TEMPO.CO, Purwokerto - Pemberlakuan
uang kuliah tunggal di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto terus
mendapat penolakan dari mahasiswa. Salah satunya datang dari mahasiswa
yang menamakan dirinya Gerakan Save Soedirman. “UKT masih terlalu mahal
untuk mahasiswa Unsoed,” kata juru bicara Save Soedirman Centre, Pendi
Wijanarko, Senin, 5 November 2012.
Ia mengatakan, ada banyak laporan mengenai masalah pemberlakuan kebijakan UKT tersebut. “Ternyata masih ada tarikan lain selain UKT, seperti kartu perpustakaan dan buku. Padahal, sebelumnya mereka menjamin tak ada tarikan lain selain UKT,” katanya.
Ia juga menyesalkan adanya tarikan sumbangan murni yang dinilai semakin memberatkan mahasiswa. Tarikan sumbangan murni tidak bisa ditolak mahasiswa karena tertulis otomatis di formulir pendaftaran. “Kalau namanya sumbangan mengapa diwajibkan? Ini kan aneh,” kata dia.
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Unsoed, Irfan Irianto, mengatakan, penerapan UKT memberatkan mahasiswa, terbukti dengan banyaknya keluhan yang disampaikan ke BEM Unsoed. “Ada banyak aduan terkait dengan penerapan UKT ini,” katanya.
Menurut dia, banyak mahasiswa mempertanyakan UKT, karena mereka baru tahu penerapan UKT setelah diterima di Unsoed. Ia menambahkan, UKT Unsoed jauh lebih mahal dibandingkan dengan di universitas lain. Contohnya, kata dia, UKT di program studi Kedokteran Umum, Unsoed masih lebih mahal ketimbang dengan UNS Solo. Di Unsoed, UKT untuk Kedokteran Umum Rp 15 juta, sedangkan di UNS Rp 5 juta.
Karena itu, lanjut Irfan, pihaknya masih terus melakukan advokasi kepada mahasiswa dan secara tegas menolak UKT. “Secara tegas, sejak awal kami menolak tegas penerapan UKT tersebut, karena jelas-jelas memberatkan mahasiswa,” kata dia.
Pembantu Rektor II Unsoed, Eko Hariyanto, membantah bahwa UKT lebih mahal dibanding sebelumnya. “Justru UKT lebih murah jika dibandingkan masa-masa sebelum UKT,” kata dia.
Ia mengatakan, sebelum adanya penerapan UKT, mahasiswa Kedokteran Umum Unsoed harus membayar biaya fasilitas pendidikan sebesar Rp 100 juta hingga Rp 300 juta. Tetapi kalau sekarang, mereka hanya membayar Rp 15 juta setiap semester atau Rp 105 juta dalam tujuh semester. Bahkan, untuk jurusan Sosiologi Fisipol hanya Rp 2,4 juta tiap semester.
Menurutnya, dengan adanya penerapan UKT, Unsoed juga terkena dampaknya, karena mengalami defisit anggaran sampai Rp 15 miliar. “Defisit ini terjadi karena anggaran Unsoed telah ditentukan pada setahun sebelumnya. Tetapi, UKT diterapkan pada tahun ajaran sekarang, sehingga anggaran mengalami defisit," kata dia.
Hingga saat ini, kata dia, uang yang baru terkumpul sebesar Rp 29 miliar. Ia mengatakan, tahun ini sebenarnya Unsoed menargetkan anggaran untuk biaya operasional kuliah selama setahun sejumlah Rp 118 miliar. Jumlah tersebut lebih kecil dibandingkan dengan anggaran tahun lalu yang sebesar Rp 104 miliar.
source : tempo.co
0 komentar:
Posting Komentar