Jumat, September 12, 2014

Perbedaan Sex dan Gender



Pada dasarnya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dapat diwakili oleh dua konsep, yaitu jenis kelamin (sex) dan gender. Perbedaan jenis kelamin mengacu pada perbedaan fisik (perbedaan fungsi reproduksi) sedangkan gender merupakan konstruksi sosio-kultural. Pada prinsipnya, gender merupakan interpretasi kultural atas perbedaan jenis kelamin. Bagaimanapun, gender memang berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin namun tidak identik, dan juga tidak selalu berhubungan dengan perbedaan fisiologis seperti yang selama ini banyak dijumpai dalam masyarakat.

            Menurut WHO (2010) perbedaan gender dan sex adalah: “Sex” refers to the biological and physiological characteristics that define men and women. “Gender” refers to the socially constructed roles, behaviours, activities, and attributes that a given society considers appropriate for men and women. (http://www.who.int/gender/whatisgender/en/). Dari definisi yang dimaksud oleh WHO diatas, terlihat bahwa jenis kelamin (sex) adalah perbedaan biologis dan fisiologis yang dapat membedakan laki-laki dan perempuan. Atau dengan kata lain, seks adalah perbedaan jenis kelamin yang telah ditentukan oleh Tuhan (Kodrat Tuhan). Dengan demikian fungsinya tidak dapat diubah. Misalnya, laki-laki dapat memproduksi sperma, serta memiliki penis dan jakun. Perempuan dapat hamil, memiliki payudara serta alat reproduksi seperti rahim dan vagina. Pembedaan berdasarkan ciri-ciri biologis ini berlaku sejak manusia ada dan akan berlangsung sampai kapanpun, dimana pun, dan berlaku bagi siapa pun, tanpa memandang suku, agama, rasa tau golongan. Setiap laki-laki dewasa yang berasal dari Negara, Agama, atau suku apapun memiliki penis dan jakun. Begitu juga dengan perempuan, semua perempuan dari berbagai Negara, Agama atau suku apa pun memiliki rahim dan vagina.
 Gender yang berlaku dalam suatu masyarakat ditentukan oleh pandangan masyarakat tentang hubungan antara laki-laki dan kelaki-lakian dan antara perempuan dan keperempuanan. Pada umumnya, jenis kelamin laki-laki berhubungan dengan gender maskulin, sementara jenis kelamin perempuan berkaitan dengan gender feminin. Akan tetapi, hubungan itu bukan merupakan korelasi absolut (Roger dalam Susilastuti, 1993: 30). Gender lebih menitikberatkan pada konstruksi sosial yang ditanamkan oleh masyarakat seperti peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang suatu masyarakat tertentu dianggap tepat untuk pria dan wanita. WHO juga menjelaskan bahwa “pria” dan “perempuan” adalah kategori jenis kelamin, sementara “maskulin” dan “feminin” adalah kategori-kategori gender.
            Menurut Mansour Fakih dalam bukunya Analisis Gender dan Transformasi Sosial (2010: 8), Gender merupakan sebuah konsep dimana “..suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural”. Dari pengertian yang diajukan oleh Mansour, ada beberapa kata kunci yang patut diperhatikan, yaitu: “Sifat”, “Konstruksi Sosial”, “Konstruksi Budaya”.  Bisa disimpulkan bahwa perbedaan antara kaum laki-laki dan perempuan bertumpu pada ke3 kata kunci tersebut.
            Berbeda dengan sex, gender tidak bersifat universal. Ia bervariasi dari masyarakat yang satu ke masyarakat yang lain dan dari waktu ke waktu. Sekalipun demikian, ada dua elemen gender yang bersifat universal: 1) Gender tidak identik dengan jenis kelamin; 2) Gender merupakan dasar dari pembagian kerja di semua masyarakat (Gallery dalam Susilastuti, 1993: 30). Gender memang tidak identik dengan seks. Peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dapat dipertukarkan atau dapat berganti sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Pembedaan peran dan tanggung jawab berdasarkan gender juga bukan sesuatu yang berdasarkan kodrat Tuhan. Melainkan hasil sosialisasi melalui sejarah yang panjang. Misalnya, pandangan bahwa laki-laki itu lebih mengutamakan rasio dan perempuan itu sebaliknya, lebih mengutamakan emosi daripada rasio. Pandangan tersebut bukanlah ketentuan atau kodrat dari tuhan, melainkan sesuatu yang umum ada di masyarakat. Pada kenyataannya, ada perempuan yang rasional dan ada pula laki-laki yang emosional. Peran dan tanggung jawab tersebut dapat ditukar atau diubah sesuai tempat, waktu dan kondisi lingkungan sosial. Dapat diambil kesimpulan, bahwa seks itu bersifat kodrati (pemberian dari tuhan) dan tidak dapat diubah, sedangkan gender berasal dari masyarakat dan dapat diubah sewaktu-waktu.
