Kembali lagi ke pembahasan sebelumnya ya.. Jadi pokoknya yang penulis tulis disini masih seputar konteks hubungan antar manusia aja ya, belum mengarah ke konteks yang lebih spesifik dalam mata kuliah ilmu komunikasi ini. Dan kemarin penulis udah mbahas tentang sikap, yang ternyata akan selalu menjadi aspek yang penting dalam kaitannya dengan kualitas diri kita dan kualitas hubungan kita dengan orang lain.
Selanjutnya aku pengen bahas tentang gimana sih sebenarnya kita memahami orang lain itu? Jadi, berdasar ilmu yang aku usaha serap dalam proses perkuliahan kali ini manusia kan emang akan selalu mempunyai empat kategori hubungan antarpersona. Keluarga, Sahabat, Hubungan Romantis, dan Rekan kerja. Nah, dari yang mulai konteks keluarga dulu deh, orang-orang yang ketemu sama kita setiap hari, dari kita kecil sampai sekarang. Sama keluarga sendiri aja, kadang kita juga punya masalah kan? Entah itu hanya seputar bete-betean, tapi ya tetep aja pernah punya perasaan ga enak sama mereka. Itu sama mereka yang notabene sedarah sama kita loh, aja bisa bete-betean, apalagi sama orang lain yang ga punya hubungan darah dan mungkin berasal dari latar belakang yang berbeda. Nah disinilah masuk kedalam kategori Sahabat dan Hubungan Romantis.
Gak ada kan manusia yang mau hidup sendiri, dan ga mungkin ada manusia yang ga punya sahabat dan tidak pernah menjalin hubungan romantis sekalipun. Hal ini lah yang membuat manusia akan melewati suatu proses pendewasaan diri dalam hidupnya. Dalam konteks persahabatan dan hubungan romantis ini memang berbeda dengan konteks keluarga. Mereka adalah orang-orang yang pasti memiliki latar belakang kebudayaan dan pemikiran dari kita. Nah, justru hal inilah yang berpotensi menyebabkan konflik paling besar. Sebenarnya kategori Rekan Kerja juga masuk kedalam lingkup ini, karena mereka sama-sama orang yang berasal dari darah yang berbeda dari kita.
Dalam kategori ini lah yang kadang kita memiliki beberapa konflik yang justru kadang ada yang tidak bisa diselesaikan. Bagaimanapun juga, dengan adanya perbedaan pikiran dan latar belakang membuat kita tidak boleh memaksakan kehendak kita kepada mereka. Sebagai anak komunikasi, harusnya kita mulai memahami bahwa segala sesuatunya tidak akan pernah dikomunikasikan secara efektif apabila kita tidak memiliki perasaan empati kepada orang lain. Kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk memakai "baju kita". Kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk mengerti kita secara keseluruhan dan kita tidak bisa membiarkan orang lain merubah diri kita juga. Disinilah letak toleransi dan pengertian menempati urutan pertama dalam konteks hubugan antarmanusia.
Jangan sampai kita mengalami kesalahpahaman dalam berkomunikasi, namun akhirnya justru menimbulkan konflik yang membuat hubungan kita dengan orang lain tersebut menjadi berantakan.
Memang terkadang susah menjaga dan mempertahankan suatu hubungan yang sudah terbina dengan baik, namun bagaimanapun hal ini adalah aspek penting bagi kehidupan kita. Dalam mengaplikasikannya setidaknya kita harus memiliki keyakinan bahwa sesungguhnya dalam memandang suatu hal janganlah hanya dari satu sisi saja, namun cobalah tengok dari sisi lain. Dengan begitu kita akan mencoba belajar untuk memahami hal dari berbagai sisi yang akhirnya dapat membentuk kecenderungan kita untuk memahami situasi dan orang lain.
Mungkin terdengar sepele, namun jujur saja saya sudah sering mendengar hal-hal semcam itu dikatakan oleh motivator atau dari buku-buku, namun ternyata saat saya sudah mempelajari sendiri dan mengerti ilmunya, saya lebih percaya, bahwa hal-hal sepele tersebut seharusnya juga tidak boleh disepelekan oleh anak komunikasi.
To be Continue.
0 komentar:
Posting Komentar