam suatu konflik dengan orang lain, akan
ditentukan oleh seberapa penting tujuan-tujuan pribadi dan hubungan dengan
pihak lain kita rasakan. Berdasarkan dua pertimbanan di atas, dapat ditemukan
lima gaya dalam mengelola konflik antarpribadi (Johnson, 1981) :
a.
Gaya kura-kura
Konon, kura-kura lebih senang menarik diri bersembunyi di balik tempurung
badannya untuk menghindari konflik. Mereka cenderung menghindar dari
pokok-pokok masalah maupun dari orang-orang yang dapat menimbulkan konflik. Mereka
percaya bahwa setiap usaha memecahkan konflik hanya akan sia-sia. Lebih mudah
menarik diri, secara fisik maupun psikologis, dari konflik daripada
menghadapinya.
b.
Gaya ikan hiu
Ikan hiu senang menaklukkan lawan dengan memaksanya menerima solusi konflik
yang ia sodorkan. Baginya, tercapainya tujuan pribadi adalah yang utama,
sedangkan hubungan dengan pihak lain tidak terlalu penting. Konflik harus
dipecahkan dengan cara satu pihak menang dan pihak lainnya kalah. Watak ikan
hiu adalah selalu mencari menang dengan cara menyerang, mengunggli dan
mengancam ikan-ikan lain.
c.
Gaya kancil
Seekor kancil sangat mengutamakan hubungan, dan kurang mementingkan
tujuan-tujuan pribadinya. Ia ingin diterima dan disukai binatang lain. Ia
berkeyakinan bahwa konflik harus dihindari, demi kerukunan. Setiap konflik
tidak mungkin dipecahkan tanpa merusak hubungan. Konflik harus didamaikan,
bukan dipecahkan, agar hubungan tidak menjadi rusak.
d.
Gaya rubah
Rubah senang mencari kompromi. Baginya, baik tercapainya tujuan-tujuan
pribadi maupun hubungan baik dengan pihak lain sama-sama cukup penting. Ia mau
mengorbankan sedikit tujuan-tujuannya dan hubungannya dengan pihak lain demi
tercapainya kepentingan dan kebaikan bersama.
e.
Gaya burung hantu
Burung hantu sangat mengutamakan tujuan-tujuan pribadinya sekaligus
hubungannya dengan pihak lain. Baginya konflik merupakan masalah yang harus
dicari pemecahannya. Pemecahan itu harus sejalan dengan tujuan-tujuan
pribadinya maupun lawannya. Konflik bermanfaat meningkatkan hubungan dengan
cara mengurangi ketegangan diantara dua pihak yang berhubungan. Menghadapi
konflik, burung hantu akan selalu berusaha mencari penyelesaian yang memuaskan
kedua pihak. Penyelesaian yang juga mampu menghilangkan ketegangan serta
perasaan negatif lain yang mungkin muncul di dalam diri kedua pihak akibat
konflik itu.
- PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat kami
simpulkan bahwa:
1. konflik
dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya
2. Dalam
suatu hubungan antar pribadi, terjadinya konflik dapat disebabkan oleh beberapa
factor sebagai berikut:
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan
pendirian dan perasaan.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga
membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
c. Perbedaan
kepentinga antara individu
3. Jenis
jenis konflik terbagi dalam beberapa macam konflik sebagai berikut:
a. Konflik
Penghindaran
Konflik penghindaran meliputi banyak
strategi untuk menghindari konfrontasi. Strategi tersebut tediri dari penolakan
sederhana terhadap pernyataan-pernyataan yang pesimistik atau ambivalen
b. Konflik
Persaingan (Mengganggu)
c. Konflik
kolaborasi (intergratif)
4.
Konflik dipandang dapat
merusak suatu hubungan, maka harus dicegah. Jika konflik mengarah pada kondisi
destruktif, memang hal tersebut dapat berdampak pada penurunan efektivitas
suatu hubungan. Misalnya berupa penolakan, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul
luapan emosi destruktif, berupa kekerasan.
5.
Konflik sekarang di
pandang sebagai “bumbu” pelengkap dalam suatu hubungan antarpribadi. Misalnya
persahabatan, teman, pacaran, bahkan hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya bila
kita mampu mengelola suatu konflik dengan baik, konflik justru mendatangkan
manfaat bagi orang yang mengalaminya
6.
Ada lima cara untuk
mengatasi konflik, yaitu dengan berkompetisi,
mnghindari konflik, kompromi, berkolaborasi, dan akomodasi.
7.
Ada lima gaya dalam
mengelola konflik antarpribadi (Johnson, 1981) :
a. Gaya
kura-kura
b. Gaya
Rebah
c. Gaya
ikan Hiu
d. Gaya
Kancil
e. Burung
Hantu
DAFTAR PUSTAKA
Steward dan Sylvia Moss. 1996. “Human Communication”. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
0 komentar:
Posting Komentar