Gender dapat beroperasi di masyarakat dalam jangka waktu yang lama karena didukung oleh sistem kepercayaan gender (Gender belief system). Sistem kepercayaan gender ini mengacu pada serangkaian kepercayaan dan pendapat tentang laki-laki dan perempuan dan tentang kualitas maskulinitas dan femininitas. Sistem ini mencakup stereotype perempuan dan laki-laki, sikap terhadap peran dan tingkah laku yang cocok bagi laki-laki dan perempuan, sikap terhadap individu yang dianggap berbeda secara signifikan dengan “pola baku”.
Dengan kata lain, sistem kepercayaan gender itu mencakup elemen deskriptif dan preskriptif, yaitu kepercayaan tentang ”bagaimana sebenarnya laki-laki dan perempuan itu” dan pendapat tentang ”bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan itu” (Deaux & Kite dalam Susilastuti, 1993:31). Sistem kepercayaan gender itu sebetulnya merupakan asumsi yang benar sebagian, sekaligus salah sebagian.
Tidak dapat disangsikan lagi bahwa beberapa aspek stereotype gender dan kepercayaan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki dan perempuan itu memang didasarkan pada realitas. Aspek-aspek ini sekaligus merupakan pencerminan distribusi perempuan dan laki-laki ke dalam beberapa peranan yang berbeda. Pada saat yang sama, tidak dapat diragukan lagi bahwa kepercayaan orang bukanlah me-rupakan gambaran akurat suatu realitas karena ia mengandung bias persepsi dan kesalahan interpretasi.
            Secara umum dapat dikatakan bahwa setiap kebudayaan mempunyai citra yang jelas tentang bagaimana ”seharusnya” laki-laki dan perempuan itu. Penelitian Williams dan Best (seperti dikutip oleh Deaux & Kite dalam Susilastuti, 1993: 31) yang mencakup 30 negara menampilkan semacam konsensus tentang atribut laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa sekalipun gender itu tidak universal, akan tetapi “generalitas pankultural” itu ada. Pada umumnya laki-laki dipandang sebagai lebih kuat dan lebih aktif, serta ditandai oleh kebutuhan besar akan pencapaian, dominasi, otonomi dan agresi. Sebaliknya perempuan dipandang sebagai lebih lemah dan kurang aktif, lebih menaruh perhatian pada afiliasi, keinginan untuk mengasuh dan mengalah.
            Dari kesimpulan di atas, timbul pertanyaan :”Siapakah / Apakah yang menjadi agen (sumber belajar) bagi proses sosialisasi peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan.” Jawabannya adalah sebagai berikut:
1)      Media massa, seperti radio, televise, buku, majalah, surat kabar, dan internet. Contohnya: Film, sinetron atau sejenisnya banyak menggambarkan perempuan tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, tetapi memiliki peran ganda, seperti wanita karir.
2)      Lingkungan sosial, seperti guru, teman, dan keluarga.
3)      Budaya, seperti adat istiadat, mitos dan dongeng.


   Berikut adalah aplikasi atau contoh perbandingan antara karakteristik jenis kelamin (seks) dan karakteristik gender:
Karaketistik Jenis Kelamin (Seks)
Karakteristik Gender
  • Wanita mengalami menstruasi sedangkan laki-laki tidak
  • Pria memiliki testis sementara wanita tidak
  • Perempuan telah mengembangkan payudara yang mampu untuk menyusui, sedangkan pria belum
  • Pria umumnya memiliki tulang yang lebih besar daripada wanita
  • Di Amerika Serikat (dan kebanyakan negara lain), perempuan mendapatkan uang jauh lebih sedikit daripada pria untuk pekerjaan yang sama
  • Di Vietnam, banyak pria lebih dari wanita merokok, karena perokok wanita dianggap tidak tradisional
  • Pada pria Arab Saudi yang diizinkan untuk mengendarai mobil sementara perempuan tidak
  • Di sebagian besar dunia, perempuan melakukan pekerjaan rumah tangga lebih banyak dari pria


Sumber:
Fakih, Mansour. 2010. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Riyadi, Simon. 2014. Perbedaan Sex dan Gender. Universitas Hasanudin.






0 komentar:

Posting Komentar